“We are the new global epicenter of the disease,” said Dr. Sara Keller, an infectious disease specialist at Johns Hopkins Medicine.
“Kami adalah pusat penyakit global baru,” kata Dr. Sara Keller, spesialis penyakit menular di Johns Hopkins Medicine.
Amerika Serikat sementara ini didaulat menjadi Episentrum baru COVID-19. Berdasarkan pemantauan dari JHU CSSE, jumlah total terkonfirmasi dini hari (28/03/2020) terinfeksi COVID-19 di Amerika sebesar (86.012) jiwa, sementara China di posisi kedua (81.897) Jiwa dan Italia di posisi ketiga (80.589) jiwa.
Hal ini sangat mengejutkan mengingat sebelumnya penulis memprediksi bahwa kenaikan jumlah korban terinfeksi di Amerika yang diperhitungkan jumlahnya akan melampaui China terbukti sudah. Berita ini kemudian ramai dibicarakan di Internal Amerika sendiri.
Peran Ilmuwan Amerika
Berbagai ilmuwan di Amerika telah mengingatkan kepada pemerintah tentang bahayanya COVID-19. Mereka memprediksi bahwa suatu hari, Amerika akan menjadi salah satu negara yang terpukul akibat COVID-19.
Pada Kamis (26/03/2020) jumlah korban teinfeksi di Amerika berada di kisaran 81.321 Jiwa dengan jumlah kematian lebih dari 1000 jiwa. Sehari berselang, jumlah korban bertambah menjadi 4.691 Jiwa.
Amerika Serikat merupakan jumlah negara terpadat di dunia dengan jumlah penduduk sebesar 330 juta. Dengan banyaknya jumlah penduduk ini, ilmuwan juga telah memprediksi bahayanya penyebaran COVID-19.
Para ahli berpendapat, serangkaian salah langkah dan peluang yang hilang membuntuti respon negara. Dikutip dari nytimes.com
Kilas balik China
Sebagai kilas balik diceritakan bahwa kegagalan awal mengatasi pandemi juga di alami oleh China, yang mana mereka kekurangan begitu banyak masker, dan kesulitan untuk pengujian masal, serta kekurangan APD untuk petugas medis dan kesehatan, serta ventilator.