Mereka berdiri bagai monumen yang merebut jarak pandang kita terhadap cakrawala kota, sehingga seolah kita tidak punya pilihan untuk tidak melihatnya. Mereka seperti hinggap di gendung dan bangunan yang mungkin saja bagi kita menarik untuk dipandang karena kulalitas estetikanya.Â
Mereka menginterupsi konsentrasi saat kita membaca papan instruksi atau rambu lalu lintas di ruang publik, mereka menginterupsi pandangan kita di jalan ketika kita sedang berkonsentrasi mengemudi.Â
Yang lebih buruk, mereka memaksa kita untuk menerima bahwa mereka harus hadir sebagai bagian dari lanskap kota yang seharusnya indah.Â
Memang kenyataannya warga kota yang hidup berdampingan dengan spanduk dan iklan sama sekali tidak memiliki hak dan mekanisme untuk menolak kehadiran iklan dalam kesehariannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H