Jika memang itu tujuan mereka, kenapa kita harus tidak suka? Bukankah meninggalkan bid'ah dan kemaksiatan adalah perintah Tuhan? Bukankah mengerjakan sunnah-sunnah Nabi seperti berjenggot, menggunakan celana di atas mata kaki, mengenakan cadar, dan mengahfal Al-Quran adalah hal baik yang bernilai pahala? Jika iya, mengapa kita harus membenci hal-hal tersebut sementara banyak sekali tindakan maksiat di depan mata kita sering kali kita abaikan bahkan dianggap biasa.
Apa salahnya mereka yang hijrah kembali pada jalan kebenaran hingga kita menghina mereka? Apakah kita sudah merasa lebih baik? Mungkin ada perbedaan pendapat antara kita. Sebagian menganggap musik haram, sebagian menganggapnya boleh-boleh saja. Jika tidak setuju dengan pendapat yang berlainan, bantahlah dengan dalil yang jelas. Islam adalah agama data. Dalil Al-Quran, sunnah, dan referensi para ulama serta argumen yang logis adalah yang diperlukan untuk membangun pendapat, bukan menggunakan caci maki dan hinaan.
Bukankah Al-Quran melarang keras orang yang mengolok-olok agamanya sendiri (At-Taubah 65-66). Menghina sunnah-sunnah yang dilakukan oleh sang nabi. Jika memang kita memang tidak mau atau belum siap menjalankan sunnah-sunnah tersebut, setidaknya jangan menyerang mereka yang sedang belajar pada jalan yang benar. Jika kita tidak nyaman ketika jari kaki kita menempel pada jari kaki orang yang ingin merapatkan shaf shalatnya, setidaknya jangan kemudian menghina mereka yang ingin merapatkan shaf sebagai kesempurnaan sholat. Hentikan stereotyping terhadap mereka yang sedang "hijrah". Mungkin ada sebagian yang terlalu fanatik karena semagat atau ghirah beragama yang tinggi. Namun itu merupakan bagian dari proses. Jika kita menyerangnya dengan hinaan dan cacian, maka bukankah kita juga sudah termakan fanatisme?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H