Di jaman sekarang, siapa yang tidak mengenal sebuah teknologi bernama Artificial Intelligence atau orang-orang banyak menyebutnya sebagai AI? Ketika ingin mencari sesuatu di google, hal paling atas yang muncul adalah AI. Bagi pengguna internet AI tentu bukan lagi hal asing. Telah bermunculan berbagai macam AI dengan berbagai fungsi. Mencari informasi, membuat sebuah gambar, menerjemahkan bahasa, membuat artikel, mencari jurnal, dan lain sebagainya. Tinggal ketikkan kalimat perintah dan dalam waktu sekejap muncul hasil yang anda inginkan.Â
Di era digital ini, para siswa di berbagai sekolah sudah diperbolehkan secara bebas untuk membawa gawai demi menunjang aktivitas pembelajaran. Guru sebagai fasilitator harus mampu memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin. AI memungkinkan siswa untuk mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Dengan hanya mengetikkan pertanyaan, mereka dapat menemukan jawaban dalam hitungan detik. Hal ini sangat membantu dalam mencari sumber belajar tambahan, menyelesaikan tugas, dan memahami materi pelajaran. Selain itu, AI dapat mempersonalisasi pengalaman belajar dengan menyesuaikan materi sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan individu siswa. Ini membuat pembelajaran lebih relevan dan menarik. Penggunaan AI dalam proses pembelajaran menawarkan berbagai manfaat, namun juga menimbulkan tantangan, terutama terkait ketergantungan siswa terhadap teknologi ini.
Meski AI memiliki banyak peluang positif, ketergantungan terhadap AI juga menjadi masalah serius. Banyak siswa cenderung mengandalkan AI untuk menjawab pertanyaan sederhana atau menyelesaikan tugas tanpa berusaha memahami materi secara mendalam. Ketika siswa terbiasa mendapatkan informasi secara instan, mereka mungkin kehilangan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang penting dalam proses belajar. Selain itu, penggunaan AI yang berlebihan dapat mengurangi interaksi sosial antara siswa dan guru, serta mengurangi keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran.
Guru sebagai fasilitator memiliki peran kunci dalam memanfaatkan AI secara efektif. Mereka harus mampu mengarahkan penggunaan teknologi ini agar tetap mendukung tujuan pendidikan tanpa membuat siswa menjadi malas berpikir. Pendekatan yang seimbang antara penggunaan AI dan metode pengajaran tradisional diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal.
Dengan demikian, meskipun AI menawarkan banyak keuntungan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, penting bagi pendidik dan siswa untuk menyadari potensi risiko yang ada. Mengintegrasikan AI dengan bijak dalam proses pembelajaran dapat membantu menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas teknologi tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H