Mohon tunggu...
Farah FirdaAdiningsih
Farah FirdaAdiningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - IAIN PALANGKA RAYA

?

Selanjutnya

Tutup

Financial

Prediksi Perekonomian Dunia akan Dihantam Resesi Tahun 2023, Faktor Pemicu dan Kesiapan Indonesia Menghadapinya?

17 April 2023   21:44 Diperbarui: 18 April 2023   20:14 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bank Dunia memprediksi kemungkinan terjadinya resesi ekonomi global pada tahun 2023 mendatang. Prediksi tersebut, terasa semakin nyata dengan beberapa indikasi yang sudah mulai terjadi, seperti kenaikan suku bunga acuan secara agresif yang dilakukan bank sentral berbagai negara dalam upaya meredam laju inflasi.

Presiden Jokowi menyebutkan bahwa ketidakpastian global saat ini sangat mengkhawatirkan banyak negara, termasuk Indonesia. Akibat kenaikan harga energi hingga suku bunga acuan di berbagai negara, inflasi menjadi melonjak. Beliau menyebut sudah terdapat 5 negara dengan lonjakan inflasi hingga di atas 80%. Sementara inflasi Indonesia per November 2022 mencapai 5,42% dan diprediksi tembus 6 persen di akhir tahun ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyampaikan bahwa ancaman resesi dan perlambatan ekonomi global pada tahun 2023 bukanlah tantangan yang mudah, terutama akibat ketegangan geopolitik yang berimbas pada disrupsi rantai pasok global berpotensi berimbas pada perekonomian domestik. Disamping tantangan geopolitik dan resesi ekonomi tersebut, beliau mengatakan dunia juga menghadapi tantangan perubahan iklim yang akan sangat mempengaruhi keuangan negara, perekonomian, dan kesejahteraan rakyat.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk, yang terlihat dari produk domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Sedangkan melansir Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Beberapa faktor pemicu resesi ekonomi global yang dikhawatirkan akan terjadi tahun depan, yaitu:

1. Pandemi Covid-19, pada saat meluasnya wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 sampai dengan awal tahun ini, aktivitas ekonomi global menurun drastis. Setiap negara lebih fokus untuk menangani Covid-19 dan menerapkan pembatasan aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi secara global pun mengalami kontraksi. 

2. Perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak bulan Februari lalu, telah menghilangkan PDB global hingga USD2,8 triliun. Perang Rusia- Ukraina mengganggu rantai pasok global sehingga menimbulkan krisis terutama di sektor pangan dan energi, yang pada akhirnya mengakselerasi laju inflasi. Perang Rusia-Ukraina merupakan factor utama penyebab terjadinya resesi ekonomi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023 mendatang.

3. Tingginya tingkat inflasi. Dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2022, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan laju inflasi global mencapai 8,8% pada 2022 dan akan menurun pada tahun 2023 yaitu menjadi 6,5%. Inflasi Indonesia menurut Bank Indonesia diproyeksikan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,01% pada 2023 dan 2,51% pada 2024. Menyikapi hal ini, beberapa negara sudah menarik insentif moneter dan fiskalnya sebagai upaya mengatasi risiko dari inflasi yang terus meningkat.

4. Kenaikan suku bunga acuan.

Kondisi perekonomian Indonesia dinilai masih kuat menghadapi gejolak ekonomi global yang mengarah pada resesi ekonomi. Potensi untuk bertahan menghadapi risiko terjadinya resesi ekonomi cukup besar karena ditopang oleh PDB yang masih positif serta tingkat inflasi yang relatif lebih rendah dibandingkan banyak negara lain. Ancaman resesi ekonomi global terhadap Indonesia akan ditandai, antara lain:

1. Permintaan ekspor produk  jadi  Indonesia seperti  tekstil dan  kerajinan  menurun, terutama dari AS, Eropa, dan Tiongkok

2. Penurunan harga beberapa komoditas minyak mentah, minyak sawit mentah (CPO), dan logam dasar;

3. Kenaikan suku bunga di negara-negara maju yang menyebabkan aliran modal mengalir ke luar negeri;

4.Pertumbuhan ekonomi melambat;

5. Meningkatnya beban biaya usaha akibat depresiasi rupiah.

Gubernur Bank Indonesia mengungkapkan bahwa kondisi perekonomian di berbagai negara mulai mengalami perlambatan. Yang mana pertumbuhan ekonomi dunia yang pada awalnya diperkirakan tumbuh sebesar 3% pada tahun ini, akan tetapi turun sebesar 2,6%. Menurut pengamatannya resesi beresiko terjadi bagi Amerika dan Eropa. Bahkan dengan adanya kondisi musim dingin baik di Amerika maupun Eropa bukan hanya menyebabkan resesi tetapi juga akan menyebabkan inflasi semakin tinggi, tentu saja inflasi ini berasal dari harga energi serta tidak adanya pasokan energi akibat perang maupun kondisi geopolitik, serta inflasi pangan yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan rakyat. Sehingga apabila kondisi ini terjadi, maka akan ada keadaan yang disebut dengan "reflasi" yakni kombinasi antara resesi dan inflasi. Dimana pertumbuhannya turun akan tetapi inflasinya tinggi.

Strategi Indonesia menghadapi Ancaman Resesi 2023 adalah dengan strategi yang berfokus pada ekonomi domestik yang memanfaatkan potensi penduduk Indonesia. Dengan program penguatan produk Bangga Buatan Indonesia (BBI) akan terus didorong. Lalu pemerintah juga akan melanjutkan hilirisasi SDA agar memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Pemerintah akan mencoba untuk mengendalikan inflasi pangan. Dimana pemerintah akan terus menggalakkan gerakan tanam pekarangan, food estate peningkatan produktivitas dan percepatan musim tanam, serta upaya memperlancar penyebaran barang dengan bekerja sama dengan daerah dan melakukan subsidi ongkos angkut. Strategi yang meliputi perbaikan iklim investasi dengan penerapan online single submission secara penuh di seluruh Indonesia. Kemnaker juga telah mempersiapkan strategi seperti : Reformasi pendidikan dan pelatihan vokasi yang dilakukan melalui transformasi Balai Latihan Kerja (BLK). Optimalisasi sistem informasi dan layanan pasar kerja. Perluasan kesempatan kerja dengan mendorong peningkatan kemudahan iklim berusaha. Jaminan sosial dan perlindungan tenaga kerja yang adaptif dengan membuat program jaminan kehilangan pekerjaan (JKP) dan pelayanan JKP. Melakukan hubungan industrial yang harmonis. Solusi atau cara untuk menghindari resesi dapat ditanamkan atau dimulai dari diri sendiri dimulai dari hal kecil terlebih dahulu seperti jangan boros, menyiapkan dana darurat atau asuransi, mengelola keuangan dengan efektif, berinvestasi dan menabung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun