Fenomena yang terjadi belakangan ini banyak orang mengeluh kesulitan menelan makanan, keluarnya sedikit cairan atau makanan ketika bersendawa, merasa gelisah dan gugup, ketakutan seperti ada sesuatu berbahaya yang akan terjadi, detak jantung yang meningkat, hiperventilasi, kesulitan mengendalikan pikiran, hingga, sesak napas. Banyak orang mengenalnya sebagai sakit magh bahkan istilah gerd sudah tidak asing di telinga masyarakat. Namun, nyatanya saat para penderita mengunjungi poli penyakit dalam dan dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan masalah pada bagian perutnya. Bahkan dokter akan memberikan rujukan kepada pasien untuk mendatangi poli jiwa. Dan saat penderita datang mengunjungi poli jiwa, dokter akan mendiagnosis anxiety.
Tentu saja saaat ini pasti tidak asing lagi dengan istilah “GERD” dan “Anxiety Disorder” Sudah banyak sekali informasi seputar gangguan pencernaan dan gangguan kecemasan yang sering kali melanda anak muda bahkan orang tua sekalipun. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor penyebab gencarnya penyebaran informasi terkait berbagai gangguan kesehatan, tak terkecuali kesehatan mental. Suatu penelitian menyatakan bahwa gejala kecemasan lebih mungkin terjadi pada orang dengan usia di bawah 35 tahun yang mana menghabiskan banyak waktunya untuk fokus dan terlalu cemas pada wabah.
Anxiety disorder atau gangguan kecemasan sendiri memiliki gejala dan keluhan yang beragam, mulai dari perasaan gelisah, kesulitan konsentrasi, mudah lelah, mudah tersinggung, gangguan tidur, hingga gangguan pencernaan seperti GERD. Peningkatan gangguan kecemasan pada pasien dengan gejala GERD harus diwaspadai karena dapat memengaruhi keparahan gejala GERD. Oleh karena itu, mengelola kecemasan pada pasien GERD merupakan hal yang penting sebagai upaya meminimalisasi keparahan gejalanya.
Pada dasarnya, anxiety sendiri tidak serta merta menjadi pemicu GERD. Namun, tidak sedikit orang dengan masalah kecemasan memiliki kadar asam lambung yang lebih tinggi. Pada saat asam lambung seseorang naik, akan memicu rasa nyeri pada perut. Rasa nyeri tersebut dapat memburuk apabila seseorang tersebut merasa cemas. Hal ini dapat terjadi karena kecemasan membuat seseorang menjadi lebih sensitif terhadap rasa sakit. Kemungkinan lainnya, beberapa orang yang sedang cemas cenderung melampiaskan pada kebiasaan yang dapat memperburuk refluks asam lambungnya, seperti merokok, minum alkohol, atau mengonsumsi makanan berlemak dan makanan pedas. Sebaliknya, gejala buruk yang dialami penderita GERD justru menjadi awal munculnya gejala kecemasan tersebut. Singkatnya, GERD-Anxiety Disorder merupakan sebuah gangguan kecemasan yang hadir bersamaan dengan GERD. Hal tersebut yang mendasari GERD dan anxiety saling berkaitan layaknya siklus.
Penulis : Farah Hanafiyah
Editor : Farah Hanafiyah
Daftar Pustaka :
Herlita septiacha. Kenali GERD Anxiety Disorder yang Sering Menyerang Kaum Millenial. Pioama Universitas Gadjah Mada. 2022. https://piogama.ugm.ac.id/kenali-gerd-anxiety-disorder-yang-sering-menyerang-kaum-millenial/
Ida Aju Kusuma. Kenali Cemas dan Gerd. Kemenkes Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan. 2022. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1232/kenali-cemas-dan-gastroesophageal-reflux-disease-gerd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H