Sofi seorang gadis mungil yang sekarang sudah menginjak dewasa. Mengerjakan segalanya sendirian tanpa ada yang membantu seperti dahulu kala. Kehadiran Ibu yang selalu membantuku setiap pekerjaan yang ku lakukan. Semenjak ayah meninggal ibu yang menjadi tulang punggung keluarga dan juga menjadi guru terbaikku dan juga selalu menemani aku tanpa ada rasa lelah sedikit pun. Ibu yang selalu menemaniku kapan pun aku membutuhkan. Ibu.... sambil melihat foto yang ada di ruang tamu, aku sudah bisa melakukan semua sendiri tanpa mu ibu. Ibu aku ingin engkau ada disini bersama ku sekarang, bukan untuk membantu mngerjakan pekerjaanku tapi untuk menemaniku dan memberi semangat padaku.
Ibu, kau tau sekarang, aku sudah menjadi anak yang mandiri. Aku sudah bisa memasak, mencuci, dan menyetrika sendiri, kau percaya itu ibu?” tanya sofi
Ibu kau mendengarkan ku ibu? Masih ingatkah engkau dengan anak mu yang manja ini “tanya sofi sambil menatap wajah ibunya”
“...” tak ada jawaban sakata pu dari ibunya. Yang diberikan hanya senyum manis yang datang dari wajah ibunya.
Ibu aku merindukanmu.” Ucap sofi lirih sambil meneteskan air matanya”
Sekilas di pagi hari yang cerah ku pandangi taman yang sudah ditumbuhi rumput –rumput liar, serta tanaman- tanaman bunga yang hampir layu, karena tidak pernah ada lagi yang merawat dan menyiraminya lagi. Keadaan itu jauh berbeda ketiku ibu masih sehat. Ibu yang selalu membersihkan dan merawat rumah hingga sangat bersih.
Saat sebelum ibu mengalami......
Setiap hari ibu bangun sebelum shubuh untuk mengerjakan segala pekerjaan dirumah, dan tak lupa juga ibu selalu membangunkanku untuk melaksanakan sholat shubuh berjama’ah. Ibu membangunkan ku dengan sangat sabar, terkadang aku marah jika ibu membangunkanku. Setelah sholat shubuh ibu pergi ke pasar untuk belanja. Setelah belanja ibu pasti memanggilku.
Sofi.... bantuin ibu nak masak di dapur.”ucap ibu dengan nada yang begitu lembut”
Namun aku membalasnya dengan kata-kata yang tak seharusnya aku katakan. Ibuku tidak pernah marah, namun selalu membantuku jika aku memiliki PR atau pekerjaan yang tidak bisa aku lakukan. Ibu mengajari dan membantu aku dengan penuh kasih sayang. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika ibu tidak ada di sisiku.
Setelah ibu memasak, ibu menyiapkan makanan dimeja makan untuk sarapan pagi. Dengan enaknya aku langsung duduk tanpa membantu sedikitpun pekerjaan ibu. Ibu selalu menemaniku makan setiap harinya, terkadang ibu tidak ikut makan karena aku minta disuapin oleh ibu. Ibu rela melakukan apa saja demi anaknya bahagia.
Suatu hari ketika aku pulang dari sekolah, aku melihat ibu sangat lemas. Namun ibu tetap melakukan pekerjaannya. Ketika aku tinggal ibu sebentar untuk menaruh tas dan ganti baju, setelah itu aku melihat ibu pingsan di atas lantai. Aku panik, lalu aku pergi ketetangga untuk meminta tolong mengantar ibuku pergi kerumah sakit. Setalah sampai dirumah sakit kemudian dokter memeriksa ibuku. Aku sangat takut dan cemas melihat ibuku dalam keadaan seperti itu. aku menunggu ibuku di luar ruang periksa, entah apa yang dibicarakan anatara ibuku dan dokter seperti sangat serius. Setelah beberapa saat, akhirnya ibuku keluar bersama dengan dokter.
Dalam perjalanan menuju ke rumah aku menanyakan pada ibu,”ibu apa yang terjadi pada ibu tadi?” tanya sofi pada ibunya, kemudian ibu menjawab,” ibu tidak apa – apa nak sambil mengumbarkan senyum paling hangat. Kemudian tanya sofi lagi pada ibunya,” truss kata dokter apa tadi bu? Ibu menjawab” kata dokter tadi ibu harus banyak istirahat tidak boleh terlalu capek.
