Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

5 Menit Lagi Buka, Tiba-tiba Batal Puasa

25 April 2020   09:11 Diperbarui: 25 April 2020   15:53 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah puasa di bulan Ramadhan dilaksanakan oleh umat islam hampir setiap tahunya. Momen Ramadhan yang penting ini merupakan salah satu episode yang lebih berat bagi kaum hawa dibandingkan dengan hari biasanya. Bagaimana tidak, karena bagi kaum hawa tidak bisa lepas dari kodratnya, salah satu diantaranya adalah mendidik anak terlebih di masa WFH, mengurus suami, hingga datang bulan yang siklusnya terus berulang dan menjadi catatan penting tersendiri baginya untuk dapat mengganti puasa di hari yang lain.

Peran penting IRT
Ibu Rumah Tangga (IRT) dalam hal ini memegang peranan penting untuk keberlangsungan kehidupan keluarga. Ada yang mengatakan bahwa ibu adalah "guru" bagi anak-anaknya, sementara itu ayah adalah "kepala sekolahnya". 

Perannya tidak bisa dianggap biasa saja, pembentukan karakter yang dimulai dari keluarga berawal dari kehadiran sosok hangat seorang ibu. Berbagai tugas penting pun dijalankan sejak persiapan, pelaksanaan, hingga akhir Ramadhan.

Bayangkan, ketika mengetahui besok puasa akan dimulai, di saat kaum adam memikirkan bagaimana penentuan hasil sidang isbat dan ibadah shalat tarawih, maka  jiwa seorang ibu memiliki peran ganda, selain juga memikirkan apa yang juga dilakukan oleh sang suami, juga sudah dipastikan akan memutar otak terkait dengan menu apa yang akan disajikan ketika menyantap makan sahur.

Tidak cukup sampai disana, tugas sang ibu juga biasanya membangunkan suami dan anak-anak untuk dapat menyantap sahur, bayangkan jika terlambat untuk memasak dan bangun diwaktu sahur, sudah barang tentu kesempatan itu akan menjadi trenseden tersendiri yang mana sang ibu menjadi pihak yang paling pantas untuk disudutkan.

Memahami buah hati
Anak-anak adalah buah hati kita yang perlu mendapatkan perhatian utama, terlebih di saat puasa. Mungkin hal ini baru baginya, karena harus melakukan adaptasi dengan cepat dengan lingkungan sekitar (terutama keluarga).

Putera atau puteri kita terkadang sulit untuk dibangunkan, atau bahkan menangis dan marah, ditambah rasa kantuk yang luar biasa. Namun, untuk anak-anak yang sudah cukup besar meskipun belum baligh perlu diberikan pendidikan Ramadhan lebih dini. Langkah awalnya adalah dengan menyantap masakan sahur.

Ini penting untuk dilakukan agar pada saatnya nanti, mereka dapat melaksanakannya dengan baik dan disiplin. Dalam kenyataannya, peran ganda seorang ibu masih menjadi yang utama dibandingkan seorang ayah, karena jika anak menangis atau rewel dan manja, akan lebih mudah ditenangkan oleh seorang ibu.

Peran sentral karakter anak
Ada tipe keluarga yang seusai menyantap sahur kembali tidur karena masih mengantuk. Tapi, bagi seorang ibu mereka tetap akan terjaga hingga subuh, dan bertugas membangunkan suami serta anaknya untuk melaksanakan kewajiban shalat subuh. 

Bayangkan apabila sang ibu kesiangan, maka bisa jadi semuanya terlambat untuk shalat subuh. Jika ini terjadi, maka seorang ibu kembali akan disudutkan.

Sepanjang hari, selain menjalankan puasa bagi dirinya, juga harus menjaga sang buah hati, terlebih dalam kondisi WFH seperti ini. Peran sentral yang paling utama adalah membimbing, mengajarkan ilmu agama, dan menuntun beribadah bagi anak dengan baik dan benar. 

Hal menarik adalah ketika seorang anak akan lapar atau dahaga ketika sedang melaksanakan puasa, terkadang mereka meminta untuk segera berbuka pada saat itu (seperti anak saya).

Bagi ibu yang bijak, biasanya pada mulanya mencoba untuk membesarkan hati dengan memberikan semangat dan motivasi tertentu. Sebagai contoh, akan diberikan hadiah jika puasanya bisa sampai dengan satu hari. 

Uniknya, terkadang terjadi tawar menawar antara ibu dan anak, dan jika sang anak sudah tidak tahan, maka kebiasaan yang muncul adalah dilakukannya buka puasa pada siang hari, dalam Bahasa jawa dikenal dengan istilah puasa "bedug".

Puasa "bedug" adalah puasa yang dilakukan setengah hari, pada saat adzan duhur tiba. Kenapa dinamakan bedug?, karena pada jaman dulu tanda dimulainya masuk waktu shalat adalah dengan dipukulnya bedug, sehingga dinamakan puasa "bedug". Tidak berhenti disana, kebiasaan selanjutnya berlangsung hingga saat ini adalah waktu berbuka kedua, yaitu pada "bedug Ashar", ketika memasuki waktu shalat Ashar tiba.

Di saat waktu adzan maghrib tiba, maka sang anak pun ikut berbuka puasa, melanjutkan puasa "bedug Ashar" nya. Berbagai persiapan pun dilakukan seorang ibu, dari persiapan memasak, menu berbuka yang sesuai selera masing-masing anggota keluarga, serta masalah serius seperti budget untuk berbelanja menjadi sarana penunjang lain juga perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari seorang suami.

Datangnya tamu spesial setiap bulan
Tamu spesial yang saya maksud adalah bukan bulan Ramadhan, namun datang bulan yang terjadi pada seorang wanita yang masih subur. 

Bagi wanita, masa sucinya adalah berkisar kurang lebih selama 24 hari di setiap bulannya (asumsinya setiap bulan adalah 30 hari). Apabila jumlah hari Ramadhan adalah 30, maka kemungkinan besar ada sejumlah 6 hari absen dan harus diganti di lain hari dengan cara mengqadha.

Kenyataan ini harus diterima oleh wanita, meskipun sebenarnya hal ini bukan merupakan sesuatu yang menggembirakan. Meskipun mereka tidak menjalankan puasa Ramadhan, tapi dalam kenyataannya tidak dapat bebas melakukan aktivitas normal, yang memprihatinkan makan atau minum pun harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi hingga waktu maghrib tiba. Jadi, seolah-olah mereka tetap melakukan puasa meskipun sebenarnya sedang tidak menjalankan puasa.

Dalam budaya islam, makan dan minum ketika orang lain berpuasa merupakan sebuah pantangan, bahkan kita sendiri merasa malu jika diketahui orang lain, terlebih oleh anak kita yang mana kita mengajarkannya untuk dapat berpuasa. 

Bayangkan di saat pembentukan karakter puasa anak dilakukan, tiba-tiba melihat ibunya makan dan minum di depan anak, pasti akan membuat banyak pertanyaan bagi sang anak, jadi sebaiknya hal ini dihindari, perlahan diberitahu saat waktu yang tepat.

Selanjutnya, ketika sang ibu mengganti puasanya di hari lain, justru orang disekitanya giliran yang tidak berpuasa. Suasana ini akan terasa berat dijalankan jika tidak ikhlas dalam menjalaninya, jika tidak dilakukan, maka hutang puasa itu akan terus menumpuk dari tahun ke tahun bahkan bisa sampai lupa. Berdasarkan kesaksian dan diskusi dengan salah satu anggota keluarga, ada yang hutangnya bila dikalkulasi mencapi 30 hari sampai dengan 40 hari selama hidupnya, karena kebiasaan menunda dan lupa.

Kehilangan momen penting
Hal yang paling menyedihkan bagi seorang wanita adalah jika sudah melakukan puasa seharian penuh, namun 5 menit menjelang buka ternyata datang bulan

Alhasil momen penting itu akan hilang, terlebih itu terjadi di hari pertama. Jika dikalkulasi secara matematis, ketika kehilangan di hari pertama puasa, maka akan kehilangan puasa juga di penutup Ramadhan.

Kehilangan momen penting ini terjadi pada salah satu anggota keluarga kami. Di saat puasa hari pertama yang terasa cukup berat dan udara yang sangat menyengat, kami pun melaksanakan rangkaian ibadah bersama-sama (tadarus, shalat berjama'ah, dan menyimak ceramah dari pemuka agama). 

Seusai shalat Ashar kami mempersiapkan buka dan memasak bersama-sama, namun ketika saat menunggu berbuka hanya tinggal 5 menit saja, ternyata "datang bulan" pun hadir disaat injury time. Momen penting puasa pertama Ramadhan pun terlewatkan.

Momen penting yang biasanya terlewatkan selanjutnya adalah ketika idul fitri yang dirayakan dengan penuh kemenangan, sementara wanita tidak merasakan itu. Lagi-lagi sebagai seorang wanita (ibu) menjadi kurang beruntung karena tidak mengikuti jamaah shalat Iedul Fitri, namun islam tetap membolehkan mereka untuk hadir di tanah lapang untuk bertakbir dan bertahmid di hari kemenangan tersebut.

Sebagai penutup, 5 menit menjelang berbuka dan datang bulan bagi seorang ibu harus dijalani dengan ikhlas dan senantiasa disyukuri. Kehilangan banyak momen penting di bulan Ramadhan patut kita apresiasi dan selalu berdo'a terbaik untuknya. Mungkin, jika wanita tidak mendapatkan "tamu bulanan", ibadah mereka akan lebih giat dan rajin dari laki-laki. Sayangnya banyak lelaki yang hanya memandang sebelah mata peran wanita. Padahal tidak ada yang menjamin ibadahnya diterima oleh Allah SWT, karena pada dasarnya puasa Ramadhan itu pertanggungjawabannya langsung kepada Allah SWT.

Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun