BATANG (13/08/22)  ̶ Pupuk kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dikenal masyarakat luas. Pada dasarnya seluruh bahan organik lambat laun akan lapuk dan terurai dengan sendirinya. Hasil pelapukan bahan organik inilah yang umum dikenal masyarakat sebagai kompos. Bila didefinisikan secara lengkap, maka kompos merupakan sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami pelapukan, bentuknya berubah (menjadi seperti tanah), tidak berbau, dan mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman. Kompos juga merupakan salah satu jenis pupuk organik yang berasal dari penguraian/dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikro-organisme aktif (bakteri/jamur/mikroba). Pupuk kompos bisa menjadi salah satu media tanam yang dibutuhkan untuk memberikan nutrisi yang cukup pada setiap tanaman yang sedang bertumbuh.
Mahasiswa KKN Tim II UNDIP, Faraditha Sekar Ayu Kartika dari jurusan Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian dengan dosen pembimbing Bapak dr. Dodik Pramono, M.Si., Med., melakukan pelatihan pembuatan pupuk kompos dari arang sekam dan bekatul dengan campuran kotoran ternak sapi dan kambing yang difermentasi, sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan. Ditambah lagi, cara pembuatan pupuk kompos kami juga tergolong mudah dan murah. Alasan pembuatan pupuk kompos adalah karena sejalan dengan kebutuhan desa, yaitu untuk menunjang desa edukasi pertanian. Maka dari itu, tim kami mengusulkan pembuatan pupuk kompos untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Selain itu, dibagikan juga media pencerdasan berupa poster berisi alat dan bahan serta langkah kerja pembuatan pupuk.
Untuk proses pengerjaan pembuatan pupuk kompos ini, hanya memerlukan waktu pengerjaan selama 1 hari saja. Yang mana dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2022. Setelah itu, pupuk difermentasi selama satu minggu agar kotoran ternak dapat terurai oleh bakteri. Pembuatan pupuk kompos ini melibatkan kurang lebih 15 anggota KWT yang dilaksanakan di Green house milik Kelompok Wanita Tani (KWT) dukuh Pagilaran, Desa Keteleng, Kab. Batang.
Untuk pembuatan pupuk kompos dibutuhkan beberapa bahan, antara lain:
- kotoran ternak (sapi dan kambing) 10 kg
- bekatul 1 kg
- EM4 3-4 tutup botol
- tetes tebu botol 3-4 tutup botol
- arang sekam 1 kg
Dengan adanya pembuatan Teknologi Tepat Guna berupa pupuk kandang ini, diharapkan dapat membantu Kelompok Wanita Tani (KWT) dukuh Pagilaran dalam usaha pengembangan sektor pertanian dan membantu sektor peternakan dalam pengolahan limbah kotoran hewan. Selain itu, pembuatan Teknologi Tepat Guna ini dapat memberikan wawasan tambahan bagi mahasiswa KKN Tim II UNDIP untuk lebih mengenal tentang cara pengolahan kotoran hewan sebagai pupuk kandang yang bermanfaat bagi kesuburan tanah.
Penulis: Faraditha Sekar Ayu Kartika (23020319130056) Fakultas Peternakan dan Pertanian/S1 Agribisnis
Lokasi: Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang
Dosen Pembimbing Lapangan: dr. Dodik Pramono, M.Si., Med.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H