Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Spirit Keluarga Dokter di Italia Berjuang Hadapi Covid-19 dan Empati Mantan Presiden Obama

20 Maret 2020   16:27 Diperbarui: 20 Maret 2020   23:36 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan akhri Patzer | dokpri on twitter

"Sometimes all a person wants is an empathetic ear; all he or she needs is to talk it out. Just offering a listening ear and an understanding heart for his or her suffering can be a big comfort." Roy T. Bennett

Kadang-kadang apa yang semua orang inginkan adalah telinga yang empati; semua yang mereka butuhkan adalah mengatakan semuanya. Cukup menawarkan telinga yang mendengarkan dan hati yang pengertian kepada mereka yang sedang menderita dapat memberi kenyamanan yang luar biasa.

Kisah perjuangan hidup seorang dokter di Italia menjadi perhatian dunia (17/03/2020). Dalam ceritanya, sang dokter memilih jalan untuk dapat mengisolasi dirinya yang bertempat di garasi apartemen setelah dirinya merawat pasien positif COVID-19 di Atlanta. Hal tersebut bertujuan untuk dapat melindungi anaknya yang masih berusia bayi, dan melindungi keluarganya dari infeksi COVID-19. Tidak disangka, kisah ini mendapatkan empati yang tinggi dari mantan Presiden Amerika Barack Obama. 

Seperti kita ketahui bersama, Italia merupakan negara dengan jumlah korban positif Pandemi COVID-19  terbesar kedua di dunia (41.035 jiwa) setelah China (81.199 jiwa). Sedangkan jumlah korban sembuh 4.440 jiwa dan korban meninggal sebesar 3.405 Jiwa. Tenaga medis dan kesehatan tidak kenal Lelah untuk terus berjuang melawan COVID-19. Seperti salah satu dokter yang berbagi kisah heroik hingga mengesampingkan sementara keluarganya.

Kisah keluarga dokter di Italia
Adalah seorang dokter yang telah berkomitmen dengan istrinya (yang juga seorang dokter) untuk berjuang dan berpisah sementara agar dapat membantu pasien Pandemi COVID-19 hingga sembuh. Dengan semangat itu,  keluarganya memahami tugas berat yang sedang dikerjakan oleh sang Ayah.

Karena rasa haru sang istri terhadap suaminya, dia membagi kisah inspiratifnya melalui jejaring media sosial tentang apa yang sedang dialaminya. Sebagai sepasang suami istri seorang tenaga medis (dokter), ternyata membuat kisahnya diapresiasi oleh Mantan Presiden Amerika Barack Obama.

Rachel Patzer, Ph.D. adalah juga seorang dokter perempuan yang memiliki tiga orang anak, dan salah satunya adalah bayi yang baru berusia tiga minggu.

"My spouse is a physician in the emergency department, and is actively treating #coronavirus patients. We just made the difficult decision for him to isolate and move into our garage apartment for the foreseeable future as he continues to treat patients". (1/5)

Pasangan saya adalah seorang dokter di gawat darurat, dan secara aktif merawat pasien #coronavirus. kami hanya membuat keputusan sulit baginya untuk mengisolasi dan pindah ke apartemen garasi kami di masa mendatang karena ia terus merawat pasien. (1/5)

Wawancara dengan Patzer | dokpri on twitter
Wawancara dengan Patzer | dokpri on twitter
Rachel Patzer bercerita tentang anaknya yang baru berusia 2 minggu dan dia hidup juga bersama dengan dua anaknya. Patzer merasa sedih dan terus bertanya kira-kira kapan COVID-19 akan berlalu agar suaminya bisa menggendong anaknya. Patzer menegaskan bahwa itulah salah satu contoh keluarga sang dokter yang bekerja untuk layanan kesehatan.

Kekhawatiran Patzer semakin bertambah ketika berusaha menyekolahkan anak-anaknya sementara bayinya sendirian di rumah. Dirinya juga menyampaikan bahwa sulit baginya untuk keluar bersosialisasi, bermain bersama anak diluar dan mengabaikan jarak sosial "social distance" yang harus dipatuhi oleh setiap orang, sementara dia tahu bahwa suaminya sedang berjuang keras untuk memperuhkan hidup mereka dengan merawat banyak pasien yang sakit.

Pesan akhri Patzer | dokpri on twitter
Pesan akhri Patzer | dokpri on twitter
Terakhir Patzer berpesan sebagai seorang dokter tentang pentingnya memperhatikan #PandemiCovid-19 dengan sangat serius, dan berharap korban tidak terus bertambah, karena kapasitas peralatan dan rumah sakit yang terbatas. Dia juga berharap rakyat berterima kasih dan terus mendukung usaha petugas kesehatan atas apa yang sedang mereka lakukan dan korbankan.

Dukungan dan empati dari Obama
Tidak diduga, curhatan Patzer di twitter mendapatkan perhatian serius dari mantan presiden Amerika Serikat. Dia adalah Barack Obama yang berempati terhadap keadaan Patzer dan keluarganya. Dia berkata dalam cuitannya sebagai berikut:

"We owe a profound debt of gratitude to all our health professionals and everybody who'll be on the front lines of this pandemic for a long while. They're giving everything. May we all model our own behavior on their selflessness and sacrifice as we help each other through this".

Kami berhutang budi yang besar kepada semua profesional kesehatan kami dan semua orang yang berada di garis depan pandemi ini untuk waktu yang lama. Mereka memberikan segalanya. Semoga kita semua mencontohkan perilaku kita sendiri pada ketidakegoisan dan pengorbanan mereka saat kita saling membantu melalui ini.

Rasa empati obama | dokpri on twitter
Rasa empati obama | dokpri on twitter
Cuitan Obama telah di re-tweet oleh netizen di dunia sebanyak 91 ribu kali dan disukai oleh 514 ribu orang. Obama juga berpesan untuk saling menjaga satu sama lain sebagai contoh social distance, dan berterimakasih kepada pekerja kesehatan, pekerja transit dan bandara. Juga Obama berpesan untuk mendukung orang-orang yang telah hilang mata pencahariannya karena terpukul oleh wabah Pandemi Covid-19 dalam beberapa minggu ke depan.

Empati untuk petugas Medis dan Kesehatan di Indonesia
Di Indonesia, dukungan terus mengalir untuk petugas medis dan kesehatan. Mereka berjuang sangat keras dalam melawan Pandemi COVID-19 yang salah satu bentuknya adalah bekerja di luar batas kewajaran. Semakin bertambahnya jumlah korban menjadi tantangan tersendiri di Indonesia.

Mereka bercerita tentang sulitnya melawan Pandemi COVID-19. Karena ibarat musuh, dokter-dokter di Indonesia melawan tanpa persiapan senjata yang lengkap. Kekurangan peralatan dan fasilitas untuk ruang isolasi dan minimnya laboratorium menjadi kendala tersendiri dalam berjuang menghadapi Pandemi COVID-19.

Mereka berpesan kepada masyarakat bahwasanya untuk membantu mereka, cukup dengan mendo'akan dan merawat diri sendiri dengan tidak keluar rumah dan berinteraksi dengan banyak orang. Karena Pandemi COVID-19 ini akan menyerang siapa saja yang tidak dapat menjaga dan merawat keseahatan dirinya dengan baik.

Semoga petugas medis dan petugas kesehatan kita terus diberikan kekuatan dan kesabaran dalam rangka  menjadi garda terdepan melawan Pandemi COVID-19. Aamiin

Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun