Mohon tunggu...
Fardan Mubtasir
Fardan Mubtasir Mohon Tunggu... Guru - Human, Culture, and Society

Seseorang yang sedang belajar menjadi manusia dan belajar berbagi coretan-coretan sederhana yang bisa berdampak positif terhadap sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Jarum dalam Tumpukan Jerami

24 Oktober 2024   07:30 Diperbarui: 24 Oktober 2024   17:36 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi jarum dalam tumpukan jerami. sumber: Pixabay.com

Pertanyaan sederhana seperti "Apa mimpimu?" bisa terasa begitu sulit untuk dijawab. Kebingungan seringkali menghantui pikiran, membuat seseorang bertanya pada dirinya sendiri, "Apa sebenarnya mimpiku?" Keraguan ini kerap menimbulkan perasaan bahwa mungkin hanya diri sendiri yang belum memiliki mimpi, atau mungkin sebenarnya ada mimpi yang tersembunyi, namun belum disadari.

Bicara tentang mimpi dan cita-cita bukanlah hal yang asing. Sejak kecil, kalimat-kalimat ini sering terdengar di telinga. Pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh orang dewasa saat pertama kali masuk sekolah biasanya adalah, "Kalau sudah besar, ingin jadi apa?" Pertanyaan semacam ini biasa diajukan kepada anak-anak yang masih mencari tujuan hidup.

Seperti halnya anak-anak lainnya, mimpi yang terbentuk di masa kecil sering kali dipengaruhi oleh harapan orang dewasa di sekitar. Sayangnya, hal ini bisa menyebabkan seseorang membawa mimpi yang bukan miliknya sendiri, seolah-olah membiarkan bayangan orang lain tumbuh di pikirannya. Seiring berjalannya waktu, semakin besar dorongan untuk menemukan mimpi yang sebenarnya. Pertanyaan "Apa mimpiku?" terus membayangi, terutama ketika menginjak masa remaja.

Momen paling intens terjadi ketika berada di bangku Sekolah Menengah Atas. Saat itu, teman-teman mulai membicarakan mimpi dan cita-cita mereka. Dalam satu pertemuan, ketika semua orang duduk melingkar dan berbagi impian, tiba waktunya untuk berbicara tentang mimpi. Namun, tak satu kata pun terucap, hanya ada kebingungan yang mendalam. Hal ini menjadi titik kesadaran bahwa penting untuk mulai mencari mimpi sendiri, bukan lagi sekadar menerima impian yang datang dari orang lain.

Sejak hari itu, kata 'mimpi' selalu menghantui pikiran. Pencarian mimpi menjadi fokus utama, dan perasaan gelisah muncul ketika berpikir bahwa mimpi haruslah besar dan spektakuler. Padahal, tak semua impian harus sebesar itu. Mimpi bisa datang dalam bentuk sederhana, tidak perlu sesuatu yang luar biasa besar.

Beranjak dari kebingungan, upaya untuk melakukan berbagai hal dimulai dengan harapan bisa menemukan mimpi yang sesungguhnya. Salah satu gagasan yang muncul adalah menjadi seseorang yang sukses dan kaya raya. Meskipun terdengar klise, keinginan ini muncul dari latar belakang ekonomi keluarga. Impian untuk merubah keadaan ekonomi keluarga menjadi lebih baik menjadi dorongan kuat. Namun, kenyataannya, perjalanan menuju mimpi tersebut tidaklah mudah. Banyak rintangan yang harus dihadapi, mulai dari suka duka hingga keterbatasan kemampuan.

Perjalanan itu penuh liku. Berkali-kali menghadapi kegagalan dan kehilangan semangat, namun tekad untuk tetap mewujudkan mimpi tak pernah padam. Meski terjatuh, bangkit kembali selalu menjadi pilihan. Bahkan saat mencapai titik terendah, keinginan untuk terus maju tetap kuat.

Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan ini adalah bahwa terkadang mimpi tidak harus diwujudkan segera. Seringkali, keinginan untuk segera mewujudkan mimpi justru membuat segala sesuatunya terlihat terburu-buru, dengan hasil yang tidak maksimal karena kurangnya persiapan yang matang. Mimpi yang belum terwujud bisa dijadikan sebagai panduan hidup, sebagai tujuan jangka panjang yang tidak harus segera dicapai.

Langkah demi langkah akan terus dilakukan untuk mencapai mimpi itu, dengan keyakinan bahwa hasil akhir adalah takdir yang diatur oleh Tuhan. Tuhan tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya, dan jika jalan yang ditempuh saat ini penuh rintangan, mungkin itu adalah bagian dari proses yang harus dilalui.

Penerimaan atas kenyataan yang ada membawa pemahaman baru, memberikan dorongan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Setiap pengalaman, baik suka maupun duka, memberikan pelajaran yang berharga. Dengan setiap langkah yang diambil, pelan-pelan mimpi itu mulai terbentuk dan memberikan arah yang lebih jelas bagi masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun