Di era yang semakin digital, keamanan siber telah menjadi salah satu aspek terpenting bagi organisasi dan individu. Kemajuan teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan komputasi awan telah membawa banyak manfaat namun juga membuka pintu terhadap ancaman dunia maya yang semakin kompleks dan canggih.Â
Serangan siber tidak hanya menimbulkan kerugian finansial yang signifikan, namun juga dapat merusak reputasi dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu organisasi. Dalam beberapa tahun terakhir, tren ancaman dunia maya terus berkembang dengan banyaknya teknik dan metode baru yang digunakan oleh penyerang untuk mengeksploitasi kelemahan sistem keamanan.
Dengan semakin besarnya ketergantungan kita pada teknologi dan internet, kita berada di garis depan perang digital yang tak kasat mata. Setiap klik, setiap transaksi, dan setiap perangkat yang terhubung membuka pintu bagi potensi penyerang dunia maya. Namun, semua harapan tidak hilang. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi ancaman dunia maya terkini yang mengancam keamanan kita dan menyusun strategi efektif untuk melindungi diri kita di dunia digital. Berikut merupakan tren ancaman siber diantaranya yaitu:
1. Malware Stealer dan Ransomware
Berdasarkan temuan paparan darknet pada tahun 2023, banyak kredensial darknet yang dibocorkan oleh malware stealer. Malware yang dicuri dapat menyebar melalui penggunaan aplikasi bajakan, iklan, atau phishing. Selain malware stealer, ransomware merupakan jenis malware lain yang diperkirakan berpotensi menjadi ancaman. Ancaman ransomware telah menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi keamanan siber.
Berdasarkan data Pemantauan Anomali Lalu Lintas Jaringan Nasional BSSN tahun 2023, ransomware masuk dalam 10 besar kejadian anomali yang paling sering terjadi, dan berdasarkan data manajemen insiden BSSN, ransomware masuk dalam 5 besar kejadian anomali yang paling sering terjadi pada tahun 2023.Â
Pelaku kejahatan menggunakan metode phishing untuk menyebarkan malware, mengirim email palsu yang tampak sah, dan menyatakan urgensi pada email tersebut. Teknik rekayasa sosial juga digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi kelemahan manusia, di mana pelaku ancaman memanipulasi emosi atau menyamar sebagai entitas tepercaya untuk menghasut tindakan jahat dari korbannya.
Selain itu, pelaku kejahatan mengeksploitasi kerentanan keamanan zero-day yang belum ditemukan, untuk merekayasa serangan yang tidak terdeteksi. Dengan menggabungkan ketiga metode ini, ransomware dapat menyebar dengan cepat, mengenkripsi data berharga, dan mengancam integritas sistem.
Salah satu taktik perlindungan yang dapat diterapkan adalah pencadangan data: dengan melakukan pencadangan data secara berkala dan memastikan pencadangan terpisah dari jaringan utama dan Keamanan Endpoint: Solusi keamanan data Endpoint mampu mendeteksi dan mencegah serangan ransomware.
2. Serangan Internet of Things (IoT)
IoT secara bertahap menjadi populer dan mengubah objek sehari-hari menjadi perangkat pintar yang terhubung. IoT bertujuan untuk membuat kehidupan sehari-hari lebih mudah dengan menghubungkan perangkat ke jaringan terintegrasi.
Mengintegrasikan jaringan ini menimbulkan risiko karena setiap perangkat IoT di ekosistem berpotensi menjadi titik akses bagi pelaku kejahatan. Kelemahan satu perangkat yang terhubung dengan perangkat lainnya dapat menimbulkan efek domino dan membahayakan keamanan seluruh jaringan.
Mirai adalah serangan yang menargetkan IoT. Mirai adalah malware yang mampu mengubah IoT menjadi botnet sebagai senjata untuk melancarkan DDoS dan serangan lainnya. Berdasarkan data pemantauan anomali trafik pada jaringan nasional BSSN pada tahun 2023, anomali berupa Mirai berjumlah 80.319 anomali.