Pada umumya penyakit utama dalam sebuah perekonomian negara adalah Inflasi dan pengangguran. Dimana dalam hal ekonomi makro, variabel yang menjadi fokus kajian dan pengawasan adalah kedua variabel tersebut, inflasi dan pengangguran. Berbagai cara dan kebijakan yang ditetapkan dan dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga terkait untuk menjaga dan mengotrol 2 variabel tersebut agar tetap pada konsdisi ideal. Jika dikaji lebih cermat pengangguran dan inflasi saling memiliki hubungan korelasi, dimana apabila pengangguran ditekan serendah mungkin maka akan berakibat pada peningkatan inflasi yang salah satunya diakibatkan oleh JUB Â Jika dikaji lebih cermat pengangguran dan inflasi saling memiliki hubungan korelasi, dimana apabila pengangguran ditekan serendah mungkin maka akan berakibat pada peningkatan inflasi yang salah satunya diakibatkan oleh JUB yang meningkat. Dan sebaliknya, ketika jumlah inflasi ditekan serendah mungkin maka berakibat pada pengangguran yang semakin tinggi, hal tersebut sebagai akibat dari reaksi para investor dalam memangkas biaya produksi yang dikarenakan tingkat penjualan menurun.
Sehingga dalam hal ini , Inflasi berperan dalam merangsang kondisi perekonomian baik disektor moneter maupun disektor riil. Pada dasarnya Inflasi tinggi maupun inflasi rendah sama-sama memiliki kecendurungan yang berdampak negatif untuk sebuah kondisi perekonomian, untuk itu kondisi yang paling ideal adalah berada pada kondisi inflasi yang seimbang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, setiap negara memiliki acuan tersendiri dalam menetapkan kondisi inflasi yang ideal, Indonesia yang dalam penetapan tingkat suku bunga dikuasai dan diserahkan pada Bank Indonesia, dimana dalam kutipan dari data Bank Indonesia dilaman bi.go.id,inflasi dikatakan ideal ketika tidak kurang dari 3 dan tidak melebihi 5.
Sejalan dengan prinsip inflasi, ada kategori dalam perekonomian yang menjadi lawan inflasi yang lebih dikenal dengan istilah deflasi. Definisi dari deflasi adalah suatu peristiwa penurunan harga  barang dan jasa secara terus-menerus dan berlangsung cukup lama. Dalam kondisi deflasi mata uang Rupiah mengalami peningkatan pada nilainya, berlawanan dengan pemahaman mengenai inflasi. Dalam hal ini , bukan berarti peningkatan nilai Rupiah adalah hal yang positif dan ideal, jawabanya adalah tidak. Kembali pada prinsip bahwa yang paling ideal dalam suatu perkonomian adalah garis keseimbangan, Terlalu rendah tidak baik , terlalu tinggi pun tidak baik jika dilihat dari dampak pada kondisi perekonomia.
Jika dilihat dari fokus kajian artikel yang berasal dari kutipan JawaPos.com, Indonesia sepanjang bulan februari 2016 mengalami deflasi. Ada berbagai faktor penyebab deflasi diantaranya :
- Jumlah Uang Beredar yang berada di masyarakat menurun.
- Terjadi pengetatan likuiditas oleh lembaga keuangan.
- Meningkatnya penawaran akan produk yang ditawarkan.
- Dan berbagai kebijakan lain yang mengakibatkan deflasi
Sedangkan dalam peristiwa deflasi yang terjadi bulan lalu tepatnya bulan februari 2016 di Indonesia dipengaruhi oleh Enam kelompok pengeluaran yang ada diantaranya ialah ;
- Turunnya tarif listik.
- Penurunan harga bawang merah
- Penurunan harga telur ayam ras
- Penurunan daging ayam ras
- Penurunan harga bensin
- Penurunan harga cabai rawit
Fenomena yang telah dijelaskan diatas adalah faktor yang mempengaruhi deflasi bulan deflasi, jika kita lihat lebih teliti kondisi perekonomia tidak hanya dapat dilihat dari indikator makroekonomi saja akan tetapi ada berbagai indikator lainnya yang mempengaruhi kondisi perekonomian. Bahkan deflasi yang dikenal dengan salah satu variabel makroekonomi pada dasarnya juga berawal dari penentuan harga kebutuhan yang berada pada pasar. Sehingga untuk mencapai sebuah perkonomian yang ideal dan seimbang diperlukan koordinasi antara seluruh komponen dari berbagai sektor.
Dengan demikian untuk mengatasi berbagai penyakit dalam perekonomian diperlukan kebijakan dan aplikasi jitu untuk tetap menjaga dan mengontrol kondisi perekonimian pada koridor keseimbangan. Wewenang dalam menentukan kebijakan tersebut dapat berasal dari pemerintah maupun lembaga-lembaga yang memiliki keterkaitan. Kebijakan pemerintah dalam mengatasai kondisi deflasi dalam perekonomian diantaranya ;
- Pemerintah memberikan kebijakan potongan pajak dan beragai tambahan subsidi, sebagai strategi dalam mengatasi Jumlah Uang Beredar yang mengalami penurunan, sehingga diharapkan JUB dimasyarakat mengalami kondisi yang normal kembali.
- Pemberian beasiswa tunai, bantuan langsung tunai dan lain sebagainya yang berkaitan dengan solusi mengatasi deflasi.
- Regulasi dipeerlonggar.
- Pemerataan hasil produksi sebagai strategi pemerataan dalam harga sehingga tidak ada tumpang tindih antar harga didaerah yang berbeda.
Sedangkan untuk kebijakan yang menjadi wewenang Bank Sentral dalam mengatasi deflasi secara terus-menerus diantaranya dengan ;
- Penurunan tingkat suku bunga, sebagai strategi untuk merangsang masyarakat agar lebih memilih memegang dan berinvestasi jika dibandingkan untuk menabung.
- Membeli Surat berharga yang berada di masyarakat.
- Pelonggaran likuiditas pada bank umum, dengan cara menurunkan Giro Wajib Minimum yang dimiliki bank umum di Bank Indonesia.
- Dan berbagi kebijakan dan instrumen-instrumen lainya.
Dari penjelas diatas, seluruh masyarakat pada umumnya seharusnya memiliki pemahaman akan kondisi yang terjadi dilingkungan. Mahasiswa sebagai generasi muda harus memberikan implementasi yang positif terhadap kondisi yang terjadi disekitar. Hakikatnya bukan hanya peraturan yang memiliki kesempurnaan dalam mengestimasi kondisi ideal untuk kedepannya akan tetapi yang terpenting adalah aksi nyata dan implementasi dari aturan yang ditetapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H