Indonesia saat ini dihadapkan dengan jumlah generasi Z  kurang lebih seperempat dari penduduk Indonesia. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94% dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Dengan adanya hal tersebut Indonesia berpeluang memperoleh Indonesia Emas 2045 berupa bonus demografi. Bonus demografi, yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang berusia tidak produktif (dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) pada periode 2020-2045. Dalam golongan usia produktif, golongan remaja termasuk di dalamnya dengan rentang usia 10-21 tahun. Remaja merupakan aset penting bagi suatu bangsa untuk dapat melanjutkan cita-cita bangsa membangun Indonesia. Namun saat ini masih banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi remaja Indonesia salah satunya permasalahan kesehatan mental remaja. Hal tersebut dibuktikan dengan survei  menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Angka tersebut setara dengan 15,5 juta remaja yang mengalaminya. Sementara itu 1 dari 20 remaja Indonesia terganggu kesehatan mentalnya dalam 12 bulan terakhir yang berarti 2,45 juta remaja mengalami gangguan mental yang memengaruhi aktivitas kesehariannya. Tentu angka tersebut membuktikan bahwa kondisi kesehatan mental remaja Indonesia sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, demi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan dan demi tercapainya Indonesia Emas 2024, diperlukan suatu program sosialisasi kesehatan mental sebagai upaya pencegahan gangguan kesehatan mental remaja di Indonesia.
Program yang dibuat, yaitu SUPER TEENS: Take Care of Your Body and Mind  sebagai upaya pencegahan gangguan mental. Tujuan dari adanya program ini untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja terkait betapa pentingnya kesehatan mental. Kegiatan ini  bekerjasama dengan Forum GenRe Kecamatan Tapos, Kota Depok atas arahan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Depok dengan menyasar para remaja di SMK Puspita Medika untuk diberikan sosialisasi kesehatan mental dan cara merawat tubuh dan pikiran.Â
SMK Puspita Medika merupakan SMK swasta yang berdiri pada tahun 2013. SMK ini terletak di Kp. Banjaran Pucung RT. 003, RW. 010, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat. SMK Puspita Medika merupakan sekolah yang terkonsentrasi pada bidang kesehatan dengan jurusan atau kompetensi keahlian, yaitu keperawatan, farmasi, dan keperawatan sosial. Diselenggarakannya program sosialisasi disini karena SMK Puspita Medika masuk ke dalam lokus pelaksanaan program sosialisasi. Â Pelaksanaan sosialisasi di SMK Puspita Medika dilaksanakan dengan beberapa rangkaian sebagai berikut.
Analisis Situasi Remaja menggunakan Kuesioner
Sebelum pelaksanaan sosialisasi, dilakukan analisis situasi menggunakan kuesioner dengan instrumen Depression Anxiety Stress Scales (DASS-21) yang dikembangkan oleh Lovibond dan Lovibond (1995). Instrumen ini memiliki 21 item pertanyaan. Pengisian kuesioner dilakukan menggunakan google form pada tanggal 23 September di SMK Puspita Medika. Hasil dari pengukuran tidak akan disebarluaskan, namun akan dijadikan sebagai luaran dari porgram ini.
Sosialisasi Pertemuan Pertama
Pertemuan perdana pada tanggal 30 September 2024 yang dihadiri oleh 37 peserta dari SMK Puspita Medika berjalan dengan lancar. Kegiatan ini diawali dengan mempersiapkan tempat, alat, dan media yang digunakan seperti proyektor, meja, flyer/leaflet, pulpen, pretest dan post-test. Dilanjutkan dengan sesi pembukaan dan perkenalan kepada peserta. Â Kemudian dilakukan pengisian pretest sebelum materi dipaparkan. Â Pada pertemuan pertama ini, materi yang dibawa berjudul "Get to Know: Mental Health" yang dilakukan secara interaktif antara narasumber dengan peserta. Setelah pemaparan materi, terdapat sesi tanya jawab yang diajukan peserta dan dijawab oleh narasumber mengenai isu kesehatan mental. Setelah sesi tanya jawab berakhir, dilakukan pengisian post-test guna mengetahui perubahan pengetahuan peserta. Setelah itu, terdapat sesi ice breaking, sebelum kegiatan sosialisasi berakhir.