Mohon tunggu...
Faradilla Witha Fernanda
Faradilla Witha Fernanda Mohon Tunggu... Penulis - Sabar itu susah, makanya hadiahnya surga. Kalo mudah, hadiahnya kipas angin.

Penyuka sejarah, khususnya zaman kuno. Dulu bercita cita jadi arkeolog, sekarang Ibu Rumah Tangga, berkarya di rumah :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Anak Ingin Keluar dari Keluarga

16 Februari 2019   13:45 Diperbarui: 16 Februari 2019   13:50 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di Desa Paduk, hiduplah 1 keluarga dengan 3 orang anggota, yaitu sepasang orangtua, dan anak mereka. Karakter Ayah bersifat keras kepala, , cepat emosi, tidak bertanggung jawab namun tetap sayang kepada anaknya.Karakter Ibu, yaitu lembut, bertanggung jawab, berusaha tetap ceria dan bertanggung jawab terhadap keluarga. 

Eh, tidak salahkah? kenapa Ibu yang bertanggung jawab terhadap keluarga?

Karena si Ayah tidak bekerja. Kenapa tidak bekerja? karena si Ayah orang yang tidak tahan banting, cepat menyerah, akhirnya ingin hidup nyaman saja. Maunya punya usaha sendiri tapi tidak sungguh-sungguh  menjalankan.

kasihan si Anak.

Anaknya selalu melihat sepasang orangtua ini bertengkar, siang malam. Pada awalnya anak kecil itu merasa stres karena setiap hari melihat pertengkaran, tapi lama kelamaan yang dia lakukan  dia akan masuk ke kamarnya dan menguncinya supaya suara pertengkaran itu tidak terdengar. Hal tersebut berlangsung terus sampai si anak dewasa.

Ketika si anak dewasa, dia pergi merantau untuk belajar hingga akhirnya bekerja di luar daerah rumahnya. Dia jauh dari ibu bapaknya, sedikit merasa tenang, namun jika mendengar kabar dari ibunya yang bercerita tentang Ayahnya, atau kabar dari saudara-saudara Ayah atau Ibunya, dia sungguh merasa tidak tenang.

walaupun begitu, dia tetap berusaha belajar dengan baik, serta bekerja, mencari penghidupan sendiri.

Keadaan diperparah dengan sifat keluarga besarnya yang turut ikut campur permasalahan keluarga intinya, serta berusaha memanfaatkan jerih payah ibunya dengan alasan-alasan tertentu.

Anak itu sungguh merasa kasihan dengan Ibunya.

Ingin sekali dia menjauhkan Ibunya supaya terbebas dari masalah, tapi tidak ada yang mendukungnya, yang memberinya keberanian atau pembelaan.

Dia ingin mengenyahkan masalah-masalah tersebut, tapi lagi-lagi tersangkut masalah adab dan kesopanan.

tahun demi tahun berlalu. Anak itu, dia tetap berusaha membantu ibunya walaupun bantuan yang diberikannya tidak ada apa-apanya. Dia sungguh sayang Ibunya.

Tiba-tiba terdengar kabar bahwa Ibunya sakit keras.

Semua keluarga memberinya saran A, B, C dan sebagainya. Dia bingung, sedih, di sisi lain dia harus fokus untuk bekerja. Dia heran, apakah aku kepala keluarganya? Bukankah kepala keluarga adalah laki-laki yang harus mengambil keputusan,serta  melindungi?

Ibunya semakin hari semakin lemah walaupun sudah diobati semaksimal mungkin yang bisa keluarga itu lakukan.

Sudah jatuh, tertimpa tangga. Masalah yang dulu bermunculan kembali. Di saat seperti itu, keluarga lainnya lagi-lagi mengambil kesempatan dalam kesempitan. Mengambil yang bukan haknya, menjatuhkan nama baik si anak, memburukkan si Anak di depan Ibunya yang sedang lemah.

Padahal anak itu luar biasa khawatirnya terhadap Ibunya.

Anak itu takut kehilangan Ibunya.

Anak itu rindu terhadap Ibunya.

Anak itu pun menanyakan kabar si Ibu hampir setiap hari.

di saat seperti ini, anak itu tak punya daya untuk mengenyahkan masalah yang terus menderanya.

tapi dia tahu, Allah selalu ada untuk menjaganya.

Dia tahu, doa orang yang dizalimi tidak akan tertolak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun