Mohon tunggu...
Farah Kamilah
Farah Kamilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa S1 fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Romanticizing Mental Illness: Menggugah Kesadaran atau Malah Merugikan?

31 Mei 2023   09:00 Diperbarui: 31 Mei 2023   09:02 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gangguan mental telah menjadi topik yang semakin diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang isu ini, banyak orang telah berusaha merangkul dan memperjuangkan hak-hak mereka yang menderita gangguan mental. Namun, di tengah dukungan yang lebih besar, muncul fenomena yang disebut sebagai "romantisasi gangguan mental" yang memunculkan pertanyaan tentang dampaknya pada individu yang terkena dampak dan masyarakat secara umum.

Romantisasi gangguan mental mengacu pada proses memperlihatkan atau menggambarkan gangguan mental sebagai sesuatu yang menarik, artistik, atau bahkan romantis. Ini dapat terlihat dalam karya seni, puisi, musik, film, atau melalui platform media sosial. Meskipun niatnya mungkin baik, romantisasi gangguan mental memiliki konsekuensi yang mungkin tidak diinginkan.

Salah satu alasan mengapa romantisasi gangguan mental bisa merugikan adalah karena memperkuat stereotip dan klise yang tidak akurat. Ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang gangguan mental secara keseluruhan, dan mengesampingkan pengalaman individu yang sebenarnya. Misalnya, depresi sering kali digambarkan sebagai sumber inspirasi bagi seniman atau penulis yang kreatif, sementara kenyataannya, depresi adalah kondisi yang sangat menghancurkan dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Selain itu, romantisasi gangguan mental dapat memberikan gambaran yang tidak realistis tentang penyembuhan dan perjuangan yang terkait dengan kondisi tersebut. Hal itu dapat memperkuat pemahaman yang dangkal tentang masalah yang serius dan kompleks tersebut, dan memungkinkan terjadinya kesalahpahaman tentang perawatan yang diperlukan atau mengabaikan pentingnya dukungan profesional.

Romantisasi gangguan mental juga dapat mendorong seseorang untuk mengadopsi identitas yang terkait dengan gangguan tersebut sebagai cara untuk merasa istimewa atau unik. Misalnya, seseorang mungkin merasa bahwa memiliki depresi atau gangguan kecemasan memberikan daya tarik atau membedakannya dari yang lain. Namun, mengidentifikasi diri seseorang dengan gangguan mental dapat mengaburkan identitas yang sebenarnya dan menghambat kemajuan menuju pemulihan yang sehat.

Penting untuk diingat bahwa gangguan mental adalah kondisi serius yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Mereka tidak boleh diringankan atau dipandang sebagai sumber kekhasan atau daya tarik. Lebih baik fokus pada pemahaman yang akurat, menyediakan dukungan yang sesuai, dan mempromosikan aksesibilitas perawatan mental yang memadai.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menghindari romantisasi gangguan mental. Penting untuk menghormati pengalaman individu yang sebenarnya, meningkatkan pemahaman yang akurat, dan mendorong lingkungan yang mendukung bagi mereka yang hidup dengan gangguan mental.

Pada akhirnya, upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan mental adalah suatu hal yang baik, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Romantisasi gangguan mental mungkin memiliki konsekuensi negatif yang tidak diinginkan bagi individu yang terkena dampak dan masyarakat secara keseluruhan. Dukungan yang sehat dan pemahaman yang akurat akan memainkan peran yang lebih konstruktif dalam mengatasi isu ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun