Mohon tunggu...
Farah Fadhilah
Farah Fadhilah Mohon Tunggu... -

tulisanku adalah hidupku :) jangan biarkan mulutmu tertutup walau hanya catatan kecil di kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apa ini yang disebut Keadilan?

11 Juni 2013   01:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:14 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proposi tersebut berarti ketidak-adilan. (manusia dan keadilan UG)

Keadilan itu menurut saya adalah tidak berat sebelah, tidak berpihak pada satu sisi, dan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Seseorang dapat dikatakan adil apabila bisa menempatkan suatu posisi yang tidak cenderung ke kanan ataupun cenderung ke kiri, tidak melihat derajat maupun kasta seseorang. Keadilah berlaku untuk setiap manusia dan setiap manusia juga (seharusnya) mendapatkan hak dalam keadilan.

Mengapa saya mengatakan ‘seharusnya’? karena menurut saya, manusia belum semuanya mendapatkan hak akan keadilan. Saya akan memuat beberapa contoh keadilan yang mungkin anda pernah mendengar atau mengalaminya.

Contoh kecil dalam hal ini seperti perjuangan ‘murni’ dan ‘tidak murni’ dikalangan pelajar. Anda mungkin pernah mendengar setiap musim ujian kata bocoran/contekan/cheat atau semacamnya? Mungkin bukan pernah lagi, tetapi sering. Apakah itu tindak keadilan?

Banyak alasan orang-orang yang memakai semacam itu, karena soal ujian susah? Karena terpengaruh kerabat? Atau mungkin karena ingin membentuk solidaritas? Sebelumnya apakah tidak dipikirkan dahulu sebelum memakainya? Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan YME dengan kapasitas otak yang sama. Sekarang tergantung tiap manusianya itu sendiri apakah digunakan sebaik-baiknya dengan jalan yang benar atau mencari jalan pintas. Sebenarnya semua pelajar bisa saja mengerjakan soal-soal ujian sendiri dengan berusaha semaksimal mungkin dengan belajar yang sungguh-sungguh. Ketika hasil ujian keluar, apakah tidak terjadi kecemburuan sosial antara yang memakai dengan tidak memakai contekan? Jika hasil ujiannya lebih tinggi pelajar yang ‘memakai’.

Contoh yang kedua, perbandingan keadilan hukum antara koruptor dengan seorang nenek yang terpaksa mencuri untuk memberi makan cucunya. Belum lama ini saya melihat berita tentang koruptor yang tertangkap dan masuk penjara, tetapi anehnya dalam berita itu, sang koruptor tertangkap kamera seenaknya keluar masuk penjara layaknya seperti penjara itu hanya tempat singgah/ tempat numpang tidur sang koruptor itu, dan ia tidak malu akan hal itu. Hei, keadilan hukum macam apa ini? Sedangkan seorang nenek yang terpaksa mencuri untuk memberi makan cucunya, lalu segera mengaku ke meja hijau tetap saja ia mendapatkan hukuman yang sesuai undang-undang yang berlaku. Pernah anda mendengar atau melihat berita seperti ini? Iya, nenek itu mendapatkan hukuman denda yang mungkin untuk nenek itu sangat berat atau beliau akan masuk penjara. Dan wajar jika nenek ini mendapat keadilan berupa bantuan dari orang-orang yang hadir dalam pengadilan itu atas kejujuran yang beliau lakukan sehingga ia terbebas dari hukuman itu.

Menghamburkan uang tetapi uang itu milik orang lain, sedangkan masih banyak orang yang kelaparan dan terpaksa menghalalkan cara untuk mengisi perut yang kosong. Ibaratnya hukum itu seperti pisau yang menghadap kebawah, semakin ke bawah semakin tajam, dan semakin ke atas semakin tumpul.

Masih banyak keadilan yang belum atau mungkin hampir tidak terlihat di dunia. Tetapi, keadilan yang sesungguhnya akan didapatkan di akhirat kelak jika di dunia keadilan itu sendiri diabaikan.

Salam UG,

farah fadhilah

52412758

manusia dan keadilan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun