Zaman dahulu para ulama sangat rajin dalam membuat karya tulis. Beberapa karya tulis mereka begitu fenomenal dan terkenal di kalangan ahli ilmu atau awam. Contoh saja Al-Imam An-Nawawi dengan karya-karyanya.Â
Dalam sejarahnya, kaum muslimin punya begitu banyak karya tulis dari berbagai ilmu. Sampai tragedi pembakaran perpustakaan di Andalus menghapus beberapa jejak kejeniusan kaum muslimin.Â
Menulis menurut beberapa orang memang susah. Itu memang benar. Sepintar apapun orang, sesering apapun mengikuti seminar, sebanyak apapun buku tips menulis yang dibaca, tidak akan menghasilkan karya apapun bila tak pernah memulai.Â
Menulis adalah bentuk aksi nyata dan bukan angan-angan belaka. Tidak ada cara  dan tips untuk bisa menulis. Cara satu-satunya agar punya karya tulis adalah mulai menulis.Â
Banyak orang yang bisa bicara panjang dan lebar. Menjelaskan satu dua poin hingga berjam-jam. Namun tak menjamin bahwa dia akan bisa membuat satu judul tulisan. Memang sama-sama merangkai kata-kata. Akan tetapi menulis dan berbicara tentunya berbeda.Â
Tentu saja kapasitas orang akan mencerminkan hasil tulisan. Sebab teko selalu mengeluarkan isinya. Maka bila seseorang ingin membuat tulisan agak lebih berbobot, membaca adalah solusi. Semakin banyak informasi dan kosakata yang masuk di kepala, semakin berisi pula tulisan.
Dalam buku Quantum Writing yang saya baca sekitar tahun 2011 dikatakan, "Menulis itu bikin sehat. Semakin banyak kita ekspresikan hasil pikiran, semakin mengurangi beban."
Satu kesalahan bagi penulis pemula adalah sering mengedit tulisan. Sehingga tulisan tidak bertambah-tambah. Ujung-ujunganya berhenti karena kelelahan. Tips dari penulis top adalah sama, tulis saja terus. Jangan pernah takut salah. Jangan sering-sering diedit. Bila sudah terkumpul banyak, pilih topik yang sesuai dengan tema buku yang mau dibuat. Lalu, baru edit sebaik-baiknya.Â
Itu adalah sekilas cara bisa punya karya tulis. Persoalan penting yang sering ditanyakan orang, buat apa menulis? Bila yang bertanya adalah seorang muslim dan akademisi, tentu saja sangat penting. Menyebarkan ilmu dengan tulisan jauh lebih awet ketimbang dengan ceramah. Tulisan akan tetap ada hingga bertahun-tahun lamanya kalau memeng tidak dihapus. Sedangkan ceramah akan hilang pada waktu itu juga. Kecuali ada yang rekam.Â
Ditambah banyaknya orang-orang yang membenci Islam masuk ke dalam dunia leterasi seperti Liberal dan sekuler. Tentu saja, bila tidak ada seorang muslim dan karya-karyanya yang sesuai Al-Quran dan Sunnah, referensi yang akan diambil oleh anak-anak kita nanti adala tulisan orang-orang liberal dan sekuler yang jelas salahnya. Maukah?Â