Peserta Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali berdiri sembari bertepuk tangan riuh saat Jokowi menyampaikan pidatonya. Perwakilan dari 189 negara di seluruh dunia itu bahkan dua kali melakukan standing ovation, mengapresiasi pidato presiden. Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde mengaku terpesona dengan pidato Jokowi. "Presiden Jokowi menyampaikan Pidato yang sangat baik. Kami tidak bisa menyaingi pidato itu," ungkap Christine dalam giliran pidatonya.
Pujian serupa disampaikan Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim. "Ketika Pak Jokowi pidato, rasanya saya mau pulang saja. Karena sambutan saya tidak bisa lebih baik dari dia," katanya. Apa yang membuat pidato presiden mendapat apresiasi dan pujian meriah dari masyarakat internsiona? Seperti disampaikan banyak media, Jokowi menceritakan ilustrasi serial Games of Thrones dalam pidatonya.
Film seri itu adalah gambaran dunia saat ini, di mana negara-negara besar saling bersaing mengukuhkan pengaruh di panggung global. Meskipun, pengaruh global itu tak pernah kekal. Sejarah dunia mencatat kekuasaan Britania yang berabad-abad merentangkan koloni di dunia. Hingga permulaan abad 20, Inggris harus merelakan predikat adi kuasa pada AS, di mana masyarakat dunia menilai AS lebih berpengharapan dan menjamin kebebasan, dibanding politik monarkhi Inggris yang konservatif.
Awal abad 21, kita kembali melihat AS digoyang krisis Finansial yang bergulir seiring subprime mortgage pada 2008. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat memicu tradisi spekulan, memompa gelembung-gelembung ekonomi, namun seketika meletus dan menghasilkan kekacauan. Di saat yang sama, dunia menyaksikan Republik Rakyat China (RRC) menikmati pertumbuhan super cepat, hingga kapasitas ekonominya menyalip kekuatan-kekuatan utama perekonomian dunia.
Dan saat ini, seperti disampaikan Jokowi, kekuatan-kekuatan besar dunia bertarung mempertahankan pengaruh di percaturan global. Sampai kapan perebutan pengaruh itu? Apakah RRC akan menggeser AS, ataukan AS akan bertahan? Tak ada yang bisa memberi jawaban pasti. Tapi, setidaknya ada dua catatan penting di tengah pergulatan itu.
Pertama, pertumbuhan dan persaingan antar negara di era modern telah menghasilkan kerusakan yang mengkhawatirkan. Eksploitasi alam secara berlebih telah menguras perut bumi dan menabur benih bencana di permukaannya. Badai dan topan yang kian merusak di AS hingga Filipina, serta gempa yang makin intens kita rasakan, adalah penanda bahwa perubahan iklim semakin meningkat, dan planet kita semakin menuntut perhatian.
Kedua, di tengah pertarungan negara-negara adi kuasa saat ini, ada kekuatan baru yang kian menunjukkan performa, salah satunya negeri kita, Indonesia. Menurut Business Insider, Indonesia diperkirakan menduduki peringkat ke-5 kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 2030. Adapun 4 posisi yang lebih kuat berturut-turut diduduki RRC, AS, India dan Jepang. Artinya, ada dua kekuatan baru yang akan menduduki lima besar perekonomian dunia, yaitu India dan Indonesia. Itulah, kenapa Indonesia menjadi sangat penting bagi negara-negara lain di seluruh dunia.
Yang selalu menjadi pertanyaan bagi masyarakat dunia, yaitu apa yang akan dilakukan ketika sebuah negara menjadi kuat dan berkuasa? Di situlah relevansi dari pidato Presiden Jokowi, yang menuai dua kali standing ovation dari peserta annual meeting IMF-World Bank.
Dalam pidatonya, Jokowi menegaskan bahwa negara maju maupun terbelakang, memiliki masalah yang sama, yaitu perubahan iklim yang hanya bisa diatasi kalau seluruh negara di dunia berkolaborasi. Pada titik ini, Jokowi mempertegas pendirian, bahwa kita konsisten dengan politik bebas aktif, membuka diri terhadap pergaulan internasional demi ketertiban dunia yang berbasis kemerdekaan dan perdamaian abadi.
Jaminan itu sangat penting, karena semua negara di dunia memiliki memori buruk tentang kerusakan global yang dipicu persaingan tanpa kendali. Perang dunia I dan II adalah efek dari persaingan tanpa adab itu. Karena itulah Jokowi menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat, namun tetap terbuka untuk bekerjasama demi menjaga dan memajukan seluruh peradaban global. Indonesia tidak anti asing, tapi kita punya Pancasila yang siap meramu semua perbedaan, menghadapi semua tantangan demi kemajuan dan kebaikan bersama.
Itulah makna di balik pidato presiden pada pembukaan annual meeting IMF-Worl Bank di Nusa Dua hari ini. Itu jugalah yang membuat perwakilan 189 negara di dunia melakukan standing ovation hingga dua kali untuk Jokowi. Tampaknya, mereka semakin yakin bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi benar-benar telah siap menjadi negara maju, dan tidak akan membelokkan kemajuan itu untuk kepentingan sempit yang merusak tatanan global, seperti Nazi pada Perang Dunia I.