Mohon tunggu...
farah fachriza
farah fachriza Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga

Keep going

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dari Gambar ke Drama: Keajaiban Light Shop, Webtoon Bertemu Dunia Drama Korea

18 Desember 2024   10:33 Diperbarui: 18 Desember 2024   10:37 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Di era digital yang terus berkembang, konsumsi media telah berubah drastis. Salah satu bentuk revolusi hiburan yang menarik perhatian global adalah fenomena adaptasi webtoon (komik digital) ke drama Korea. Salah satu contoh terbaru adalah adaptasi webtoon Light Shop yang diubah menjadi drama Korea pada 2024. Proses ini tidak hanya mencerminkan pergeseran dalam bentuk hiburan tetapi juga menyentuh berbagai isu terkait digital literasi, terutama dalam konteks bagaimana audiens berinteraksi dengan konten digital dan bagaimana media baru ini berinteraksi dengan tradisi budaya hiburan. Artikel ini akan membahas tantangan dan peluang yang muncul ketika webtoon diadaptasi menjadi drama Korea dari perspektif digital literasi.

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami apa itu digital literasi. Secara sederhana, digital literasi adalah kemampuan untuk mengakses, memahami, mengevaluasi, dan menghasilkan informasi yang tersedia dalam format digital. Hal ini mencakup tidak hanya kemampuan teknis dalam menggunakan alat digital, tetapi juga pemahaman tentang bagaimana informasi tersebut diproduksi, dikonsumsi, dan diubah di dunia digital. Webtoon adalah salah satu produk budaya digital yang telah memanfaatkan platform online dan aplikasi untuk mendistribusikan karya komik kepada audiens global. Berbeda dengan komik tradisional, webtoon lebih interaktif dan mudah diakses di perangkat mobile, membuatnya menjadi salah satu bentuk hiburan yang populer di kalangan generasi muda. Webtoon Light Shop adalah contoh yang sangat tepat untuk menggali hubungan antara digital literasi dan proses adaptasi ke drama Korea.

Salah satu isu utama dalam adaptasi webtoon seperti Light Shop adalah perbedaan dalam cara audiens mengonsumsi konten. Webtoon menawarkan pengalaman yang sangat visual dan sering kali interaktif. Pembaca dapat langsung merasakan dunia yang diciptakan melalui gambar, warna, dan teks yang dipadukan dalam panel-panel vertikal. Dalam hal ini, digital literasi sangat penting untuk memahami dan menikmati cara cerita dibangun. Namun, ketika diadaptasi menjadi drama, elemen-elemen ini harus diterjemahkan menjadi format live-action yang berbeda. Visual, misalnya, yang sebelumnya dikemas dalam bentuk panel dan efek warna khas webtoon, harus diterjemahkan ke dalam pencahayaan, desain set, dan teknik sinematografi dalam drama. Proses ini menantang pemahaman digital literasi audiens: bagaimana mereka menanggapi perubahan tersebut dan bagaimana adaptasi ini dapat mempertahankan pengalaman visual yang orisinal di layar. Bagi audiens yang sudah terbiasa dengan pengalaman membaca webtoon, peralihan ke format drama bisa jadi membingungkan atau bahkan mengecewakan jika tidak ada upaya untuk menjaga elemen-elemen penting dari cerita webtoon. Hal ini mengharuskan audiens untuk memahami dan menerima transformasi media digital ke format yang lebih tradisional, yaitu layar kaca. Di sinilah digital literasi memainkan peran yang krusial, karena audiens perlu memahami dan mengevaluasi kualitas adaptasi tersebut dengan memperhatikan konteks digital yang lebih luas.

Webtoon, sebagai produk digital, memberi kebebasan kepada pembaca untuk mengakses konten kapan saja dan di mana saja. Audiens dapat membaca satu episode, menyimpan progresnya, dan melanjutkan saat mereka mau. Selain itu, webtoon sering kali menyertakan elemen interaktif, seperti komentar atau fitur berbagi, yang memungkinkan pembaca berinteraksi dengan penggemar lain. Namun, ketika beralih ke drama, format konsumsi media menjadi lebih linier dan lebih terbatas. Penonton harus mengikuti episode yang tayang setiap minggu atau menonton melalui platform streaming. Tidak ada lagi interaksi instan seperti dalam membaca webtoon yang dapat diakses secara langsung. Ini menciptakan tantangan baru terkait digital literasi, di mana penonton harus menyesuaikan diri dengan cara baru dalam mengonsumsi cerita: menunggu setiap episode dan berinteraksi dengan sesama penonton melalui platform sosial atau media berbasis komunitas.

Webtoon seperti Light Shop tidak hanya menawarkan cerita yang menarik tetapi juga berfokus pada estetika visual yang mendalam. Pembaca dilatih untuk membaca gambar secara aktif, menilai elemen pencahayaan, komposisi panel, dan penggunaan warna. Dalam hal ini, digital literasi audiens webtoon mencakup pemahaman terhadap bahasa visual yang lebih kompleks dibandingkan dengan yang biasa dijumpai dalam media tradisional. Audiens webtoon terbiasa dengan pengalaman "melihat" dan "membaca" secara bersamaan. Namun, ketika cerita ini diterjemahkan ke dalam drama, pencahayaan dan estetika visual webtoon harus diadaptasi dengan cara yang berbeda. Visual yang lebih dinamis di webtoon sering kali tereduksi menjadi elemen-elemen praktis dalam drama. Ini menciptakan kesenjangan antara dua bentuk konsumsi media dan menuntut audiens untuk mengembangkan kemampuan evaluasi yang lebih cermat terhadap cara visual ditransformasikan. Bagaimana penonton menilai kesetiaan estetika visual ini menjadi bagian dari digital literasi yang terus berkembang di kalangan penggemar media digital.

Platform streaming yang mendistribusikan drama Korea seperti Light Shop berperan penting dalam mengubah pengalaman penonton. Digital literasi tidak hanya mencakup kemampuan untuk mengakses konten, tetapi juga bagaimana penonton berinteraksi dengan platform tersebut. Platform streaming seperti Netflix, Viki, atau platform lokal lainnya memungkinkan penonton untuk menonton drama dengan cara yang lebih fleksibel, namun juga mengharuskan mereka untuk memahami mekanisme seperti subtitle, pilihan bahasa, dan fitur interaktif lainnya. Penyebaran webtoon dan drama di platform digital juga memungkinkan audiens global untuk mengakses cerita ini. Light Shop yang sebelumnya hanya tersedia sebagai webtoon di aplikasi tertentu kini dapat dilihat oleh audiens internasional, yang berarti audiens dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa akan memiliki pengalaman yang berbeda. Digital literasi dalam konteks ini mengarah pada pemahaman tentang bagaimana cerita yang sama dapat dipersepsikan dan diinterpretasikan secara berbeda di berbagai budaya, serta bagaimana teknologi streaming memungkinkan interaksi yang lebih luas.

Adaptasi webtoon Light Shop ke drama Korea menunjukkan betapa pentingnya digital literasi dalam dunia hiburan saat ini. Dalam proses adaptasi ini, pemahaman audiens terhadap media digital memainkan peran kunci dalam menikmati pengalaman tersebut secara maksimal. Dari cara cerita dikonsumsi hingga bagaimana audiens berinteraksi dengan konten melalui platform digital, adaptasi ini mengharuskan penonton untuk mengembangkan keterampilan literasi digital yang lebih dalam.

Meskipun tantangan besar muncul dalam mentransformasikan webtoon menjadi drama, ini juga membuka peluang bagi audiens untuk memperluas cakrawala mereka dalam berinteraksi dengan cerita. Digital literasi bukan hanya tentang kemampuan mengakses informasi, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami, menilai, dan berinteraksi dengan dunia digital yang semakin berkembang. Di era hiburan yang serba cepat dan serba digital ini, kemampuan untuk memahami dan menikmati proses adaptasi seperti yang terlihat dalam Light Shop adalah bagian penting dari perjalanan kita menuju budaya digital yang lebih cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun