Mohon tunggu...
Muhammad FarasAbyandra
Muhammad FarasAbyandra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seberapa Penting Literasi Digital dalam Menavigasi Informasi Media Sosial?

10 November 2024   18:39 Diperbarui: 11 November 2024   15:37 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Di era komunikasi digital, media sosial telah menjadi sumber utama berita dan informasi. Dengan platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok yang mendominasi cara kita mengonsumsi konten, sangat penting untuk mengembangkan literasi digital agar dapat menavigasi lanskap yang kompleks ini secara efektif. Literasi digital mengacu pada kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, membuat, dan mengomunikasikan informasi menggunakan teknologi digital. Artikel ini membahas pentingnya literasi digital dalam membaca dan menafsirkan informasi di media sosial serta implikasinya bagi pengguna dan masyarakat luas. Dalam memahami Literasi digital mencakup berbagai keterampilan yang diperlukan untuk terlibat dengan konten daring secara kritis. Keterampilan ini meliputi menilai kredibilitas sumber, memahami privasi data, mengenali bias, dan membedakan antara fakta dan misinformasi. Menurut American Library Association (2013), literasi digital tidak hanya melibatkan kecakapan teknis tetapi juga keterampilan berpikir kritis yang memungkinkan individu untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat. 

Misinformasi di media sosial telah muncul sebagai masalah yang signifikan, yang memengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan publik. Sebuah studi oleh Vosoughi, Roy, dan Aral (2018) yang diterbitkan dalam Science mengungkapkan bahwa berita palsu menyebar lebih cepat, menjangkau lebih banyak orang, dan menembus lebih dalam ke dalam tatanan sosial daripada berita yang benar. Kesenjangan ini menggarisbawahi perlunya pengguna untuk mengembangkan keterampilan literasi digital guna membedakan fakta dari fiksi.

Salah satu komponen utama literasi digital adalah kemampuan untuk mengevaluasi kredibilitas sumber informasi. Penelitian menunjukkan bahwa individu sering kali kesulitan menilai kredibilitas dari apa yang mereka baca secara daring. Sebuah studi oleh Lewandowsky dkk. (2012) dalam Psychological Science in the Public Interest membahas bagaimana bias kognitif memengaruhi kemampuan individu untuk mengevaluasi sumber secara kritis. Platform media sosial sering kali memperkuat konten yang sensasional, yang dapat mendistorsi persepsi publik. Literasi digital menumbuhkan keterampilan evaluasi kritis, yang memungkinkan pengguna untuk mencari informasi yang dapat diandalkan dan membuat penilaian yang tepat.

Hal lain yang harus diperhatikan ialah memahami bias dan perspektif, hal ini merupakan aspek penting lain dari literasi digital. Afiliasi politik, latar belakang budaya, dan keyakinan pribadi semuanya dapat memengaruhi cara informasi disajikan dan ditafsirkan di media sosial. Sebuah studi oleh Flaherty dkk. (2019) dalam Journal of Communication menyoroti bagaimana personalisasi konten yang digerakkan oleh algoritme dapat memperkuat ruang gema, yang mengarahkan pengguna untuk mengonsumsi materi yang sejalan dengan keyakinan mereka yang sudah ada sebelumnya. Literasi digital membekali individu untuk mengenali bias ini dan mencari sudut pandang yang beragam, yang penting untuk menumbuhkan opini yang terinformasi dan seimbang.

Dengan literasi digital, individu dapat terlibat lebih bermakna dengan informasi yang mereka temukan. Ini berarti tidak hanya mengonsumsi konten secara pasif tetapi juga berkontribusi pada diskusi dengan memahami nuansa yang terlibat. Penelitian oleh D'Amico dkk. (2020) dalam Computers in Human Behavior menekankan bahwa pendidikan literasi media membantu individu mengembangkan keterampilan navigasi dan analitis untuk terlibat secara bertanggung jawab secara daring.  Mempromosikan literasi digital sangat penting untuk membina masyarakat di mana pengguna tidak sekadar konsumen informasi tetapi peserta aktif dalam wacana demokratis.

Literasi digital bukan sekadar keterampilan tambahan di dunia yang saling terhubung saat ini; ini merupakan kompetensi penting untuk menavigasi kompleksitas media sosial. Dengan mengembangkan kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis, mengenali bias, dan terlibat secara bermakna, pengguna dapat melindungi diri mereka dari misinformasi dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Seiring dengan terus berkembangnya media sosial, memprioritaskan literasi digital akan menjadi hal yang terpenting dalam membina warga negara yang terinformasi dengan baik dan terlibat, yang penting bagi kesehatan demokrasi dan kesejahteraan masyarakat.

American Library Association. (2013). Digital Literacy, Digital Competency: A Strategic Framework for Library and Library Education and Training. 

D’Amico, R., et al. (2020). "Digital Literacy Interventions in Higher Education: An Overview of Literature."Computers in Human Behavior, 103, 566-577.

Flaherty, M. et al. (2019). "Misinformation and the Role of Social Media in Promoting the Spread of False Information."Journal of Communication, 69, 113-128.

Lewandowsky, S., Ecker, U.K.H., & Cook, J. (2012). "Beyond Misinformation: Understanding and Coping with the ‘Post-Truth’ Era."Psychological Science in the Public Interest, 13(3), 106-132.

Vosoughi, S., Roy, D., & Aral, S. (2018). "The spread of true and false news online."Science, 359(6380), 1146-151.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun