Mohon tunggu...
Farah Abimanyu
Farah Abimanyu Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Postgraduate York University

A Wanderer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Bela Negara, Pentingkah?

19 Desember 2018   12:43 Diperbarui: 19 Desember 2018   13:09 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap tanggal 19 Desember kita memperingati Hari Bela Negara. Apakah bela negara hanya sebatas ceremonial? Pentingkah bela negara untuk para generasi muda?

Tidak hanya di Indonesia, negara lain seperti Korea Selatan juga ada bela negara. Namun, bela negara di Indonesia berbeda dengan negara tersebut. Korsel mewajibkan penduduknya (pria) yang berusia 20-38 tahun ikut wajib militer selama 2 tahun. Sedangkan pendidikan kader bela negara oleh Kementerian Pertahanan Indonesia lebih kepada mengenalkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air, bukan dengan pendekatan militeristik.

Akan tetapi, bela negara bukan hanya milik kader bela negara Kemenhan tetapi sudah menjadi kewajiban kita semua sebagai Warga Negara Indonesia utamanya generasi muda sebagai penerus bangsa.

Contoh yang bisa kita lakukan sebagai bentuk bela negara adalah bagaimana kita mampu berkontribusi sesuai dengan bidang kita masing-masing. Kalau jadi dokter, polisi, mahasiswa, pns, pengusaha, pejabat maka niatlah untuk membangun bangsa, niat lah untuk memajukan bangsa, bukan hanya sebatas mengejar materi untuk kepentingan pribadi.

Seperti gue sebagai seorang mahasiswa, walaupun kuliah diluar negeri, gue selalu menanamkan niat di diri gue sekembalinya ke Indonesia akan menggunakan ilmu dan pengalaman gue untuk mengabdi ke tanah air agar bisa berguna bagi banyak orang. Selama perkuliahan pun gue selalu membentengi diri gue dari paham-paham radikalisme dan sikap intoleran yang bertolak belakang dari ajaran agama yang mengajarkan cinta kasih kepada siapapun serta mengedepankan nilai humanisme.

Selain itu juga, sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi "bonus demografi" di masa depan, mari kita sebarkan optimisme di kalangan anak muda, sebarkan semangat kebersamaan, saling menyempurnakan satu sama lain agar kita bisa terus maju dan bersaing secara positif terutama menyongsong revolusi industri 4.0 ini.

Contohnya untuk para generasi muda yang aktif di medsos bisa menyebarkan konten-konten positif yang menyebarkan optimisme melalui instagram, vlog youtube, twitter, facebook. Jangan malah ikut-ikutan menyebarluaskan hoax, karena hal tersebut merupakan pembodohan bangsa. Bukan bonus demografi namanya klo para generasi muda mudah termakan hoax, tetapi "rugi demografi!"
 
Maka dari itu, Bela Negara bukan hanya sekedar ceremonial saja, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, agar kita tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa yang besar yang berpedoman kepada UUD 1945 dan Pancasila. Jadi, apapun agama, suku, etnis kita mari bersatu padu saling mengisi, saling melengkapi, bukan saling meniadakan agar Indonesia terus maju dan tidak terjebak kepada kemunduran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun