Mohon tunggu...
Istiqomah Almaky
Istiqomah Almaky Mohon Tunggu... Penulis - Widyaiswara PPPPTK PKn dan IPS

Selain menjadi Widyaiswara di PPPPTK PKn dan IPS, saya trainer menulis buku, KTI, juga editor di Media Guru Indonesia. Mau kenal lebih jauh, bisa lihat di FB saya, Istiqomah Almaky, atau di blog saya isti.gurusiana.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MGMP Bahasa Indonesia Se-Jatim Dukung Kurikulum 2013

15 September 2013   15:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:51 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1379236701309843134

(Oleh-oleh Rakorda MGMP Bahasa Indonesia Jawa Timur)

Pengantar

Tulisan ini hanya sekedar ungkapan terima kasih dan kebahagiaan hati seorang guru karena diberi kesempatan memperoleh pencerahan tentang Kurikulum 2013 pada Rakorda MGMP Bahasa Indonesia SMP, SMA, dan SMK Se Jatim yang diadakan oleh Balai Bahasa Jawa Timur di The Sun Hotel Sidoarjo. Terimaka sih kepada Balai Bahasa Jatim.

Menjadi Guru Itu Luar Biasa

Bangga jadi guru? Pastilah. Sejak lama saya sangat bersyukur diberi rizki, karunia, menjadi guru.  Bagaimana tidak, menjadi seorang guru memungkinkan saya berbagi ilmu dan berperan dalam mempersiapkan anak-anak bangsa ini mempersiapkan masa depannya. Secara berkelakar, saya sering menjelaskan kepada teman bahkan anak didik saya mengapa saya begitu bahagia menjadi seorang guru.

“Menjadi guru itu memungkinkan bagi saya untuk misuhi (marah-marah, ini Jawa –Malang) anak orang. Bayangkan, kalau saya jadi pegawai bank, direktur perusahaan asing, mana mungkin saya memiliki hak untuk memarahi anak orang?”

Ya, dengan menjadi guru saya mempunyai kesempatan untuk misuhi anak orang lain dalam arti positif. Bila anak didik saya melakukan kesalahan dalam hal perilaku, seperti berkelahi, menulis status yang menghina orang lain di jejaring sosial, pacaran melampaui batas norma, dan sebagainya, seorang guru memiliki hak untuk menasihati anak didiknya. Bahkan, andaikata kami para guru tidak sedang berdinas, tetapi sedang berjalan-jalan di mall, lalu  melihat anak didiknya berbuat negatif di sana, kami pun masih dipandang ‘berhak’ bahkan wajib untuk menasihati anak didik kami. Tidak mungkin kan seorang presiden direktur sebuah perusahaan besar di mall tiba-tiba menasihati anak orang lain meskipun anak orang lain itu sedang mencium pacarnya di muka umum.

Belum lagi kebahagiaan lain yang kami rasakan ketika anak didik kami mampu meraih keberhasilan, mulai dari memperoleh nilai ulangan harian yang baik, naik kelas, lulus dengan nilai terbaik, diterima di PTN favorit, hingga menjadi orang sukses. Kami selalu bahagia dan bangga. Meski, barangkali anak didik kami seringkali tidak berkhabar kepada kami tentang keberhasilan mereka. Padahal, andaikata mereka sedikit saja menyampaikan khabar kesuksesannya kepada kami, kami akan sangat baik.

Secara pribadi, ketika saya menyadari bahwa mengetahui keberhasilan anak didik itu merupakan kebahagiaan tak terbatas, maka saya mencoba untuk selalu mengabarkan keberhasilan yang bisa saya raih kepada guru-guru saya. Bukan bernmaksud menyombongkan diri. Namun,  lebih saya maksudkan untuk mengabarkan kebahagiaan pada beliau. Saya yakin, tak ada satu pun guru yang tidak bahagia ketika mendengar atau melihat anak didiknya sukses.

Menjadi Guru Bahasa Indonesia Itu Sangat Luar Biasa

Siapa pun pasti sepakat bahwa kemampuan berbahasa, tidak hanya berbicara, tetapi juga menyimak dan membaca dengan baik,  apalagi sampai menghasilkan tulisan berkualitas adalah kemampuan yang luar biasa. Nyaris tak ada satu pun pekerjaan ynag tidak membutuhkan kemampuan berkomunikasi.

Begitulah meski awalnya saya “terpaksa” jadi guru karena menuruti harapan orang tua, pada akhirnya saya enjoy, bahagia, dan bersyukur menjadi guru, apalagi guru bahasa Indonesia. Orang boleh saja mencibir, apa susahnya masuk jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia? Jurusan tak bergengsi. Jurusan yang barangkali setiap calon mahasiswa dapat dengan mudah menembusnya. Demi menjadi guru yang sebenar-benarnya guru, saya melengkapi modal saya dengan mengikuti kegiatan kepenulisan, drama. Berbagai lomba menulis, baca puisi, baca pidato saya ikuti. Alhamdulillah juga sering juara.

Sebagai guru seringkali hati saya bergetar ketika menyadari betapa besarnya peran seorang guru bagi kehidupan anak didik juga bangsanya. Hal paling baru  yang paling membuat hati nurani saya sebagai bangsa Indonesia gemetar adalah apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. Mahsun, Kepala Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia pada Rakorda MGMP Bahasa Indonesia di The Sun Hotel Sidoarjo Jawa Timur tanggal 11 – 13 September 2013 lalu.

Di hadapan kami, yang hampir 100% adalah ketua MGMP Bahasa Indonesia kota/Kab Se Jawa Timur itulah beliau memaparkan hasil penelitiannya. (Sayang masih dalam proses untuk dibukukan, begitu yang say simak). Di layar LCD beliau memaparkan bahwa saat ini, terjadi ancaman terhadap eksistensi Indonesia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Menurut beliau, Indonesia terbagi menjadi 3 wilayah. Wilayah pertama adalah wilayah Kemelanesiaan  (meliputi wilayah Sumatra dan sekitarnya), wilayah Otoda (Jawa dan Kalimantan), dan wilayah Austronesia (semoga saya tak salah sebut, meliputi wilayah NTT, NTB, Maluku, dan Papua).

Di wilayah kemelanesiaan ada upaya pihak-pihak tertentu yang sengaja menanamkan pemahaman bahwa bangsa Indonesia di wilayah itu berbeda dari Indonesia, berbeda secara budaya dan bahasa. Kepada mereka sengaja ditanamkan pemahaman bahwa mereka orang Melayu, dan Melayu itu bukan Indonesia. Di bagian Austronesia, di wilayah Indonesia Timur, ditanamkan keyakinan bahwa bahasa dan budaya mereka juga berbeda dengan Indonesia.  Pemahaman secara mendalam yang disusupkan diam-diam ini tentu akan menjadi ancaman yang serius bagi keberadaan Negara Kesatuan Republik Indoesia.

Relakah kita melihat bangsa kita terpecah-pecah?

Dalam upaya mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia inilah, saya dan teman-teman peserta Rakorda, seperti disadarkan alangkah besarnya tugas yang kami emban saat ini. Tak hanya mengajarkan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran, tetapi terus menguatkan peran bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Merinding sekali mendengarkan penjelasan dan fakta-fakta yang dipaparkan Prof. Dr. Mahsun. Apalagi saat ini, bahasa

Indonesia juga diberi peran sebagai penghela ilmu pengetahuan.

Sebagai penghela, yang mendorong, bahasa Indonesia harus mampu menjadi alat bantu bagi anak didik untuk menguasai ilmu pengetahuan. Banyak tantangan yang harus kami hadapi untuk menjalankan peran bahasa Indonesia.

Rasanya, masih sangat berbekas “rasa sakit” ketika diterapkan Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Penetapan bahasa Inggri sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran MIPA di sekolah berlabel SBI dan RSBI itu benar-benar ‘pengkhianatan’ terhadap kedudukan dan peran bahasa Indonesia seperti yang tertuang dalam UUD 1945 dan UU Sistem Pendidikan Nasional. Tak hanya karena telah dengan tanpa rasa patriotis  kebijakan SBI dan RSBI itu menggeser  peran dan kedudukan bahasa Indonesia, tetapi juga telah mempermalukan sebagian besar dari para guru yang menngajar MIPA. Mengapa? Meski dengan bahasa Inggris pas-pasan, atau malah sangat kurang’ para guru itu dipaksa mengajar bahasa Inggris. Entahlah, saya tak bisa membayangkan kacaunya para guru MIPA mengajar dengan bahasa Inggris. Coba ya kalau ada yang punya rekaman videonya, bisa-bisa lebih kacau dari bahasa Inggris versi Vicky Prasetyo saat mengampanyekan dirinya dalam pemilihan lurah. Hehehe. (so, sadar yuk, jangan menertawakan Vicky. Jangan-jangan bahasa Inggris kita alah lebih kacau).

Balik lagi ke masalah peran bahasa Indonesia dalam pendidikan nasional dan dalam  upaya mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apa yang disampaikan oleh Pak Mahsun, ditambah dengan materi lain yang juga disampaikan oleh Pak Prof. Dr Hamka (dari Puskurbuk) juga Dr. Suyatno (dari Unesa) membuat saya, saya yakin juga banyak teman guru lainnya, menyadari bahwa kami harus terus belajar, meningkatkan kompetensi, meningkatkan jaringan agar kami mampu dan berhasil dengan baik menjalankan tugas besar itu.

Karena itulah, di akhir kegiatan Rakorda MGMP Bahasa Indonesia yang digagas Balai  Bahasa Jawa Timur, bersama 8 peserta lainnya, Pak Amir Mahmud (Kepala Badan Bahasa Jatim), dan Pak Anang Santoso (Peneliti dari Badan Bahasa Jatim) kami merumuskan Rekomendasi hasil Rakorda tersebut.

Di antara pihak-pihak yang akan menerima  rekomendasi tersebut adalah Mendikbud, Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Dinas Pendidikan Jawa Timur , Dinas Pendidikan daerah di  wilayah Jawa Timur, Balai Bahasa Jawa Timur, dan LPMP. Inti dari  rekomendasi yang kami ajukan adalah kami para guru bahasa Indonesia se-Jawa Timur adalah kami mendesak pelatihan Kurikulum 2013 segera dan pelatihan materi kebahasaan dan kesastraan dari Badan Bahasa. Sebenarnya masih banyak rekomendasi lainnya. Sebagai salah satu sekaligus satu-satunya guru perempuan yang dimasukkan dalam tim perumus, saya masih menunggu rekomendasi tersebut disampaikan kepada pihak-pihak yang dituju sebelum memublikasikan secara lengkap. Belum ada izin resmi, maksud saya begitu.

MGMP Bahasa Indonesia SMP, SMA, SMK Jawa Timur Dukung Kurikulum 2013

Terlepas dari banyaknya kelemahan Kurikulum 2013 dan pro kontra di lapangan, sebagai guru, yang berarti para eksekutor di lapangan, kami sepakat mendukung Kurikulum 2013. Bahkan, soal kasus cerpen pada buku Bahasa Indonesia untuk kelas VII SMP yang heboh karena penggunaan kata “kurang ajar”, “bangsat” sekali pun kami bersikap positif.

Sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) yang diamanahkan dalam Kurikulum 2013 terkait dengan kompetensi keagamaan dan sosial, kami bersepakat dengan penjelasan Pak Mukhson bahwa penggunaan bahasa dalam cerpen tersebut kontekstual dan edukatif. Singkatnya, penggunaan bahasa yang dituduh kasar dan tidak mendidik itu sebenarnya adalah cara-cara mendidik dengan konteks berbahasa yang nyata.

Anda tidak percaya? Coba tanya anak kelas V SD. Apakah mereka tidak pernah mendengar kata “kurang ajar” dan “bangsat”? Insyaallah kita pasti sepakat bahwa dalam kehidupan sehari-hari mereka tak hanya mendengar dua kata kasar itu, bisa jadi malah yang jauh lebih kasar pun mereka pernah mendengar dari mulut orang, bahkan mungkin mereka sendiri menggunakannya. Kalau pun tidak di dunia nyata, mereka bisa dengan mudah menemukan, membaca, dan mendengar kata-kata kasar itu digunakan. Sangat sulit menghindarkan diri dari kata-kata kasar, jorok, dan sebagainya itu dalam kehidupan yang semakin aneh ini.

Lalu apakah pendidikan harus mengisolasi anak didik dari fakta berbahasa itu? Apa pendidikan hanya boleh mengajarkan kata-kata yang dianggap santun? Inilah luar biasanya cerpen  “Gerhana” karya Mohammad Ali di halaman 225 itu. Dalam cerpen itu digambarkan ada tokoh Siti yang bersikap dan berbahasa santun dan ada tokoh polisi yang bersikap arogan dan berkata-kata kasar (mengumpat). Pada akhirnya, polisi itu mengalami nasib buruk sedang Siti bernasib baik.

Di sinilah peran guru bahasa Indonesia memegang peran penting dalam menanamkan karakter bangsa dan nilai-nilai positif dalam kehidupan. Sederhananya, anak didik diajak berpikir, merenung, dan diharapkan dapat menemukan pemahaman sendiri bahwa tindakan dan tindk berbahasa yang tidak baik itu akan membuahkan akibat yang tidak baik dan merugikan, sebaliknya tindakan dan tindak berbahasa yang negatif akan menimbulkan kehancuran dan kerugian.

Mau mengajarkan kebaikan bukan berarti menutupi segala fakta keburukan. Dengan menunjukkan keburukan yang ada, merenungkan, mendiskusikan, insyaallah anak didik akan memahami mengapa mereka harus menghindarkan diri dari tindakan dan tindak berbahasa yang tidak baik.

Masih banyak lagi hasil yang kami peroleh dari rakorda ini. Semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya, kegiatan ini akan menjadi agenda rutin tahunan. Sambil berbisik, seorang teman, ketua MGMP SMP berbisik kepada saya.

“Bu … apa yang saya peroleh di sini jauh lebih banyak dan mencerahkan pemahaman saya tentang Kurikulum 2013 dibanding dari pelatihan guru sasaran yang saya terima.”

Dalam hati saya bersyukur telah diberi kesempatan ikut dalam acara yang penuh berkah ini. Meski tidak tertunjuk (bener apa salah ya? Wkwkw) sebagai guru sasaran (kebetulan SMA saya jadi sekolah sasaran), saya diberi kesempatan untuk mendapatkan pencerahan tentang Kurikulum 2013 langsung dari orang-orang hebat. Terima kasih pada Pak Yani Paryono, Ketua Panitia yang memberi kesempatan bagi saya untuk mengikuti kegiatan ini, bertemu  dengan teman-teman guru dan Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP, SMA, dan SMK se Jatim. Gagasan Anda luar biasa!

Akhirnya …

Insyaallah saya tak bingung lagi bagaimana harus membuat RPP karena di Rakorda itu Pak Hamka memberi contoh RPP yang bisa dipercaya. RPP yang beda dengan RPP lain yang beredar di banyak blog atau yang saya peroleh dari teman-teman guru peserta pelatihan Kur 2013. Hehehehe. Serius RPP dari ang pakar jauh lebih meyakinkan. Insyallah segera saya akan merevisi RPP saya. (Walah …. Sudah mau ke 4 kalinya saya merevisi). Meski hanya mengajar 1 kelas X, bukan halangan bagi saya untuk membuat perangkat yang sebaik-baik yang saya bisa.

Bismillah.

Note: Jangan ditertawakan ya kalau tulisannya alay. Maklum, saya sangat ingin dan merasa terpanggil untuk memahami Kur 2013. Eh … gak nyangka, di Rakorda dapat materinya dari orang-orang yang luar biasa. Semoga … di antara pembaca tulisan sederhana ini, ada yang kemudian berbaik hati mengajak saya ikut pelatihan atau apa pun yang dapat meningkatkan pemahaman dn kompetensi saya sebagai guru.

Menjadi guru itu bangga dan bahagia, tetapi terus belajar dan menjadi guru luar biasa itu adalah impian saya. (Istiqomah, S.Pd, M.Pd, guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Batu Jawa Timur dan Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMA Kota Batu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun