Mohon tunggu...
faqih alfadlil
faqih alfadlil Mohon Tunggu... Guru - Penyair Malam

Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajaran dari Batu

24 Juli 2022   14:30 Diperbarui: 24 Juli 2022   14:38 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya alam itu mengajarkan kepada kita banyak hal. Contoh kecil batu. Coba kita lihat batu, apa yang kira-kira pelajaran di baliknya. Secara karakter, batu itu keras dan solid. Batu sering kali menjadi bahan pokok pembangunan agar menjadi kokoh dan kuat.

Maka batu mengajarkan kita agar tetap menjadi kokoh dan kuat. Orang yang memiliki tekad seperti batu tidak akan menyerah. Walau badai menyerang, dia akan terus bersemangat dan terus berjuang. Di zaman ini sangat dibutuhkan orang seperti demikian, yang kuat mentalnya menghadapi para perusak bangsa dan agama. Contohlah para pahlwan bangsa yang dengan sekuat tenaga melawan para penjajah.

Kendati demikian, ada istilah negatif yang dinisbatkan ke batu yaitu "Kepala batu". Yang berarti bebal dan tidak mau dinasihati. Orang-orang seperti ini biasanya melakukan segala sesuatu semaunya sendiri tanpa memperhatikan kondisi sekitar. Bila dinasihati, dia tidak mau. Contoh yang paling pas dan disebutkan di dalam Al-Quran adalah kaum Nabi Musa. Ketika dinasihati tentang kebenaran, selalu saja melawan dan membangkang. Bahkan hingga hari ini golongan yang membangkang itu masih memiliki watak yang sama. Selalu bikin resah dan masalah di mana pun mereka tinggal. 

Ada juga jenis orang "kepala batu" yang sering kali menggelorakan sebuah ideologi. Seakan punya prinsip kuat dan rencana bagus untuk masa depan. Namun dalam perjalanan, ketika terjadi kesalahan dia tidak mau diingatkan. Tetap kekeh dengan pendirian. Semua nasihat dan anjuran dari orang lain diabaikan. Orang seperti ini cukup bahaya karena menganggap diri paling benar.

Sekiranya begitu banyak pelajaran dari alam yang bisa kita ambil. Bila mata tertutup dari pelajaran yang begitu banyak, maka sedikit ilmu yang akan diserap. Maka sedikit pula manfaat yang bisa diberikan untuk umat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun