masyarakat, namun juga dalam hal ekonomi yang dirasakan kekhawatiran. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Batu, hingga April 2024, tercatat 227 kasus Demam Berdarah (DB), 173 kasus DBD, dan 11 kasus Dengue Shock Syndrome (DSS) dengan 2 kematian. Angka ini menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan kasus demam berdarah pada tahun 2023-2024 akan berdampak signifikan, tidak hanya dalam hal kesehatanFenomena ini merupakan bukti nyata  kompleksitas permasalahan kesehatan dan ekonomi yang saling berkaitan dalam masyarakat modern. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pemberitaan mengenai peningkatan jumlah kasus demam berdarah di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti ini masih menjadi permasalahan utama dalam upaya pencegahan penyebarannya.
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batu menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terhadap sektor ekonomi, terutama pariwisata yang menjadi tulang punggung perekonomian Kota Batu
Meningkatnya kasus demam berdarah tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat tetapi juga perekonomian negara. Kenaikan kasus DBD ini dapat memicu kekhawatiran wisatawan terhadap kesehatan dan keselamatan mereka selama berlibur di Kota Batu. Hal ini berpotensi berakibat pada penurunan jumlah wisatawan dan berimbas pada sektor ekonomi, seperti hotel, restoran, dan usaha kecil lainnya.
Mengatasi permasalahan ini memerlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan. Â Seperti peran pemerintah membuat kebijkan dan strategi komprehensif untuk pencgahahan dan pengendalian DBD.
Meningkatnya kasus demam berdarah juga berdampak pada sektor pariwisata dan komersial. Wisatawan asing akan mengurangi kunjungannya ke daerah-daerah yang dianggap rentan terhadap penyebaran penyakit DBD, yang tentunya akan berdampak pada pendapatan  sektor pariwisata. Selain itu, perdagangan barang dan jasa juga akan terkena dampak menurunnya daya beli masyarakat akibat biaya pengobatan dan pemulihan DBD.
Selain itu, ketidakhadiran karena sakit juga  berdampak pada produktivitas masyarakat dan menurunkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan kerja di berbagai sektor seperti industry, perdagangan, pariwisata dan jasa.
Penurunan produktivitas masyarakat akibat DBD dapat berakibat pada penurunan output dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sektor-sektor yang membutuhkan tenaga kerja banyak, seperti manufaktur dan konstruksi, akan lebih terdampak oleh DBD. Penurunan produktivitas juga dapat menyebabkan inflasi karena berkurangnya pasokan barang dan jasa.
Biaya pengobatan yang harus ditanggung negara dan masyarakat untuk merawat pasien demam berdarah tentu saja  membebani anggaran pengobatan kesehatan seperti biaya rawat inap, biaya obat-obatan, dan biaya pemeriksaan laboratorium.
Upaya preventif seperti pemberantasan vektor nyamuk, peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan merupakan kunci untuk menurunkan kasus demam berdarah dan memperbaiki situasi perekonomian masyarakat.
Upaya pemerintah dan masyarakat dalam memerangi vektor nyamuk dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini. Upaya lain yang dilakukan pemerintah yaitu melakukan peyuluhan dengan berbagai program seperti sosialisasi, seminar, dan penyebaran brosur. Dan juga dapat dilakukan fogging di titik-tiitk tertentu.