Untuk pertama kalinya saya shalat tarawih di masjid besar dan mewah. Karena biasanya saya hanya shalat di mushala kecil dan sederhana bersama segelintir orang saja. Mungkin karena sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, saya jadi semangat. Banyak orang yang shalat di sana, tidak hanya santri boys sekarang sudah ada santri girls. Untuk pertama kalinya ada santri putri di kampus ini.
Kalau tidak salah, sang imam membaca juz 12 yang menceritakan kisah Yusuf dan saudara-saudaranya. Cerita yang keren dan heroic. Banyak sekali hikmah dan pelajaran di dalamnya. Pertama, kedengkian. Saudara-saudara Yusuf memiliki rasa dengki kepadanya. Karena Yusuf begitu disayang dan dicintai oleh ayah mereka, Ya’qub alaihi salam, melebihi mereka.
Merasakan hal itu, mereka berencana menyingkirkan Yusuf. Sebenarnya mereka punya banyak cara, namun mereka memutuskan untuk menceburkannya ke dalam sumur. Dan rencana itu berhasil dilakukan. Yusuf pun terjebak di dalamnya. Hingga suatu saat nanti ada yang mengambilnya untuk dijual ke kerajaan.
Dengki, suatu sifat yang kadang lewat di hati manusia. Melihat orang lain punya pakaian bagus, mobil mewah, rumah megah, kadang membuat orang juga ingin memilikinya. Atau juga ketika ada orang yang lebih popular dari pada kita, lebih dicintai dan lebih digemari, terkadang hati pun merasa cemburu. Ingin merasakan hal yang sama. Bahkan kadang ingin menyingkirkan rasa itu dari orang lain.
Sifat ini sangat berbahaya. Karena dengan adanya sifat ini, perselisihan, pembunuhan, bahkan sampai peperangan bisa terjadi. Sebagaimana kisah nabi Yusuf, sebelas dua belas juga sama dengan cerita nabi Muhammad yang selalu diincar oleh orang kafir dan Yahudi. Mereka iri dengan apa yang telah diamanahkan kepada beliau. Pun sama dengan Iblis yang gengsi dengan Adam dengan segala ilmunya melebihi makhluk lain.
Dari dengki itulah kadang manusia tidak bersyukur. Salalu melirik orang lain. Karena menganggap kenikmatan yang didapat orang lain itu lebih baik dari pada yang dia dapat. Orang bilang, rumput tetangga lebih baik dari pada rumput sendiri. Meski kenyataannya tidak demikian. Tapi begitulah hidup, terkadang sesuatu yang tampak indah di mata membuat hati tergoda dan terlena.
Maka di bulan Ramadan inilah saatnya untuk menyucikan hati. Mungkin, sebelum Ramadan hati selalu marah merasa kesal. Mungkin, sebelum Ramadan hati selalu iri dan dengki dengan orang lain. Mungkin, sebelum Ramadan hati selalu sombong dan besar hati. Mungkin, sebelum Ramadan hati selalu berburuk sangka. Karena manusia tidak ada yang sempurna dan terbebas dari kesalahan dan dosa. Semua orang butuh yang namanya masa penyucian.
Manusia terlahir dalam keadaan bersih dan suci. Salama perjalanan hidupnyalah manusia berubah menjadi kotor, karena bertemu dengan berbagai macam kejadian yang kadang membuat manusia khilaf. Marah, dengki, buruk sangka, dan lain sebagainya, pasti pernah lewat dalam dimensi kehidupan manusia. Dan itu sekiranya wajar. Yang terpenting dari itu semua, kita selalu ingat dan bertaubat kepada Allah. Ketika suasana hati sedang tidak baik, maka obatnya dekat dengan Allah. Entah itu dengan shalat, doa, beramal shalih, bersedekah, dan lain sebagainya banyak sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H