Mohon tunggu...
Farasya Latifa Zahrah
Farasya Latifa Zahrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

hobi saya adalah tidur dan bermain basket

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menakar Redupnya Peran Organisasi Himpunan Intera Kampus dalam Dinamika Mahasiswa

1 Juli 2024   19:05 Diperbarui: 1 Juli 2024   19:08 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Organisasi kampus, khususnya organisasi kemahasiswaan, telah berkembang dalam beberapa dekade terakhir sebagai pilar utama  kehidupan mahasiswa di berbagai universitas. Organisasi kemahasiswaan tidak hanya berfungsi sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya, tetapi juga sebagai wadah untuk melatih keterampilan kepemimpinan, memperluas jaringan sosial, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, politik, dan budaya Masu. Persaudaraan membantu membentuk karakter dan kepribadian anggotanya serta mempersiapkan mereka untuk kepemimpinan masa depan melalui berbagai aktivitas yang mereka lakukan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir peran dan pentingnya organisasi kemahasiswaan tampaknya semakin berkurang.

Mengingat pentingnya peran organisasi kemahasiswaan dalam membangun dinamika kehidupan kampus yang aktif dan beragam, fenomena ini menimbulkan keprihatinan yang serius. Banyak tanda-tanda menurunnya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan perkumpulan.Penyebabnya mulai dari menurunnya jumlah anggota, menurunnya jumlah kegiatan yang dilakukan, hingga kurangnya semangat mahasiswa untuk mengikuti berbagai program yang ditawarkan.

Menurunnya minat terhadap persaudaraan dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kurangnya inovasi  program kerja, dinamika kepemimpinan yang tidak efektif, dan keterbatasan sumber daya. Seringkali organisasi kemahasiswaan tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan dan minat mahasiswa, sehingga program yang mereka tawarkan menjadi kurang relevan. Selain itu, konflik internal dan kurangnya transparansi dari pimpinan organisasi seringkali mengurangi kepercayaan anggota terhadap asosiasi.

            Untuk memahami fenomena ini, teori motivasi  Frederick Herzberg  memberikan wawasan yang berharga. Herzberg membedakan  dua jenis faktor yang mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja: faktor motivator dan faktor kebersihan. Faktor motivasi merupakan faktor yang dapat meningkatkan kepuasan kerja dan mendorong peningkatan kinerja, seperti:  Prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan pekerjaan yang menantang. Sebaliknya, faktor higienitas merupakan faktor yang dapat menimbulkan ketidakpuasan jika tidak terdapat dalam jumlah yang cukup, namun kehadirannya dalam jumlah yang cukup belum tentu menyebabkan peningkatan kepuasan. Faktor kebersihan meliputi kondisi kerja, hubungan dengan rekan kerja, kebijakan perusahaan, gaji, dll.

Dalam konteks organisasi kemahasiswaan, faktor motivasi seperti pengakuan atas kinerja pribadi, keberhasilan dalam kegiatan, dan kesempatan untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab adalah penting untuk mendorong partisipasi aktif. Namun, jika unsur-unsur tersebut hilang, siswa mungkin merasa usaha dan usahanya tidak dihargai dan mungkin kurang tertarik untuk berpartisipasi. Di sisi lain, faktor kebersihan seperti hubungan antar anggota, transparansi pimpinan organisasi, dan kondisi kerja yang mendukung juga berperan penting. Jika faktor kebersihan ini tidak mencukupi, ketidakpuasan dapat terjadi dan siswa mungkin tetap enggan untuk berpartisipasi dalam klub atau perkumpulan.

Selain itu, faktor eksternal juga turut berperan penting dalam menurunnya peran organisasi kemahasiswaan. Perkembangan teknologi dan media sosial menawarkan siswa pilihan baru  untuk berinteraksi dan mengekspresikan diri. Platform online seperti grup media sosial, forum diskusi, dan aplikasi seluler menyediakan cara yang lebih mudah dan cepat untuk berkomunikasi dan berkolaborasi. Dengan segala sesuatu yang kini tersedia, siswa tidak perlu lagi  bergabung dengan klub untuk berkumpul dan mendapatkan informasi.

Selain itu, perubahan prioritas dan kebutuhan siswa juga  berkontribusi terhadap fenomena ini. Saat ini, mahasiswa cenderung fokus pada studi dan persiapan karir dengan tujuan  segera mencari pekerjaan setelah lulus. Dengan tekanan untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi, serta kebutuhan untuk mengikuti berbagai program magang dan pelatihan profesional, mahasiswa semakin kekurangan waktu dan tenaga untuk mengikuti kegiatan klub.

Dalam artikel ini, penulis mencoba mengukur dan menganalisis menurunnya peran organisasi kemahasiswaan dalam dinamika kehidupan kampus. Dengan memahami berbagai sebab dan akibat dari fenomena ini melalui kacamata teori motivasi Herzberg, kami berharap dapat menemukan strategi  efektif untuk merevitalisasi peran persaudaraan. Revitalisasi ini penting tidak hanya  untuk menjaga keberlangsungan organisasi  kampus, namun juga untuk tetap memberikan ruang bagi mahasiswa  untuk berkembang secara holistik baik dari sisi akademik maupun non-akademik. Dengan demikian, kemahasiswaan dapat kembali menjadi bagian penting dalam kehidupan kampus, melahirkan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga tangguh, kreatif, dan memiliki potensi kepemimpinan yang kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun