Mohon tunggu...
Fara Dila Sandy
Fara Dila Sandy Mohon Tunggu... -

S1 Economics Development at University of Jember (2013-2017)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diterpa Globalisasi "Mempertahankan Jiwa Nasionalisme Itu Mudah"

9 Maret 2016   21:56 Diperbarui: 9 Maret 2016   22:02 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dewasa ini ketika globalisasi semakin erat dalam kehidupan manusia, segala sesuatu dapat dipermudah dengan akses apapun. Teknologi yang kecanggihannya  semakin pesat, akses berhubungan dengan orang lain baik dari dalam negeri maupun orang yang berada diluar negeri. Tidak bisa dipungkiri kejadian tersebut dialami hampir oleh seluruh negara, yang impactnya akan memberikan pengaruh terhadap kondisi suatu negara, baik pengaruh negatif maupun pengaruh positif. Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami globalisasi. Impor teknologi, pangan, bahkan jasa dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Kondisi era globalisasi mengakibatkan suatu pembauran antara karakter atau budaya Indonesia dengan negara lain dan hal tersebut akan mengancam pergesaran nilai-nilai yang sudah ada. Dibutuhkan sebuah pedoman hidup dan prinsip-prinsip hidup yang berbangsa. Indonesia memiliki Pancasila, yaitu prinsip dasar yang telah ditemukan oleh para atau the founding fathers, yang berawal dari mengabstraksikan prinsip dasar filsafat bernegara yang kemudian disatukan menjadi satu kesatuan.

Setiap negara memiliki pandangan hidup atau filsafat hidup yang berbeda-beda ditiap-tiap  negara di dunia, hal inilah yang dikenal dengan local genius dan sekaligus sebagai local wisdom. Local genius dan local wisdom pada dasarnya ialah karakter khas yang dimiliki oleh suatu negara yang sifatnya menjadi perbedaan tersendiri dengan yang dimiliki oleh negara lain.

Dahulu ketika para pahlawan ingin merdekakan Indonesia, mereka berfikir “atas dasar apakah negara Indonesia didirikan ?”, Jawaban dari pertanyaan tersebut menjadi tolak ukur utama bangsa ini menjadi Indonesia yang merdeka. Dalam artian jati diri Indonesia akan selalu bertolak ukur kepada nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat Indonesia. Pancasila yang terdiri dari 5 sila merupakan sistem filsafat yang satu kesatuan.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang intinya cinta akan kebijaksanaan dalam artian mencintai kebenaran atau pengetahuan. Cinta dalam hal ini adalah mempunyai arti yang luas dimana diibaratkan keinginan yang menggebu dan sungguh-sungguh terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan diartikan sebagai kebenaran yang sesungguhnya.

Pancasila sebagai filsafat negara memiliki kateristik yang berbeda dengan filsafat yang lainnya, letak perbedaan tersebut terletak pada sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan tentunya tidak dapat terpisahkan.

Kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya mengerti dan memahami hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara yang baik. Salah satunya dengan memahami isi kandungan dari Pancasila, bukan sekedar menghafal namun juga memahami filosofi dari Pancasila. Dengan memahami filosofi Pancasila kita akan lebih mengerti Indonesia secara keseluruhan sehingga muncul sebuah kecintaan pada Indonesia atau lebih dikenal dengan nasionalisme.

 Setiap warga negara seharusnya memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsanya. Dengan nasionalisme yang tinggi akan membentuk karakter dan mental kita dalam menghadapi ancaman-ancaman kebudayaan dari luar yang khususnya akan menggeser nilai-nilai sosial budaya yang dimiliki Indonesia.

Era globalisasi telah dimulai, salah satunya dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean, dimana dalam hal tersebut kita sebagai warga negara Indonesia ditantang dengan berbagai kultur kebudayaan dari berbagai negara di Asia. Akan ada berbagai kebudayaan yang akan memasuki ranah Indonesia, namun tidak perlu khawatir Indonesia memiliki pedoman berbangsa yang tidak dimiliki oleh negara lain, Pancasila. 

Dengan prinsip dan pedoman berbangsa tersebut warga negara Indonesia tidak perlu takut akan terpengaruhi oleh kebudayaan bangsa lain. Itu semua bergantung pada diri masing-masing warga negara, mau kemanakah kita ? ikut arus atau berprinsip teguh dalam mempertahankan kebudayaa yang dimiliki Indonesia sejak dahulu.

 Dari penggalan artikel yang dimuat koran online (repblika.co.id), memaparkan salah satu generasi muda Indonesia telah memberikan kebanggaan tersendiri dimata masyarakat Indonesia. Rio Hayanto telah membuktikan bahwa mempertahankan jiwa nasionalisme atau cinta tanah air itu memiliki ujian yang cukup tinggi, diceritakan ketika Rio membutuhkan dana yang cukup besar untuk bisa memasuki ranah balapan F1 yang notabenenya sangat sulit untuk dimasuki tanpa adanya skill dan modal. Dalam hal ini Rio telah berhasil memiliki skill yang memadai namun yang menjadi penghambat adalah modal dana, sedangkan pemerintah Indonesia masih acuh dalam hal tersebut dalam artian tidak berani mendanai Rio yang notabenenya adalah pembalap F1 terbaik di Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun