Mohon tunggu...
Farah Rahmatika 18190038
Farah Rahmatika 18190038 Mohon Tunggu... -

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tadris Matematika 18

Selanjutnya

Tutup

Segar

Puasa Dapat Menjadi Media Konseling Traumatik bagi Muslim

8 Mei 2019   06:20 Diperbarui: 8 Mei 2019   06:47 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu rukun Islam yaitu puasa. Puasa menurut bahasa artinya menahan. Sedangkan menurut istilah yaitu menahan diri dari makan minum dan hawa nafsu serta semua perkara yang membatalkan puasa mulai terbitnya fajar sidiq hingga tenggelamnya matahari. Pastinya sebagai seorang muslim harus mengerti rukun dan syarat  serta hal hal yang membatalkan puasa. 

Puasa diawali dengan niat pada malam harinya. Melakukan sahur hingga sebelum adzan Shubuh. Puasa bukan sekedar menahan diri dari makan minum dan hal-hal syahwat tetapi juga mengajarkan diri kita kesabaran. Puasa merupakan separuh kesabaran, dan kesabaran merupakan separuh dari iman.

Puasa pada dasarnya membersihkan jiwa kita, baik secara lahir dan batin. Menurut ahli kesehatan, puasa dapat menyehatkan sistem pencernaan, mengurangi gula, mencegah hipertensi, menjaga berat badan, menjaga fungsi ginjal, dan penawar sakit sendiri. Puasa juga merupakan proses detox. Ketika berpuasa, organ dalam tubuh istirahat sejenak dan sel sel dalam tubuh dapat bertahan hidup lebih lama.

Puasa secara batin yaitu menenangkan diri dan membersihkan hati. Sering kita memahami puasa hanya luar saja. Banyak hikmah dari puasa jika mengerti makna terdalamnya, khususnya di Bulan Ramadhan.

Beralih ke konseling traumatik. Yaitu kegiatan atau upaya konselor membantu klien dalam mengatasi trauma secara intensif. Konseling traumatik berbeda dengan konseling biasa pada umumnya. 

Konseling ini membutuhkan waktu yang lebih panjang dan fokus terhadap klien hingga terjadi perubahan kembali ke kondisi awal atau menuju kondisi yang lebih positif. Dalam konseling traumatik seorang konselor menata jiwa kestabilan emosi klien hingga ia mampu menghadapi kenyataan hidup yang sulit.

Trauma yang kita kenal dapat disebabkan karena klien menghadapi sesuatu yang besar dan jiwanya sangat terbentur. Misalkan korban bencana alam, kecelakaan, saksi pembunuhan, dan melihat orang yang disayang meninggal secara tak wajar.

Konseling Traumatik tersebut bertahap, dimulai dengan pengumpulan data, menyiapkan strategi, pengenalan konselor terhadap klien, melakukan strategi dilapangan, dan evaluasi terhadap perkembangan klien. Strategi yang digunakan harus mampu menggerakan jiwa klien untuk melakukan hal yang positif dan mampu menghadapi kenyataan hidup.

Puasa dapat menjadi salah satu media atau strategi dalam konseling traumatik. Karena puasa menghubungkan diri kita terhadap Sang Pencipta dan mengembangkan jiwa sosial kita terhadap sesama manusia. 

Klien diminta untuk menjalankan puasa dengan ikhlas, melakukan hal-hal yang positif dan merasakan ketenangan jiwa yang didapat ketika berpuasa. Puasa sungguh mempunyai energi yang luar biasa dalam jiwa yang terdalam. Membantu klien menyadari kehidupan bukan berhenti sampai disini. Bukan hanya seputar ketakutan belaka tetapi harus berjalan dinamis dan lebih maju. 

Motivasi konselor ketika klien menjalan puasa dapat dilakukan lebih mudah. Termasuk motivasi hidup dan beragama. Tentang hidup dan mati. Tentang kekuatan jiwa yang mampu berkembang lebih baik. Memotivasi klien untuk melakukan hal positif seperti berbagi atau sedekah atau infaq dapat menengkan jiwa.

:)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun