pemilu yang akan berlangsung satu tahun mendatang. Salah satunya adalah tentang persiapan pemilih muda, yaitu kalangan milenial dan gen z terutama yang sebelumnya belum pernah berpartisipasi dalam pemilihan umum. Menyadari hal tersebut, KPU dan Bawaslu yang bekerjasama dengan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan sebuah acara yang sangat krusial untuk memberikan edukasi pada calon pemilih muda.
Menyambut tahun politik 2024, terdapat beberapa PR yang perlu dipersiapkan pemerintah dalam menghadapiAcara yang bertajuk "Pemuda Sadar Pemilu" tersebut diselenggarakan pada Jumat, 5 Mei 2023 mulai pukul 08.30 bertempat di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Acara ini juga disiarkan melalui kanal televisi TATV, dan juga untuk Anda yang terlewat dan ingin menyaksikannya kembali, dapat diakses melalui kanal Youtube Ditjen IKP Kominfo. Dalam acara tersebut hadir beberapa narasumber yang menyampaikan poin-poin penting perihal pemilu 2024 bagi para pemuda Indonesia. Di antaranya hadir Hamdan Kurniawan S.IP M.A ketua KPU Daerah Istimewa Yogyakarta, Sutrisnowati S.H, M.H, M.Psi Ketua Bawaslu Daerah Istimewa Yogyakarta, lalu juga ada Vania Yoanda seorang influencer kenamaan, dan terakhir adalah Presiden Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Ahmad Makarim Pramudita.
Sebelum masuk pada materi inti oleh para narasumber, ada satu hal menarik yaitu sambutan dari rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Phil Al Makin. Al Makin menceritakan tentang bagaimana hukum, kebijakan, hingga politik ideal secara historis dan kontekstual. Ia menceritakan bagaimana traktat hukum sejak era Hamurabi sekitar 3000 tahun sebelum masehi, hingga pada konsep Al Madinah Al Fadhilah oleh Al Farabi tentang bagaimana sebuah kota atau negara yang ideal dibangun, mirip seperti apa yang dijelaskan oleh Plato dalam Politeia. Al Makin menekankan pentingnya bijak dalam memilih calon pemimpin karena masyarakat yang baik lahir dari pemimpin yang baik, dan pemimpin yang baik lahir dari masyarakat yang baik, hal itu dilakukan untuk meciptakan tatanan negara yang ideal.
Masuk kepada inti materi, narasumber pertama yaitu Hamdan Kurniawan selaku ketua KPU Daerah Istimewa Yogyakarta, Hamdan mengawalinya dengan menunjukkan sebuah data survei oleh IDN Research Institute. Terdapat 41% anak muda yang siap dalam pemilu, 30% mengatakan dirinya bersikap netral, dan 29% bersikap tidak peduli dengan adanya pemilu mendatang. Hal ini perlu menjadi perhatian lebih melihat bahwa angka 29% bukanlah angka yang sedikit jika dibandingkan dengan seluruh pemilih muda di Indonesia. Hamdan mengutip pernyataan Bonica dan McFaul dari Stanford University "Democracies perform better when more people vote", demokrasi akan lebih baik jika lebih banyak orang yang menggunakan hak suaranya. Menunjukkan pentingnya partisipasi dari siapa pun warga negara Indonesia untuk berpartisipasi dalam pemilu, terutama yang menjadi fokus utama kali ini yaitu para anak muda.
Melanjutkan dari apa yang disampaikan oleh Hamdan Kurniawan, Vania Yoanda seorang influencer muda ini juga menyampaikan terkait pentingnya partisipasi anak muda dalam pemilu. "Meskipun kamu tidak tertarik dengan urusan politik, paling tidak jangan memilih golput" begitu yang dia katakan. Fakta bahwa pemilu adalah satu-satunya kegiatan negara yang melibatkan warga negara tanpa terkecuali secara aktif menekankan bahwa suara setiap warga negara sangat berpengaruh, dan golput tidak akan memberikan manfaat apa pun. Para milenial dan gen z  juga diminta untuk tidak menyia-nyiakan hak pilihnya. Satu hal yang menarik yang Vania katakan yaitu dengan mengikuti pemilu, akan melatih anak muda dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
Sutrisnowati, Ketua Bawaslu Daerah Istimewa Yogyakarta pada gilirannya menerangkan terkait bagaimana strategi yang dilakukan Bawaslu dalam mengawal pemilu yang sukses dan kondusif. Beliau menerangkan tentang tujuan pemilu untuk menegakkan pemilu yang berintegritas, berkeadilan, dan memastikan pemilu terselenggara secara LUBER JURDIL. Bawaslu memastikan agar pesta demokrasi berjalan dengan penuh tanggung jawab dan berharap tidak terdapat kecurangan dan pelanggaran dalam pemilu. Hal ini dilakukan melalui proses Pengawasan, Pencegahan, dan Penindakan jika terjadi dugaan pelanggaran dalam pemilu.
Materi terakhir disampaikan oleh Ahmad Makarim Pramudita, Presiden Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Ia menyampaikan data dari KPU di mana 55% pemilih dalam pemilu 2024 didominasi usia 17-40 tahun atau sekitar 107 juta jiwa. Ini menunjukkan pemilih muda akan mendominasi secara jumlah. Selanjutnya, Ahmad Makarim menunjukkan tiga hal yang menjadi perhatian dalam pemilu mendatang yaitu, bahwa pemilu 2024 adalah akhir transisi menuju konsolidasi demokrasi, adanya potensi konflik horizontal via media sosial, dan pemuda adalah inisiator politik gagasan. Inklusivitas, toleransi, dan berpikir kritis adalah tiga hal yang menurutnya penting bagi para pemilih muda demi berlangsungnya pemilihan umum yang demokratis, dan sehat, mengingat adanya potensi konflik yang timbul dari adanya isu-isu politik di media sosial yang berpotensi memecah-belah.
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa terkait dengan jumlah pemilih muda yang akan mendominasi pemilu 2024 di Indonesia, para milenial dan gen z diharapkan untuk bijak dalam memilih, dari bijak memilah dan memilih informasi yang diterima, hingga kejujuran dalam proses pemilihan itu sendiri. Jangan sampai pelanggaran-pelanggaran pemilu seperti serangan fajar dan pemaksaan pilihan terjadi dalam pemilu selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H