Kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini membawa sejumlah perubahan yang begitu signifikan dan terbukti telah melahirkan berbagai inovasi-inovasi yang dapat memberikan alternatif solusi (problem solving) yang lebih efektif sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Penanganan sampah plastik pun tak luput dari adanya peran teknologi dalam mengatasi persoalan sampah plastik.Â
Sampah plastik di era globalisasi menjadi masalah bagi lingkungan yang sukar dikendalikan. Keberadaan sampah plastik semakin meningkat seiring dengan adanya kehidupan modernitas masyarakat yang membuat penggunaan plastik tak dapat terkontrol, terlebih lagi pemakaian produk plastik tidak disertai dengan manajemen pengelolaan sampah yang prosedural.
Penggunaan botol plastik di era globalisasi kian bertambah di kalangan masyarakat, akibatnya kondisi ini menjadi sumber bencana terhadap residu lingkungan.
Oleh karena itu, sampah botol plastik dapat menjadi penyumbang bencana banjir, merusak ekosistem, menyebabkan pencemaran udara, serta timbulnya berbagai macam penyakit.Â
Fenomena tersebut menunjukkan adanya kontradiksi antara pemakaian produk botol plastik dengan penanganan sampah botol plastik yang tidak dapat dikelola secara maksimal. Intervensi inovasi dan teknologi sangatlah penting sebagai penunjang dalam penanganan sampah plastik kemasan botol yang nampak berserakan di lingkungan masyarakat.
Selama ini, botol plastik yang dikenal "merusak lingkungan" ternyata dapat ditangani secara terintegrasi dan mungkin memiliki siklus pemakaian yang panjang apabila dibarengi dengan berkembangnya industri daur ulang sampah botol plastik, misalnya dengan dibuatkannya Sistem Deposit Botol (Pfandflasche)Â yang serupa seperti di Jerman.Â
Masyarakat Indonesia rupanya masih banyak yang salah kaprah perihal minuman dalam kemasan botol plastik yang seringkali dinilai tidak berharga, bahkan menjadi sesuatu yang lazim melihat pemandangan tumpukan sampah botol plastik di sepanjang area tepi laut ataupun di sungai-sungai hingga kemudian berakhir di lautan.
Kondisinya berbeda dengan di Jerman, saat membeli minuman kemasan, masyarakat dapat menyetorkan botol ke mesin Pfand tersebut, kemudian akan keluar struk dengan nilai berdasarkan jumlah botol yang ditukar. Struk tersebut dapat digunakan sebagai alat pembayaran di semua pasar swalayan atau bisa juga diuangkan.Â
Jerman merupakan salah satu dari sekian banyak negara yang berhasil memerangi timbunan sampah dengan menerapkan sistem daur ulang secara berkelanjutan.
Dalam hal ini, pemerintah Jerman telah menyusun berbagai kebijakan dan ketentuan untuk mendorong para produsen minuman agar dapat menyuplai produk mereka dalam wadah yang dapat digunakan kembali, baik plastik maupun botol kaca yang dapat diisi ulang.
Secara sederhana Pfand bekerja bagaikan siklus. Sistem Pfand memiliki bentuk yang serupa dengan mesin ATM, diawali dengan para produsen minuman yang mengisi produk ke dalam botol atau kaleng.
Wadah-wadah pada minuman kemasan botol plastik atau kaleng kemudian dijual ke para vendor dan pengecer yang membayar deposit kepada produsen, hasil dari pembayaran deposit tadi kemudian dikenakan kepada para konsumen dalam bentuk biaya tambahan. Sistem Pfand tidak berlaku untuk semua jenis wadah botol.
Deposit hanya dikenakan pada kemasan dengan volume isi antara 0,1 hingga 3 liter dengan harga yang disematkan beragam, berdasarkan ukuran botol yang dibeli.
Mengenai harga yang lebih mahal untuk botol jenis sekali pakai bertujuan mendorong para konsumen untuk memilih produk-produk wadah minuman yang dapat digunakan kembali. Pada akhirnya, masyarakat yang memiliki wadah minuman sesuai dengan kriteria-kriteria pada sistem Pfand, maka dapat menukarkannya di toko toko terdekat yang memiliki mesin pengembalian botol.
Cara pengembaliannya pun tidak terbilang sulit, hanya dengan memasukkan satu per satu botol atau kaleng ke dalam mesin pengembalian wadah minuman yang tersedia dan kemudian mesin Pfand akan mencoba membaca barcode yang tertera pada botol plastik segel.
Sistem Pfand di Jerman merupakan program daur ulang berbasis deposit yang mendorong masyarakat untuk mendaur ulang botol plastik mereka. Khusus wadah-wadah yang bisa digunakan kembali, mesin Pfand akan menyimpannya, sedangkan untuk jenis botol sekali pakai, mesin akan langsung menghancurkannya.
Setelah mesin Pfand selesai mendaur ulang, kemudian tinggal menekan tombol di layar yang tertulis Pfandbon di area mesin, sehingga akan keluar bon atau struk hasil penjumlahan wadah minuman yang telah di daur ulang. Struk tersebut dapat ditukarkan dengan uang tunai atau membeli produk-produk di toko-toko sesuai dengan nominal yang tertera.
Penerapan dari kebijakan pemerintah Jerman menilai tempat sampah umum yang dapat ditemui di berbagai kota besar di Jerman menjadi tempat favorit bagi masyarakatnya untuk mengais rezeki. Sehingga dalam sekejap, melihat orang memeriksa isi tempat sampah atau dengan mengambil kemasan botol plastik maupun kaleng bukanlah menjadi pemandangan yang aneh.
Sistem Pfand sangat membantu masyarakat dalam mengais rezeki, di saat angka pengangguran meningkat drastis, sistem Pfand kemudian membuat para pengangguran beralih dengan memungut botol plastik untuk dikumpulkan dan ditukarkan ke dalam mesin Pfand.
Pada akhirnya, masyarakat menjadi semakin peduli akan pentingnya botol plastik untuk di daur ulang, karena botol plastik kini memiliki nilai jual bagi masyarakat.
Perkembangan teknologi juga dimanfaatkan untuk membantu para pengumpul Pfand, salah satunya adalah situs internet, aplikasinya tersedia di Google Play atau App Store di wilayah Jerman yang menawarkan bagi mereka yang ingin membuang botol untuk dapat mencari calon pengumpul dan mengatur jadwal pengambilan barangnya. Sistem Pfand telah membantu sebagian masyarakat Jerman untuk bisa bertahan hidup, meskipun demikian, kritik pun kerap kali dilontarkan.
Sistem Pfand secara umum adalah hal yang baik, tetapi orang-orang yang berjalan di sekitar dan mengumpulkan botol bukanlah pengganti kesejahteraan sosial. Terlepas dari pro dan kontranya, para pengumpul Pfand telah memberikan kontribusi terhadap tingginya angka daur ulang. Mengingat tingginya angka daur ulang tersebut, ada baiknya wadah minuman di Indonesia bisa diberikan nilai untuk menarik minat mendaur ulang masyarakat luas.
Penerapan sistem Pfand merupakan salah satu langkah dalam mengurangi jumlah limbah botol plastik yang ada. Memang tidak mudah menerapkan sistem Pfand di Indonesia seperti yang telah diberlakukan oleh beberapa negara di Eropa salah satunya Jerman, karena kebijakan ini kemudian masuk menjadi isu hangat di ranah politik, pasalnya dengan penerapan sistem deposit dianggap meningkatkan biaya investasi dari para vendor dan pengecer.
Di sisi lain akan penerapannya, sistem Pfand dapat dijadikan sebagai ancaman bagi industri yang tengah berjuang untuk memenuhi target wadah minuman yang dapat digunakan kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H