"Sistem mitigasi berbulan-bulan akan dapat meningkatkan kerusakan tambahan dan jangka Panjang".
Peningkatan jumlah korban dan bertambahnya CFR dari berbagai negara di dunia menunjukkan bahwa perang melawan pandemi COVID-19 belumlah usai.
Terpantau berdasarkan JHU CSSE hari ini (30/03/2020) menunjukkan bahwa jumlah total korban di dunia sejumlah 737.929 jiwa terkonfirmasi terinfeksi. Amerika masih menjadi leader dengan (143.055) jiwa disusul oleh Italia dan Spanyol yang meggeser posisi China berturut-turut sebesar (97.689) jiwa dan (85.195) jiwa.
Melihat situasi saat ini, sangatlah jelas bahwa kita harus mengambil langkah strategis. Intervensi non-medispun dilakukan, diantaranya adalah Mitigasi dan penekanan yang mencakup Karantina, ataupun lockdown dan Darurat sipil jika perlu di lakukan.
Mitigasi (Isolasi, Isolasi dan karantina, menutup sekolah, dan kombinasi ketiganya)
Corona virus mengamuk, tak terkendali dan merajalela di berbagai belahan dunia. Ini menunjukkan sinyal bahwa kekuatan kita belum kuat untuk membendungnya. Kita hanya dapat mengikuti alurnya, sambil mengendalikan puncak infeksi pandemic COVID-19 yang telah merenggut nyawa 1.050 di seluruh dunia seperti dikutip dari worldometer.info.
Kita dapat membuat simulasi terkait pentingnya metode mitigasi untuk pandemic COVID-19. Sebuah studi dari Imperial College team merepresentasikannya kedalam Grafik di bawah ini.
Terlihat nyata dalam grafik bahwa warna "hitam". Sedangkan garis kurva yang lain menunjukkan bahwa apa yang akan terjadi jika kita menerapkan berbagai pendekatan lebih ketat. Kurva biru merepresentasikan pendekatan "physical distancing" paling ketat. Dalam kurva biru, berlaku sistem isolasi orang yang terinfeksi, mengarantina orang diduga terinfeksi, dan menjaga jarak dengan orang lansia.
Sedangkan garis merah menunjukkan kapasitas dari Rumah Sakit dalam merawat pasien, khususnya Instalasi Gawat Darurat yang mendekati daerah bawah dari kurva tersebut.
Seperti artikel sebelumnya, area (luasan) kurva di atas garis merah merupakan kemungkinan pasien meninggal karena kekurangan berbagai sumber (tenaga medis, tenaga kesehatan, dan sarana atau prasarana.