Menenangkan hati dan menjernihkan fikiran sepertinya menjadi kalimat yang sepele namun agaknya berat dilakukan. Apalagi bagi masyarakat yang sudah bertekad bulat pada satu pilihan.
Ya,, beberapa hari kedepan bangsa Indonesia akan menghadapi euforia bersejarah yaitu pemilihan umum yang diserentakkan. Yaitu pemilihan eksekutif dalam hal ini adalah presiden dan pemilihan legislatif.
Seperti yang kita ketahui bahwa memanasnya suhu perpolitikan Indonesia akibat pemilihan presiden ini sudah terlihat sejak berbulan bulan yang lalu, bahkan sebelum nama-nama calon wakil presiden di umumkan.
Satu hal yang positif adalah ternyata dari momentum ini rakyat Indonesia masih memiliki harapan yang besar terhadap para pemimpin negerinya. Berbeda jika masyarakat dari suatu negara sudah acuh dan apatis terhadap politik di negaranya, itu menandakan bahwa kekecewaan terhadap pemimpinnya sudah tidak dapat ditoleransi lagi.Â
Bermodalkan itu kita dapat mengetahui bahwa Indonesia hari ini masih sangat memiliki harapan untuk semakin maju dan berkembang.
Sejalan dengan itu maraknya adu strategi yang dicanangkan oleh masing masing pasangan calon yang belakangan ini kita ketahui sangat mengedepankan dan mengharapkan ikatan emosi dari masyarakat, hal ini tentu membuka ruang untuk saling beradu argumentasi. Hingga masyarakat yang berada pada tataran grass root didalam dunia politik secara sadar me legal kan argumentasi yang bersifat emosional.
Sebagian masyarakat tentu lebih memilih asyik dengan pertimbangan-pertimbangan yang berlandaskan emosional, tanpa perlu mencari dan menelusuri alur benang kusut politik yang terjadi di Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam memilih.
Namun jika dilihat dari sekian banyak kepentingan politik praktis dan kepentingan yang mungkin saja hanya merupakan deferesiasi dari hiruk pikuk politik itu sendiri, hal lebih penting yang perlu disadari oleh masyarakat  adalah menjadikan euforia lima tahunan ini 'kaku' adalah salah. Bahwa politik yang terjadi di suatu negara bersifat sangat dinamis.
Naik turun spidometer politik dalam tataran praksis agaknya tidak akan berjalan statis dari waktu ke waktu.  Sehingga sebagai masyarakat kita harus lebih bijaksana dan  berkepala dingin dalam ikut ambil bagian. Akan sangat penting untuk menghilangkan 'kebaperan' dan tetap menjaga 'seduluran' atau persaudaraan dalam menanti pemilihan umum sesaat lagi. Selain dibangun dengan ideologi yang kuat, politik juga erat hubungannya dengan strategi dan kepentingan.
Pemilih adalah seseorang yang mempunyai kuasa terhadap sesuatu yang akan dipilihnya, sekaligus bertanggung jawab dengan segala konsekuensi yang terjadi akibat pilihannya. Apakah masyarakat Indonesia sudah menyadari itu? Semoga..Â
mari ber optimis menjadikan pemilihan umum ini menjadi sarana berdewasa bagi masyarakat Indonesia sebagai bentuk dari tanggung jawab bersama.