Banyurip Ageng, Pekalongan (24/01/2021) -- Farah Azizah Azhary, Mahasiswa KKN Tim 1 Universitas Diponegoro dengan dosen pembimbing Farid Agushybana,SKM, DEA, Ph.D membuat biopestisida cair dengan bahan dasar yaitu daun papaya untuk pembasmi OPT (organisme pengganggu tanaman).Â
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh residu pestisida sintesis semakin bertambah buruk terhadap lingkungan. Serangan hama pengganggu tanaman menjadi masalah dalam setiap usaha pertanian maupun bagi para pecinta tanaman hias yang akan menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para petani dan bisa menyebabkan tananaman hias menjadi rusak, layu bahkan compang camping. Penggunaan pestisida sintetis yang dinilai praktis untuk mengendalikan serangan hama nyatanya memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri, sehingga dibutuhkan suatu alternatif lain yang dampak negatifnya kecil seperti pestisida nabati yang ramah lingkungan.Â
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan yang terbatas, karena pestisida nabati bersifat mudah terurai. Beberapa jenis tumbuhan seperti daun gamal, pacar cina, daun mimba, biji jarak, daun sirsak dan daun pepaya dianalisa dapat berfungsi sebagai pestisida. Selain itu juga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan pestisida kimiawi digantikan dengan penggunaan pestisida alami yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Bahan aktif daun pepaya juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.
Penggunaan biopestisida sudah jarang di kalangan masyarakat sekitar karena lebih mengandalkan pestisida sintesis yang lebih praktis hanya tinggal membelinya. Namun, pembuatan biopestisida ini cukup mudah dan hal yang lebih penting adalah memeiliki keunggulan meskipun memang harus diperbaharui setelah 7 hari pemakaian. Berikut cara pembuatan biopestisida cair : daun pepaya sebanyak 500 gram dirajang, hasil rajangan direndam dalam 5 liter air, ditambahkan 1 sendok makan minyak tanah, ditambah 1 sendok deterjen.
Setelah 1 malam didiamkan dengan keadaan tertutup, bioestisida perlu disaring lalu dikemas dengan spray botol sehingga siap digunakan. Sosialisasi cara pembuatan biopestisida cair pada warga sekitar khususnya petani diharapkan masyarakat bisa lebih mengenal biopestisida dari bahan-bahan alami yang tidak kalah efektif dibandingkan pestisida sintesis yang meskipun praktis namun sebenarnya mempunyai beberapa kelemahan seperti tidak ramah lingkungan  sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan ketergantungan petani terhadap pestisida kimia. Selain itu diharapkan masyarakat dapat menerapkan pembuatan biopestisida ini berbahan daun papaya atau dengan bahan alami yang lain.
Selain itu juga diberikan sosialisasi tentang pembuatan sabun organik serbaguna bisa digunakan untuk cuci tangan maupun sabun cuci piring.Â
Bahan pembuatan sabun serbaguna ini adalah lidah buaya yang ditambah ragi NKL lalu difermentasikan. Setelah 3 hari fermentasi maka tahap selanjutnya adalah penambahan air, pewarna agar menarik serta pewangi berupa jeruk nipis agar lebih wangi. Sabun cuci tangan ini diharapkan bisa digunakan warga agar lebih was-was dan sadar akan menajaga kebersihannya guna mencegah penyebaran virus covid-19.