Mohon tunggu...
Faqih Faturahman
Faqih Faturahman Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Game Application di Binus University. Penyuka sastra dan literasi. Senja menjadi waktu favorit saya. Penulis artikel di www.kesekolah.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Simak Panduan Pendidikan Seks Menurut UNICEF dan WHO (Bagian I)

26 Juli 2016   10:59 Diperbarui: 26 Juli 2016   11:05 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan yang paling sering dikhawatirkan oleh para orangtua kebanyakan ialah bagaimana dan kapan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan seksual untuk anak-anak dan remaja?

Sebagaimana Anda ketahui, belakangan ini, ramainya kasus tentang perdebatan kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) menjadi topik yang hangat dan tentu meresahkan semua orang termasuk orangtua.

Tak hanya itu, penurunan moral dan banyaknya kasus pelecehan seksual serta perilaku menyimpang seperti seks bebas tentu menjadi dilema bagi setiap orangtua yang memiliki anak atau remaja.

Menanggapi hal tersebut, tentu sebagai orangtua kita tidak ingin anak kita terjerumus dan melakukan perilaku menyimpang tersebut. Selain merugikan diri sendiri, perilaku seks yang menyimpang juga akan merugikan serta menimbulkan aib bagi keluarga maupun orang di sekitar.

Terlepas dari hal tersebut, beberapa lembaga dunia, UNICEF, WHO dan UNAIDS memiliki panduan pendidikan seksual bagi orangtua dan pendidik.Panduan pendidikan seksual ini bisa dijadikan acuan untuk menjelaskan berbagai fenomena seksualitas manusia, termasuk LGBT dan perilaku seks bebas pada remaja Indonesia yang kian marak.

Seperti yang kami lansir dari id.theasianparent.com berikut merupakan rangkuman beberapa poin inti panduan pendidikan seksual untuk anak-anak dan remaja.

International Guidance Sexuality Education volume 2 membagi pendidikan seksual anak dalam empat level.

Menurut petunjuk ini, orangtua sebaiknya memberikan informasi yang utuh dan pemahaman yang mudah dimengerti oleh anak-anak dan remaja dibanding dengan membatasi informasi mengenai pendidikan seks itu sendiri.

Semakin banyak informasi yang diserap anak, akan membantunya menentukan sikap dan mengambil keputusan pada situasi tertentu.

Level I untuk anak usia 5-8 tahun 

· Mulai dengan hal dasar

Pertama-tama, jelaskan terlebih dahulu pada anak fungsi dan peran keluarga serta masing-masing anggotanya. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua yang bertanggungjawab terhadap anak-anak. Setiap anggota keluarga harus saling menjaga satu sama lain.

Setelah itu, bangun komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Beri tahu ia jika si anak bisa berbagi cerita apa saja dengan anggota keluarga. Ajak anak untuk bertanya jika tidak ada yang ia mengerti.

· Kenalkan anak dengan perbedaan

Biasanya anak kecil belum mengetahui tentang arti perbedaan. Beri tahu ia bahwa perbedaan bukan suatu hal yang buruk dan menjadi halangan untuk berteman. Ajak ia untuk menghargai perbedaan tersebut di mana biasanya perbedaan terjadi karena bentuk fisik, kepercayaan, dan keadaan keluarga.

· Kenalkan anak dengan arti pernikahan

Ceritakan bagaimana Anda sebagai orangtuanya, bisa menikah. Ini akan membangun pemahaman dasar bahwa anak lahir setelah ada hubungan pernikahan antara ibu dan ayah.

· Ajarkan anak untuk berteman dengan siapapun

Pertemanan berlandaskan pada rasa percaya, peduli, empati dan solidaritas. Teman bisa ditemukan di mana saja, seperti di lingkungan rumah, di sekolah, dan di tempat ibadah.

· Cara mengekspresikan cinta dan kasih

Ajarkan anak untuk mengatakan salam dan berterimakasih. Ungkapan "Aku sayang ibu," atau " Aku sayang ayah," menunjukkan rasa cinta. Cinta pada saudara atau teman dapat dilakukan dengan saling berbagi dan saling menjaga.

Level II, anak usia 9-12 tahun

· Libatkan anak dalam mengambil keputusan

Dalam keluarga, komunikasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Hal ini juga sangat berguna terutama saat mengambil keputusan. Karena dalam level ini anak sudah dikenalkan dengan tanggungjawab, tak ada salahnya meminta pendapat mereka dalam musyawarah keluarga. Anak juga akan merasa dihargai dan lebih percaya diri untuk mengungkapkan isi pikiran mereka.

· Peran dan tanggung jawab anggota keluarga

Di usia ini anak tak hanya tahu peran, namun juga tanggung jawab sebagai anggota keluarga, misalnya kakak dan adik juga bertanggungjawab saling menjaga selama bermain. Jika ada hal yang membahayakan, kakak atau adik harus segera memberitahu ayah atau ibu.

· Pertemanan yang sehat

Perkelahian dan bullying kerap kali menjadi salah satu tanda hubungan pertemanan tidak sehat. Ajarkan ia bahwa melecehkan, mengucilkan dan memukul itu melukai hati seseorang. Setiap orang bertanggung jawab membela orang yang dilecehkan, dibully atau dikucilkan.

· Pernikahan, menjadi orangtua dan tanggungjawabnya

Ranah pernikahan sendiri sebenarnya menjadi dasar pendidikan seksual untuk anak. Orang dewasa yang telah menikah menjadi orangtua karena kehamilan, adopsi atau cara lain untuk punya anak. Jelaskan lebih detil apa itu hamil dan mengapa orang mengadopsi anak.

Oleh: Faqih F

(Dikutip dari berbagai sumber)

Lihat tulisan  menarik lainnya di www.kesekolah.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun