Pada tahun 2019, hasil survei yang ditunjukkan Organization for Economic Co-operation Development (OECD) terkait Programe for International Student Assessment  (PISA) bahwa Indonesia berada pada 10 besar dengan tingkat literasi terendah, tepatnya urutan ke-62 dari 70 negara di dunia dengan poin membaca sebesar 371, matematika 379, dan sains 396. Peringkat ketiga bidang tersebut kompak menurun dibandingkan tes PISA tahun 2015. Dikutip dari tirto.id, alasan terbesar rendahnya skor PISA Indonesia adalah kesalahan kurikulum pendidikan dasar.
Kondisi tersebut diperburuk dengan krisis pandemi dunia yang dimulai pada 2019 lalu. Tidak hanya masalah ekonomi, tapi pendidikan. Krisis tersebut menyebabkan sulitnya masyarakat dipaksa beradaptasi dengan kebijakan pemerintah terkait pembelajaran daring.
Keterjangkauan daya beli masyarakat yang rendah terhadap kebutuhan kuota internet, serta kurangnya kemampuan dalam hal pemanfaatan teknologi, membuat hal tersebut menjadi masalah yang serius bagi keberlangsungan pendidikan. Pemerintah pun memberikan bantuan kuota internet bagi tenaga pendidik dan peserta didik walau pelaksanaannya dirasa masih kurang maksimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Universitas Pendidikan Indonesia ikut berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Literasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)-Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Semester Genap 2020/2021. Mahasiswa UPI program studi Ilmu Komunikasi, Faqih Bayhaq Jannatunnazly melaksanakan kegiatan tersebut di SMP Negeri 2 Indramayu, Kelurahan Paoman, Jawa barat.
Setelah dilakukan riset dan analisis lapangan, diketahui masalah dan kendala literasi yang dialami sekolah tersebut tidak jauh dari masalah jadwal kegiatan belajar mengajar yang kurang efektif, kurangnya role model literasi, Â minat baca yang rendah, kurang beragamnya buku-buku di lingkungan sekolah, serta pemanfaatan perpustakaan yang terbatas. Dari hal-hal tersebut, dibuat perencanaan program untuk membantu meningkatkan kemampuan literasi pada peserta didik.
Program yang dijalankan di antaranya adalah menginisiasi pembentukan Gugus Literasi Sekolah dan penyesuaian program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Program lainnya adalah edukasi penggunaan aplikasi baca daring iPusnas, penguatan kemampuan literasi siswa dengan memberikan tips mengenai teknik baca cepat dalam bentuk artikel maupun video serta dorongan membaca. Untuk menjangkau masyarakat sekitar dalam peningkatan kemampuan literasi, dibuat juga seminar literasi digital dengan topik "bijak bermedia untuk menangkal hoaks."
Mengapa penting menginisiasi Gugus Literasi Sekolah? Karena hal tersebut dapat menjadi wadah bagi para siswa yang gemar bergerak dalam bidang-bidang literasi, seperti baca tulis, numerasi, sains, digital, dan lainnya.Â
Gugus Literasi Sekolah juga dapat menjadi garda terdepan dalam memotivasi siswa siswi lain untuk ikut menggerakkan roda literasi. Dari hal kecil, gugus tersebut melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti membaca, menulis, berdiskusi, membangun relasi, dan mengembangkan diri dalam melatih softskill masing-masing.
Melalui kegiatan KKN Tematik Literasi dapat memberikan peluang bagi mahasiswa dan guru untuk berkolaborasi dalam berinovasi serta meningkatkan minat dan kemampuan literasi peserta didik. Semoga kegiatan ini memberikan dampak yang signifikan positif bagi pendidikan khususnya di masa-masa sulit pandemi serta pembelajaran daring ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H