Anca adalah teman sebangkuku. Rambut hitam panjangnya selalu tergerai rapi, dan dia tidak pernah lupa membawa minyak telon ke mana pun. Meski lebih tertarik pada basket dan komik, dia selalu mendukung minatku.
"Eh, minyak telon lu belum habis juga?" tanyaku sambil melirik botol kecil di tangannya.
"Ini baru, yang kemarin gue tinggal di toilet sekolah," jawabnya santai.
Aku menggeleng pelan.Â
"Bener-bener deh, lu. Jangan teledor mulu naruh barang di mana-mana."
Dia hanya tertawa kecil, lalu kembali fokus membaca komik di ponselnya.
Saat istirahat, aku pergi ke perpustakaan untuk melanjutkan membaca buku sejarah. Ketika kembali ke kelas, aku melihat Anca masih asyik dengan ponselnya.
"Lagi baca apaan sih, Ca? Serius banget," tanyaku penasaran.
"Komik di Webtoon. Ini ceritanya tentang Ken Arok dan Ken Dedes," jawabnya sambil menunjukkan layar ponselnya.
Aku terkejut.Â
"Serius? Ada komik Indonesia tentang sejarah?"
"Ada dong! Pembacanya udah 28 juta. Orang-orang suka karena ceritanya menarik dan ilustrasinya keren," jelasnya.
"Banyak banget yang baca? Jadi, orang-orang masih tertarik sama sejarah?" tanyaku, setengah tidak percaya.
Anca mengangguk.Â
"Mereka tertarik karena penyampaiannya beda. Dibuat jadi komik, lebih hidup dan relatable. Apalagi kalau alurnya sesuai selera zaman sekarang."
Perkataan Anca membuatku merenung. Kenapa aku tidak pernah terpikir untuk memperkenalkan sejarah dengan cara yang lebih modern? Selama ini aku hanya mengeluh karena merasa orang-orang mulai melupakan sejarah.
"Lu tahu nggak, Rei? Kalau cerita sejarah disampaikan lewat komik atau animasi, pasti lebih banyak yang tertarik," tambah Anca. "Gue sendiri suka banget, apalagi kalau ceritanya nggak cuma informatif, tapi juga seru."
Aku tersenyum. Ide itu terdengar menarik.Â
"Anca, gimana kalau gue coba bikin komik sejarah? Gue bisa gambar, kan?" tanyaku penuh semangat.
Matanya berbinar.Â
"Serius, Rei? Wah, keren banget kalau lu beneran bikin. Gue siap bantu jadi pembaca pertama dan kasih masukan!"
Malam itu, aku mulai menyusun rencana. Aku memikirkan cerita-cerita sejarah Indonesia yang bisa divisualisasikan. Mulai dari kerajaan-kerajaan Nusantara hingga perjuangan melawan kolonialisme, semua terasa begitu menarik untuk dijadikan komik.
Aku merasa senang sekaligus bersemangat. Ini adalah langkah kecil untuk mewujudkan mimpi baruku: menghidupkan kembali sejarah dalam bentuk yang lebih relevan untuk generasiku. Aku percaya, sejarah bukan hanya masa lalu. Ia adalah garis mimpi baru yang bisa kita ukir bersama di masa depan.