Dewasa ini kehidupan manusia seolah sudah berpindah pada ruang digital. Berbagai aspek kehidupan telah memanfaatkan perkembangan ruang digital, salah satunya ialah aspek sosial.Â
Masyarakat semakin banyak dan sering bersosialisasi melalui ruang virtual, yakni media sosial. Dilansir dari laman Investopedia (2021), media sosial merupakan teknologi berbasis komputer yang memungkinkan individu untuk berbagi ide; gagasan dan informasi melalui jaringan dan komunitas digital. Media sosial memungkinkan komunitas digital untuk berbagi konten seperti informasi pribadi, dokumen, film, dan gambar secara cepat.Â
Luddin (2016) menjelaskan bahwa pada media sosial, masyarakat digital dapat berdiskusi, sharing, memberikan edukasi, bermain bahkan bekerja secara virtual. Individu pengguna media sosial saling terkoneksi melalui perangkat lunak atau aplikasi berbasis web di komputer, tablet, atau smartphone yang terhubung dengan jaringan internet.Â
Saat ini pengguna media sosial aktif sebanyak 3,6 milliar dengan rata-rata penggunanya menghabiskan waktu 2 jam 25 menit berselancar di media sosial (Statista dalam Melnick, 2021).
Penggunaan media sosial sendiri membawa berbagai dampak bagi penggunanya, dampak tersebut tidak hanya dampak positif namun juga dampak negatif.Â
Salah satunya ialah dampak kesehatan mental. Kesehatan mental mengacu pada komponen fisik dan psikologis dari pertumbuhan individu. Hal tersebut meliputi bagaimana menangani stress, upaya untuk berinteraksi dengan individu lain, penyesuaian diri, juga cara mengambil keputusan (Fakhriyani, 2019).Â
Dampak tersebut umumnya banyak dialami oleh pengguna usia remaja, berupa depresi; gangguan kecemasan; gangguan tidur; takut tertinggal notifikasi ataupun informasi terbaru dan sebagainya.Â
Belum lagi fitur gelembung penyaring atau lebih dikenal sebagai filter bubble yang membuat pengguna semakin nyaman dengan sajian konten yang sudah dipersonalisasi sesuai konten yang diminati dan sering diakses individu pengguna. Filter bubble juga memicu efek kecanduan media sosial yang dapat memberikan dampak pada kesehatan mental. Hal ini disebabkan karena pada media sosial apa yang kita lihat sering kali adalah apa yang kita inginkan.Â
Paparan konten hasil personalisasi filter bubble dapat meningkatkan pikiran dan perasaan negatif pada media sosial, sehingga muncul pikiran yang membanding-bandingkan diri sendiri dengan individu lain; kurang puas dengan apa yang dimiliki; atau keinginan untuk memberikan komentar juga pendapat dengan bahasa yang kurang baik pada konten yang diakses.Â
Dampak-dampak diatas muncul salah satunya karena penggunaan media sosial yang kurang bijak, baik oleh diri sendiri maupun individu lain yang dikenal melalui media sosial. Penyebab lainnya ialah media sosial menjadi pelarian bagi individu pengguna dari kehidupan aslinya. Media sosial juga menjadi ruang rehat dari aktifitas sehari-hari, yang tak jarang menimbulkan rasa penat.
Bagi remaja media sosial seolah menjadi teman dikala perhatian yang ia terima dari lingkungan sekitar, terutama keluarga dirasa kurang.Â