Pandemi Covid-19 membawa perubahan kebiasaan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik. Masyarakat Indonesia menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga imunitas tubuhnya. Salah satunya dengan mencukupi kebutuhan vitamin D. Vitamin D merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan berperan penting untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dalam tubuh. Vitamin ini bisa didapatkan dari paparan sinar matahari atau melalui asupan oral. Ketika tubuh tidak mendapatkan asupan vitamin D yang cukup, maka akan berdampak pada meningkatnya risiko terkena penyakit kronis dan kelainan tulang. Kondisi ini juga dikenal sebagai defisiensi vitamin D.Â
Persoalan mengenai defisiensi vitamin D umumnya terjadi di negara-negara dengan pajanan sinar matahari yang terbatas atau negara-negara dengan empat musim. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada negara-negara yang terpapar sinar matahari sepanjang tahun, seperti Indonesia. Hal ini karena kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya manfaat vitamin D bagi kinerja tubuh sehari-hari sehingga masyarakat tidak memperhatikan kebutuhan asupan vitamin ini.
Penderita defisiensi vitamin D tidak terbatas usia, mulai dari bayi hingga lansia dapat mengalaminya. Seringkali penderita tidak mengetahui bahwa dirinya kekurangan vitamin D atau tidak. Hal ini disebabkan oleh gejala-gejala yang timbul merupakan gejala yang umum. Beberapa gejala yang perlu diwaspadai, yaitu badan mudah lelah, mudah terkena penyakit, nyeri tulang dan otot, serta mood berubah-ubah.Â
Jika sudah merasakan gejala-gejala tersebut, segera penuhi kebutuhan vitamin D atau periksakan diri Anda ke layanan kesehatan terdekat. Apabila kondisi tersebut terus dibiarkan, maka tubuh akan rawan mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti osteomalasia (tulang menjadi lunak), osteoporosis (pengeroposan tulang), penyakit jantung, hingga penyakit autoimun. Selain itu, pada anak-anak dapat mengakibatkan masalah pertumbuhan anak dan rakitis, yaitu gangguan yang menyebabkan tulang penderita melemah, kaki bengkok, dan kelainan bentuk tulang lainnya.
Melihat dampak serius yang dapat timbul, perlu adanya perhatian khusus dari tiap individu agar terhindar dari masalah kesehatan ini. Â Orang tua pun harus memperhatikan asupan vitamin D anak-anaknya sejak dini. Pencegahan bisa dilakukan dengan mengetahui asupan minimal per hari, manfaat, dan sumber vitamin D. Berdasarkan studi yang dikutip dalam jurnal Clinical Pathology and Medical Laboratory, vitamin D dalam darah mayoritas dibentuk di kulit yang terkena paparan radiasi sinar ultraviolet B dan 10% lainnya didapat dari makanan.Â
Maka dari itu, Anda dapat mencukupi kebutuhan vitamin D Anda dengan memperbanyak kegiatan di luar ruangan agar terpapar sinar ultraviolet B, mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung vitamin D, serta mengonsumsi suplemen vitamin D sesuai dosisnya. Selain itu, Anda juga dapat memeriksa kadar vitamin D Anda secara berkala, umumnya enam bulan sekali.
Referensi:
Pusparini, P. (2018). DEFISIENSI VITAMIN D TERHADAP PENYAKIT (Vitamin D Deficiency and Diseases). INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY, 21(1), 91. https://doi.org/10.24293/ijcpml.v21i1.1265.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI