Pertanyaan ini juga sungguh lucu karena dilontarkan pihak oposisi yang notabene diisi oleh para pengusaha kelas dunia.
Mereka paham bahwa pertemuan IMF-Bank Dunia yang dihadiri oleh 189 negara merupakan pertemuan pelaku utama sektor keuangan, ekonomi dan pembangunan dengan jumlah terbesar di Dunia!
Tentunya ketika kita dulu mengajukan proposal menjadi tuan rumah telah melalui serangkaian pertimbangan matang mengenai untung dan rugi. Seperti halnya juga Mesir dan Senegal yang menjadi saingan kita untuk menjadi tuan rumah sadar akan KEUNTUNGAN dari penyelenggaraan pertemuan bertaraf Internasional ini.
Kita mengeluarkan Rp 556 Miliar untuk mengadakan acara IMF-Bank Dunia ini (ini merupakan biaya paling rendah dibanding negara-negara lain yang telah menjadi tuan rumah IMF-Bank Dunia, seperti Singapura dan Peru), namun kita akan mendapatkan banyak keuntungan baik secara langsung (jangka pendek) maupun jangka panjang.
Manfaat jangka pendek yang bisa kita peroleh adalah:
Delegasi pemerintah, investor dan pelaku sektor keuangan, pimpinan/staff IMF-WBG, CSO-NGO akademisi, jurnalist, press, observer bersama keluarganya menginap di Indonesia selama 7 hari.Â
Mereka akan berwisata, minum makan, belanja sehingga akan dapat menggerakkan roda perekonomian Bali terutama di sektor pariwisata, sektor jasa, industri kecil dan sektor pendukung lainnya.
Menurut Bappenas acara ini akan berdampak langsung terhadap perekonomian di Bali senilai Rp 5,9 Triliun!!
Sedangkan manfaat Jangka Panjang adalah Pengenalan produk unggulan Indonesia di pasar global dan Pengenalan peluang investasi dan usaha di Indonesia. Menambah pengalaman dan membangun networking dengan komunitas internasional dan pembelajaran mengenai penyelenggaraan International Event.
Selain itu juga sebagai momentum untuk perbaikan infrastruktur pariwisata di Bali yang telah semakin populer di mata dunia dan sekaligus promosi budaya, pariwisata, industri kreatif, financial technologies Indonesia di media-media Internasional.
Menurut Abra Talattov, Pengamat Ekonomi INDEF, investasi Indonesia di semester II/2018 bisa menembus target dari realisasi Rp 765 triliun.