Mohon tunggu...
Faqih Zulfikar
Faqih Zulfikar Mohon Tunggu... -

semangat...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisruh 1 Syawal

2 September 2011   03:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:18 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kompasiana akhir-akhir ini kebanjiran pengunjung karena tulisan-tulisan eksentrik mengenai polemik 1 Syawal. Tulisan pertama dari bung Jiddan yang berjudul “Saudi Arabia : 1 Syawal adalah Rabu 31 Agustus 2011”. Melalui twitter, facebook,dan bbm tulisan tersebut disebar hingga menimbulkan perdebatan. Salah satu pembantah paling getol adalah bung Mustofa yang menulis komen cukup panjang dan emosional. Lalu beliau menulis postingan tandingan yang berjudul “Ada Postingan 1 Syawal di Kompasiana yang Menyesatkan”. Di dalamnya terdapat analisis penulis tentang kerancuan pada tulisan saudara Jiddan.

Lalu muncul lagi tulisan “Ketika Penulis Tidak Mau Bertanggung Jawab” dari bung Ichwan Depok. Saudara Jiddan juga menulis jawabantentang protes yang dilakukan beberapa pihak termasuk media arrohmah.com dalam postingan selanjutnya “Arrohmah.com Sebaiknya Memuat 3 Tulisan Saya Terakhir”

Terlepas dari tulisan bung Jiddan, ada juga tulisan yang menyerang sidang Isbat berjudul “Sidang Isbath yang Manipulatif..?” oleh bung Puarman.

Di masing-masing tulisan, saya menuliskan komentar singkat :D

Ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisruh satu syawal (konteks kompasiana ini)

1.Untuk meningkatkan trafik web kompasiana, tulisan ter-provokatif- seru dimasukkan dalam list rekomendasi post (keren euy adminnya, hehehe)

2.Penentuanjudul sangat berpengaruh terhadap kesan pertama sebuah tulisan, dan menjadi daya tarik bagi pembaca

3.Diksi untuk komentar ataupun tulisan yang mencoba meluruskan hendaknya dalam koridor bahasa yang santun tidak emosional. Dengan kata lain, toh kita sudah menunaikan kewajiban mengingatkan, jadi tidak perlu sampai emosi-emosian :D

4.Perbedaan itu pasti ada, teringat perkataan Imam Syafi’I “"Pendapatku,menurutku adalah benar,tapi bisa jadi ada kesalahan padanya.Pendapat yang lain,menurutku adalah salah,tapi bisa jadi ada kebenaran padanya.” Beliau saja yang ilmunya tidak diragukan lagi, masih bijak dalam menyikapi perbedaan.

Semoga dinamika ini menjadi sarana pendewasaan kita semua. Alhamdulillah ya (logat syahrini),kita masih diberi usia, semoga bisa diisi dengan amal soleh, terlebih kemarin sudah melalui kawah chandradimuka Ramadan. Keep ukhuwah ^_^

taqobalallohu minna wa minkum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun