Assalamu'alaikum, sobat. Selamat menikmati senja, akhir-akhir ini, suhu kota sangat lembab, panas sekali. Kipas angin tidak berhenti-berhenti bekerja untuk menahan pori-pori agar tidak mengeluarkan keringat, tapi nampaknya sia-sia. Baiklah, langsung saja, sore ini penulis ingin menceritakan kegundahan penulis yang sempat membuat penulis insomnia dua minggu, membuat jantung penulis berdenyut kencang setiap malam, berlibur tidak tenang hingga mudah marah.
      Malam-malam yang mengerikan, dibayang-bayang kematian, mimpi-mimpi beban pekerjaan, setiap bangun tidur yang ada hanya list to do, bekerja setiap hari layaknya robot yang tidak memiliki perasaan, hidup terasa sangat menekan dan berat menjadikan penulis oversharing dan kebingungan sendiri. Tidak ada ketenangan batin yang biasanya menyelimuti seberat apapun masalah yang ada, setelah menangis panjang, pasti segera bangkit menjalani hari.
      Puncaknya baru saja kemarin Jum'at, saat kaki penulis masih sakit karena cedera namun harus tetap bekerja, mendapatkan tekanan kerja yang di luar ambang batas kemampuan penulis, penulis hanya bertanya-tanya, "adakah joki kehidupan? Biarlah dia mendapat peran jabatan dan mendapat tunjangan yang penting saya bisa beristirahat." Mungkin ini tampak berlebihan, tapi itulah faktanya.
      Hari itu penulis sangat gelisah dan gundah, menceritakan hal ini pada teman kerja penulis, jawabannya sederhana, "tempatkan diri sesuai waktu. Weekend adalah saat berlibur, kumpul bersama keluarga, lakukanlah. Jangan mencampuradukkan urusan pekerjaan, keluarga dan urusan rumah saat hari libur. Ambillah waktu untuk bersantai." Maka sejak perjalanan pulang di hari Jum'at, penulis berusaha fokus pada suara-suara di sekitar penulis, suara kendaraan lalu lalang, angin yang berhempus menyapu kulit, kemarin Sabtu, penulis berusaha melepas pikiran-pikiran kerja dan mulai bersantai, mengurangai beban kerja sampai sore ini pun penulis sama sekali tidak mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, hanya mengontrol beberapa hal saja. Kecemasan penulis mulai berkurang.
      Dari hal itu kemudian penulis merenung, "apa sih yang dikejar?" bisnis stabil sebelum menikah? Menjadi PNS semuda mungkin? Bahagia? Uang? Uang? Uang? Penulis kemudian mengambil nafas panjang-panjang kemudian menghembuskan perlahan. Bohong jika kita bilang hidup tidak perlu uang atau jabatan. Jutsru akan rusak jika kesemuanya itu ada ditangan yang salah, sampai hari ini penulis menemukan sebuah video yang sangat relate, squid game adalah gambaran dari sistem kapitalisme (source : https://youtu.be/NJmcpRFS8Yc ). Berbagai data dipaparkan, berbagai sejarah dipaparkan, sebuah pattern diambil. Bagaimana ternyata squid game menggambarkan kondisi kapitalisme membuat kinerja orang-orang makin cepat, tingkat stres meningkat dan tingkat bunuh diri meningkat, mereka menjelaskan kebebasan semu yang mana sistem kapitalisme menggunakan kebebasan demokrasi sebagai landasan yang sebenarnya tidak ada kebebasan di dalamnya dan masih menjadi misteri bagaimana mengalahkan sistem yang mengakar ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H