Taylor Swift baru saja menyelesaikan konser Eras Tour nya di Singapore yang berlangsung selama 6 hari, pada 2,3,4, & 7, 8, 9 Maret 2024 bertempat di National Stadium Singapore. Sebelum memulai sejarah The Eras Tour nya di Singapore, konser Taylor Swift ini ternyata telah menjadi huru-hara tidak hanya di kalangan fans nya saja yang telah menunggu dengan tidak sabar, tetapi juga menjadi huru-hara di kalangan petinggi ASEAN, terutama Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin Thailand yang sempat geram dengan sikap Singapura, kenapa begitu?Â
Di isukan bahwa Singapura melakukan 'Kontrak Ekslusif' dengan Taylor Swift, dimana Taylor Swift tidak boleh melaksanakan konser lain di negara Asia Tenggara selain di Singapura secara penuh. Selain Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin yang geram akan kontrak ekslusif in. Selain itu, salah satu anggota parlemen Filipina, Joey Salceda meminta Departemen Luar Negeri Filipina untuk mengklarifikasi isu ini, karena ini akan merugikan negara Asia Tenggara lainnya dan  hanya akan menguntungkan Singapura. Jika Taylor Swift tidak bisa melaksanakan konser di negara mereka, ini tidak akan membantu perekonomian negaranya terutama dalam bidang pariwisata.Â
Apabila melihat record atau  history dari konser Taylor Swift yang telah dilakukan di berbagai negara sebelumnya, Konser Taylor Swift mampu menaikan perekonomian negara mereka dan memiliki dampak yang besar terutama dalam bidang pariwisata. Dimana banyak penggemarnya berbondong-bondong datang dari seluruh penjuru dunia untuk dapat bertemu dengan idola nya. Efek Taylor Swift ini dalam perekonomian disebut juga sebagai 'swifttonomics' yang mengacu pada pengaruh ekonomi dari Taylor Swift dan dampaknya terhadap berbagai sektor. Isu ini juga sempat di bahas oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno yang mengatakan bahwa pariwisata Indonesia juga memerlukan 'swifttonomics' untuk menarik lebih banyak wisatawan yang datang ke Indonesia.Â
Lalu dari isu monopoli Singapura dan dampak dari Swiftonomics, apa dampak ekonomi yang terjadi di Singapura selama konser Eras Tour kemarin berlangsung?
Konser Taylor Swift "The Eras Tour" di Singapura pada Maret 2024 telah menggemparkan Asia Tenggara. Ribuan penggemar dari berbagai negara di kawasan ini berbondong-bondong datang ke Singapura untuk menyaksikan sang idola tampil di National Stadium.
Konser ini bukan hanya tentang musik dan hiburan. Dampak ekonominya pun tak kalah besar. Singapura diperkirakan meraup keuntungan sekitar S$300 juta hingga S$400 juta ke dalam perekonomian Singapura (sekitar Rp4 triliun) dari konser ini. Sektor pariwisata, penerbangan, hotel, dan restoran mengalami lonjakan signifikan selama periode konser berlangsung.
Efek dari swiftconomics sangat besar karena dapat mendorong pertumbuhan PDB Singapura pada kuartal pertama di tahun 2024, dimana menurut mothership.sg, sebesar 0,2 poin persentase naik sebagai dampak dari konser The Eras Tour Taylor Swift ini. Kenaikan PDB ini disebabkan karena banyaknya turis yang datang atau penggemar dari luar negeri yang menghadiri konser ini lebih banyak jika dibandingkan dengan WNA asli singapura.
Konser Taylor Swift juga menjadi simbol kekuatan budaya pop dan pengaruhnya di kawasan ASEAN. Taylor Swift, dengan basis penggemar yang besar di Asia Tenggara, telah menunjukkan bahwa musik mampu menyatukan orang-orang dari berbagai negara dan latar belakang. Mengutip dari CNN, Selama 6 hari konser Taylor Swift, di gadang-gadang penggemar di Singapura yang hadir sekitar 300.000 orang, sedangkan 70% penonton lainnya merupakan penggemar yang datang dari luar negeri.Â
Selain itu, dari laporan CNN juga dikatakan bahwa penerbangan yang masuk di Singapura meningkat selama konser 6 hari ini, mencapai angka 186%, dan tingkat pemesanan akomodasi di Singapura mengalami kenaikan signifikan, mencapai hampir empat kali lipat dari biasanya selama konser Taylor Swift berlangsung.
Mengutip dari mothership.sg, berdasarkan  survei yang dilakukan oleh Bloomberg, para ekonom memperkirakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura akan tumbuh sebesar 2,9 persen pada kuartal pertama tahun 2024. Estimasi ini menunjukkan peningkatan dari perkiraan sebelumnya.
Namun, di balik kemegahan konser ini, muncul pula beberapa kekhawatiran. Salah satunya adalah tentang dampak lingkungan. Konser dengan skala besar seperti ini tentu menghasilkan banyak sampah dan emisi karbon.