PrawacanaÂ
Spritualisme dan revolusi adalah dua hal yang berbeda dan sering dibenturkan antara satu dengan yang lain.Â
Penganut spritualisme akan melihat orang yang mengenyam teori revolusi Karl Marx, Englels, Lenin, Che Guevara singkatnya paham kiri, mereka akan merasa asing, tabu, dan mungkin saja menganggap telah keluar dari garis-garis kebenaran menurut pandangannya.Â
Sebaliknya penganut paham kiri Revolusiner menganggap penganut spritualisme itu orang-orang yang terkurung dalam labirin spritual yang mengasingkan dirinya dengan realitas, sehingga memelihara budaya pasif bahkan bersekongkol dengan kaum Borjuis yang notabenenya adalah musuh dari paham kiri Revolusioner.
Antara spritual dan paham kiri tampaknya tidak selalu bersinergi dan masing-masing mengklaim kebenaran dan pendirian. Â
Hemat saya keduanya adalah dua kutub yang tidak selamanya bersebrangan, justru antara spritual dan revolusi adalah satu paket yang harus disempurnakan dalam diri seorang Pemuda, pelajar apalagi Mahasiswa.Â
1. Tesis
Pertama-tama tulisan ini ku alamatkan Kepada anak muda yang mana darah muda itu darah yang bergejolak dengan semangat, keberanian darah yang senantiasa terus bergerak dan menggerakkan peradaban.Â
Tatkala saya membaca "Semangat Muda" oleh Tan Malaka seorang Tan berbicara sana-sini tentang peradaban Timur dan Barat Tan berbicara ideologi-ideologi besar meliputi Kolonialisme, Imperialisme, Sosialisme, Islam, Tan juga mengkritik organisasi "Budi Oetomo", "Sarikat Dagang Islam" dan "Sarikat Islam" yang menurutnya kurang militan dalam revolusi, hingga Tan berbicara strategi taktik untuk memerdekakan bangsa Indonesia.
Selain memahami ide pokok dari buku "Semangat Muda" ada satu hal yang memang tidak tersurat dari catatan panjang Tan Malaka yaitu semangat muda Tan Malaka itu sendiri, semangat yang berkobar dan membara baik dalam menuntut ilmu berkarya dan mendidikasikan dirinya untuk kemerdekaan Indonesia. Spirit ini yang kemudian memberikan pelajaran tersendiri bagi saya selama membaca "Semangat Muda"