Setelah berjalan beberapa hari, ada yang aneh pada ibuku. Ibu melakukan hal- hal yang tidak biasa ibu lakukan, ibu juga terkadang sering salah masuk kamarku apabila mau tidur, ibu kira kamarku adalah kamarnya. Tidak hanya itu ibu juga sering bertanya kepadaku tentang barang-barang yang disimpannya sendiri. Ibu juga sering keluar rumah tanpa sepengetahuanku, aku seting bertanya – tanya pada diriku sendiri apa sebenarnya yang terjadi pada ibuku?
Akhir-akhir ini ibuku juga sering mengkonsumsi obat – obatan yang tidak aku ketahui obat apa itu. suatu saat aku menanyakan pada ibuku.” Ibu oabat – obat apa yang ibu minum ?” ibuku menjawab “ itu hanya vitamin ajha kog nak, kmu ga usah kwatir ya.
Suatu hari ketika aku membantu ibu mencari barang yang di carinya aku menemukan sebuah amplop di dalam laci kamar ibu. Kemudian aku membacanya, di dalamnya dijelaskan bahwa ibuku mengidap penyakit Alzeimer. Dalam fikirranku apa itu Alzeimer, kenapa aku tidak pernah mendengar kata teresebut. Kemudian aku mencoba mencari tahu lewat internet tentang alzeimer. Penyakit Alzheimer adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan penurunan daya ingat dan penilaian secara bertahap, yang biasanya disertai dengan perubahan kepribadian dan kemampuan untuk mengekspresikan diri.
Ibuku . ibuku sakit. Ibuku sakit parah. Dia akan melupakan semuanya, termasuk aku. Bodohnya aku, selama ini aku tidak pernah memikirkannya. Padahal ibu selalu memikirkan aku. Aku sudah terlalu sering menyakiti ibuku selama ini. Aku sering membantahnya apabila dia menyuruhku. padahal aku tau ibuku melakukan semua pekeerjaan sendiri semenjak ayah meninggal. Ibu sangat mencintai dan menyayangiku . Aku memang bodoh. Seharusnya aku saja yang sakit, seharusnya aku saja yang menderita.Aku terus berlari, air mataku mulai menetes.
“ibu .. Aku benar benar minta maaf” ucapku sofi lirih.
Setelah tau bahwa ibunya sedang sakit parah, sikap sofi berubah sedikit demi sedikit. Ia mulai menunjukan perhatian pada ibunya. Bahkan mulai membantunya mengurus rumah saat ibu belum pulang kerja. Setelah pulang kerja ibu sedikit heran, karena tidak biasanya seperti itu. sofi menyambut ibunya dengan pelukan yang erat, sambil membisikkan ibu aku menyayangimu. Setelah itu ibu menanyakan pada sofi, “apa kamu sudah mengetahui penyakit ibu nak?” jawab sofi dengan lirih.” Iya bu”
ibu, apa benar kau akan lupa semuanya ?” tanya sofi lirih
“Iya, bahkan aku akan melupakan diriku sendiri” jawab ibu tetap tenang
“Jadi, kau juga akan melupakan aku ?” tanya sofi lagi, matanya mulai terasa panas
“Mungkin kenyataannya begitu. Tapi sepertinya aku tidak akan pernah sepenuhnya melupakanmu, dan aku tidak boleh melupakanmu anakku. Karena kau sudah kuanggap sebagai diriku sendiri. Aku janji aku akan tetap menyanyangimu, walaupun nantinya hanya akan tersimpan dalam hati dan tak bisa kutunjukkan seperti biasanya” jawab ibu degan derai air mata.
Setelah mengetahui semuanya, sofi memanfaatkan liburannya untuk menghabiskan waktu bersama ibunya. Sofi merawat ibunya dengan penuh kasih sayang meskipun itu semua tidak dapat membalas apa yang sudah diberikan ibunya kepada sofi.
Ibu maafakan anakmu yang manja ini, atas semua kesalahan yang sudah ku perbuat selama ini. Ibu aku sangat menyayangimu, hanya engkaulah satu –satunya perempuan hebat yang ada dalam hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H