Mohon tunggu...
Farah Adiba NM
Farah Adiba NM Mohon Tunggu... Wiraswasta - An early childhood education enthusiast

An early childhood education enthusiast, a full time traveler, a food lover

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghadapi Tantangan dalam Memahami dan Menerapkan Pancasila di Era Pendidikan Abad ke-21

25 April 2024   09:59 Diperbarui: 25 April 2024   10:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah dinamika perkembangan zaman, Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia menjadi landasan moral dan filosofis yang tidak bisa diabaikan. Namun, menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Terutama bagi mahasiswa, tantangan dalam memahami dan menerapkan Pancasila dalam konteks pendidikan abad ke-21 menjadi ujian tersendiri.

Sebagai mahasiswa, observasi kritis terhadap tantangan yang dihadapi dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia, serta perwujudan profil pelajar Pancasila dalam pendidikan abad ke-21, menjadi langkah awal untuk merespons dinamika zaman dengan bijak. Dalam upaya memahami tantangan ini, langkah observasi yang kritis dan terarah adalah kunci utama.

Di ekosistem sekolah, khususnya dalam ruang kelas, Pancasila menjadi sebuah tema yang terus dipertanyakan relevansinya dalam konteks pendidikan abad ke-21. Di sinilah mahasiswa berperan sebagai agen perubahan yang mengamati dan mengevaluasi bagaimana Pancasila tercermin dan diintegrasikan dalam kurikulum, metode pengajaran, dan budaya sekolah.

Dalam proses observasi yang kritis, mahasiswa akan menemui beberapa tantangan yang signifikan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat internalisasi Pancasila di ekosistem sekolah, di antaranya:

  • Pergeseran Nilai dan Budaya:
  • Globalisasi dan pengaruh budaya asing melalui media sosial dan internet dapat mengikis nilai-nilai Pancasila dan menggeser identitas nasional.
  • Kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila secara mendalam dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
  • Lemahnya penanaman karakter di sekolah dan keluarga, sehingga nilai-nilai Pancasila tidak terinternalisasi dengan baik.
  • Tantangan Pembelajaran:
  • Metode pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru dan hafalan masih banyak digunakan, sehingga kurang mendorong partisipasi aktif dan pengembangan karakter siswa.
  • Kurangnya integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum dan pembelajaran di sekolah.
  • Gagal beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan belajar generasi Z di era digital.
  • Ekosistem Sekolah yang Kurang Mendukung:
  • Kurangnya kolaborasi antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila.
  • Budaya bullying dan intoleransi masih ada di beberapa sekolah, yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
  • Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk mendukung pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Dari beberapa poin tersebut, mungkin saja kurikulum dan metode pengajaran yang diterapkan belum sepenuhnya mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila secara menyeluruh. Ada kemungkinan bahwa aspek-aspek penting dari Pancasila tidak diwakili secara memadai dalam materi pembelajaran, menyebabkan pemahaman yang dangkal atau bahkan salah tentang nilai-nilai Pancasila.

Kemudian, terdapat pula tantangan dalam memperjuangkan lingkungan sekolah yang inklusif dan berpihak pada peserta didik. Dalam konteks yang kompleks dan beragam seperti ekosistem sekolah, mahasiswa perlu berperan aktif dalam mempromosikan atmosfer yang mendukung perkembangan karakter Pancasila, seperti toleransi, keadilan, dan semangat gotong royong.

Namun, mahasiswa juga perlu menghadapi kenyataan bahwa tidak semua pihak di lingkungan sekolah mungkin memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya Pancasila dan bagaimana menerapkannya dalam praktik sehari-hari. Konflik nilai, perbedaan pendapat, dan resistensi terhadap perubahan bisa menjadi hambatan yang nyata dalam memperjuangkan pendidikan yang berpihak pada nilai-nilai Pancasila.

Namun demikian, mahasiswa tidak boleh menyerah di hadapan tantangan ini. Sebaliknya, tantangan tersebut harus dijadikan sebagai motivasi untuk terus berjuang dalam memperjuangkan pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam semua aspek kehidupan sekolah. Dengan semangat kritis, kolaboratif, dan proaktif, mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik, di mana nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipahami, tetapi juga diamalkan dengan tulus dan konsisten.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun