Mohon tunggu...
Faqihul Muqoddam
Faqihul Muqoddam Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jiwa dan Ruh Menurut Filsuf Yunani

8 April 2014   08:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:55 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita membahas tentang manusia, tetaplah kita beranggapan bahwa manusia itu merupakan makhluk yang paling sempurna dari makhluk lainnya karena memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan didalam dirinya masing-masing. Tapi dibalik itu semua, ternyata mansia penuh dengan tanda tanya. Sehingga tidak mengherankan apabila mncul beberapa penelitian tentang manusia terutama yang berkaitan dengan jiwa dan ruh.

Pemahaman tentang jiwa dan ruh pada manusia tentu mengajak kita kembali ke pemikiran beberapa tokoh filsafat. Seperti halnya plato yang banyak menghabiskan waktunya melakukan penelitian tentang jiwa. Dan bahkan juga Socrates yang mencurahkan seluruh pemikirannya untuk mengetahui kemisterian jiwa dan ruh. Filsuf yunani yang sering membicarakan jiwa dan ruh yakni Socrates, Aristoteles, dan Plato. Socrates misalnya pada abad ke-5 mengatakan bahwa sesungguhnya jiwa adalah intisari roh, dan sesungguhnya jiwa manusia adalah jiwa yang kedudukannya tertinggi. Sedangkan Aristoteles pada abad ke-4 mengatakan bahwa jiwa adalah esensi manusia, pemikiran, dan keistimewaannya. Dan jga Plato mengatakan bahwa jiwa berada diantara dua dunia yakni alam luhur dan alam bawah, yang mana didalam alam luhur tersebut terdiri dari kebaikan dan keutamaan, sedangkan di alam bawah terdiri dari syahwat dan kejelekandan juga Plato mengatakan bahwa Sesungguhnya hikmah adalah jiwa tertinggi yang berakal. Demikianlah perkataan filsuf yunani seputar jiwa dan ruh.

Banyak dari filsuf yunani yang beranggapan bahwa itu jiwa itu bukan fisik dan juga bukan kefanaan, tidak berada di suatu tempat, tidak memiliki ukuran panjang lebar,kedalaman,warna,bagian, tidak berada di alam ini atau di luarnya, dan juga tidak bisa diserupakan dan dibedakan dengan apapun. Para filosof yunani termasuk aristoteles tampaknya memahami jiwa sebagai sesuatu yang sulit digambarkan secara materil. Sebagai sesuatu yang membutuhkan ruang dan tempat, ia bersifat gradual dan tercecer kemana mana yang tidak punya ukuran sama sekali. Tetapi ia ada pada setiap makhluk yang memiliki roh dan memiliki fungsi dalam gerak makhluk, karena setiap makhluk pasti memiliki fisik dan menempati ruang dan waktu walaupun berbeda-beda ketampakannya.

Secara luas, jiwa sendiri memiliki arti unsur bathiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi bebearapa unsur, pikiran, emosi, dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir. Dengan perasaannya, manusia dapat mengasihi. Dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih. Sedangkan Roh sendiri memiliki arti sebagai prinsip kehidupan manusia. Roh adalah nafas yang dihembuskan Allah ke dalam manusia dan kembali kepada Allah. Dan juga merupakan kesatuan spiritual dalam manusia. Roh adalah sifat alami manusia yang immaterial yang memungkinkan manusia berkomunikasi dengan Allah yang juga merupakan roh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun