Mohon tunggu...
Faradisa Mawaldah
Faradisa Mawaldah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi yang Tertinggal

11 November 2024   18:19 Diperbarui: 11 November 2024   18:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu baik-baik saja?" tanya sarah sambal duduk di samping Aruna.

Sambil tersenyum tipis Aruna menjawab, "Aku gagal lagi Sar, bahkan aku ngak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang?" jawab Aruna dengan nada sedih.

Sarah menatap Aruna dengan penuh pengertian. "Aku tahu rasanya, dan aku juga punya mimpi besar menjadi seorang dokter, sama sepertimu. Tapi terkadang hidup ngak selalu berjalan sesuain dengan apa yang kia rencanakan. Bukan berarti juga kita harus berhenti untuk bermimpi, tapi kemungkinan kita perlu adanya penyesuaian cara kita melihat mimpi itu".

Aruna menggerutkan dahinya, "Maksudmu?".

Sarah tersenyum melihat wajah Aruna, "Mungkin kamu memang tidak menjadi seorang dokter seperti apa yang kamu bayangkan dulu. Tapi itu bukan berarti kamu gagal dalam hidup. Masih banyak jalan lain untuk membantu orang. Aku misalnya, menemukan panggilan di bidang administrasi. Siapa tahu, kamu juga bisa menemukan sesuatu yang bahkan lebih besar daripada yang pernah kamu impikan?".

Malam itu, kata-kata yang di ucapkan Sarah terus terngiang di kepala Aruna. Mungkin, kegagalan ini bukan akhir, tetapi sebuah belokan di jalan hidupnya yang panjang. Dengan mengingat kata-kata Sarah, ia mulai untuk berpikir ulang, bukan tentang mimpinya menjadi dokter, tetapi tentang apa yang sesungguhnya ia inginkan dalam hidupnya dengan membantu orang lain, memberikan kontribusi nyata. Kegagalan tidak merenggut kemampuannya untuk bermimpi tetapi memberikan kesempatan untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.

Aruna mulai membukakan dirinya pada kemungkinan lain. Dia mendaftar ualng kampus, kali ini bukan untuk jurusan kedokteran, tetapi untuk jurusan farmasi. Dia ingin tetap berada di dunia medis, membantu dengan cara yang memungkinkan berbeda dari yang dulu ia bayangkan. Pada saat itu juga, Aruna langsung memeberi tahukan kepada orang tuanya bahwa ia akan mendaftar ulang kampus dengan jurusan baru yang ia minati.

Dengan perasaan yanh gugup, Aruna berkata "Ayah, Ibu, sepertinya aku akan mencoba lagi untuk mendaftar kampus. Tapi, kali ini bukan jurusan kedokteran melainkan jurusan farmasi. Mungkin dengan aku mendaftar di jurusan farmasi, aku akan lolos".

"Iya nak, apapun yang kamu akan pilih ayah dan ibu akan terus mendukung kamu" jawab ayahnya dengan nada lirih.

"Ayah dan ibu akan selalau mendoakanmu. Semoga kali ini kamua kan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kamu impikan". Jawab ibunya dengan suara lembut.

Mendengar jawaban dari kedua orang tuanya memebuat Aruan semakin yakin dengan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun