Tertanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus resmi menetapkan COVID-19 sebagai Pendemi. Hal tersebut berarti bahwa COVID-19 berhasil menyebar ke seluruh dunia pada waktu yang bersamaan. Ini sekaligus mengklarifikasi bahwa upaya menahan atau mencegah penyebaran virus ke seluruh dunia saat ini belum berhasil.
Indonesia sendiri berdasarkan data terkonfirmasi sebanyak 34 Jiwa.
Hingga hari ini 13 Maret 2020, dilansir dari JHU CSSE Jumlah korban di seluruh dunia mencapai 128.343 jiwa dengan Korban sembuh 68.324 Jiwa dan meninggal sebanyak 4.720 Jiwa. Italia saat ini menduduki peringkat pertama negara di luar China yang terkonfirmasi memiliki jumlah korban terbesar dengan jumlah 12.462 disusul oleh Iran (10.075) dan Korea Selatan (7.869). Sedangkan
Sebuah virus telah ditetapkan sebagai pandemik, jika penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut telah menyerang banyak orang diseluruh dunia dalam waktu yang berdekatan.
Sedangkan dilansir dari Wikipedia.org, pandemic adalah Pandemi (dari Yunani pan semua + demos orang) adalah epidemik penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, benua, atau bahkan di seluruh dunia.
Adapun kriteria menurut World Health Organization (WHO) sebagai berikut: (1) virus tersebut dapat menyebabkan penyakit atau kematian; (2) penularan virus dari manusia ke manusia; (3) telah terbukti bahwa virus telah menyebar ke seluruh dunia dan berkelanjutan.
Pandemi tidak ada kaitannya dengan seberapa serius penyakit tersebut, akan tetapi, pandemic adalah salah satu label untuk sebuah virus atau penyakit yang telah menyebar luas hampir ke seluruh belahan dunia.
Sejarah Wabah dan Pandemi dunia
Penyakit pandemi dunia sepanjang sejarah manusia telah terjadi sejak tahun 541, adapun detailnya sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah korban terimbas virus yang pernah ada dan terbesar dunia berada di Kawasan Eropa, Afrika dan Asia dengan nama The Black Death sebanyak ( 200 Juta jiwa). Kemudian diikuti oleh Flu Spanyol (20-50 Juta), HIV/AIDS (36 Juta), Justinian Plaque (25 Juta). Selanjutnya, saya urutkan penjelasannya berdasarkan tahun munculnya jenis penyakit ini sebagai berikut:
Pes Justinians Plague (541-542 CE)
Wabah justinian terjadi pada 541-542 CE atau 527-565 M. Dalam sejarahnya, wabah ini merupakan pertama kali di temukan di dunia pada saat itu. Kawasan Afrika dan Eropa menjadi populasi terbanyak dengan menewaskan sekitar 25 juta jiwa.
Adalah tikus hitam yang merupakan penyebar penyakit jenis ini. Berawal dari China serta Timur Laut India selanjutnya menyasar ke danau besar Afrika. Saat itu, wabah ini dibawa dari Afrika melalui media kapal yang mengangkut hasil panen serta makanan.
Disampaikan bahwa Pandemi tersebut sangat berpengaruh besar terhadap melemahnya kekaisaran Bizantium (Romawi Timur) dibidang Ekonomi dan politik. Tidak hanya itu, sektor pertanian, perdagangan juga terkena dampaknya. Sejak penyakit menyebar di Mediterania, diprediksi saat itu setiap harinya berjumlah 5000 jiwa meninggal di dalam ibu kota tersebut.
Tragisnya, Pe Justinians Plague berlangsung selama kurang lebih 225 tahun, pandemi ini secara total berhenti pada tahun 750M.
The Black Death (1347-1351)
The black death atau maut hitam, atau wabah hitam terjadi pada 1347-1351 atau sekitar abad pertengahan akhir ke-empat belas. Terkonfirmasi bahwa telah meninggal sebanyak 200 juta jiwa, yang mana telah menewaskan sampai dengan dua sepertiga penduduk Eropa.
Nama kematian hitam diambil dari penderita yang menghitam karena terjadinya pendarahan subdermal, gejala yang timbul dari penyakit jenis ini adalah acral necrosis. Akan tetapi, kematian hitam ini identik dengan sebuah kiasan bahwa "Hitam" yang berarti murung atau mengerikan.
Meskipun masih menjadi perdebatan dari kalangan ilmuwan, penyebab penyakit jenis ini adalah bakteri Yersinia pestis, proses penyebarannya adalah melalui media tikus hitam (rattus rattus).
Flu Spanyol (1918-1919)
Flu Spanyol merupakan pandemi influenza yang berkembang di tahun 1918 sampai denagn 1919. Penyebab utama flu jenis ini adalah H1N1 yang hingga sekarang belum dipastikan dari mana jenis burung itu berasal.
Setidaknya, jumlah korban pada waktu itu berkisar antara 500 juta jiwa atau sekitar sepertiga dari populasi penduduk dunia kala itu. Sedangkan terkonfirmasi jumlah meninggal adalah berkisar antara 50 juta jiwa, dengan 675.000 jiwa terdapat di Amerika Serikat (0.48%-0.64%) dari populasi, di Brasil 300.000 jiwa meninggal, di Ghana 100.000 orang meninggal.
Dikatakan bahwa gelombang kedua pada tahun 1918 merupakan yang terburuk kala itu. Korban terbanyak gelombang ini menyasar pada usia muda, yang sebelumnya pada gelombang pertama menyasar di usia tua. Hal yang memperparah lainnya adalah peningkatan jumlah korban jiwa diiringi dengan perang dunia pertama.
Seorang ahli mikrobiologi dan kepala cabang immunologi dan pathogenesis dari divisi Influenza Terrence Tumpey menyatakan bahwa virus influenza 1918 adalah produk yang sangat mematikan, dapat berevolusi, serta dapat menyebabkan pandemi di masa depan.
HIV/AIDS (1980 - sekarang)
Dikenalkan pertama kali oleh Amerika Serikat melalui Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat pada 5 Juni 1981, penyakit ini disebabkan oleh lima laki laki homoseksual di Los Angeles.
Spesies HIV pada manusia adalah HIV 1 dan HIV 2, yang mana HIV 1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang didapatkan di Kamerun selatan. Selanjutnya dilansir dari Wikipedia HIV-2 dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun. Pandemi jenis ini telah membunuh setidaknya 36 juta jiwa di seluruh dunia.
Gejala penderita HIV/AIDS memiliki sistem infeksi sitemik seperti demam, berkeringat (malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, dan penurunan berat badan drastis. Penyakit jenis ini ditularkan melalui hubungan seksual, kontaminasi pathogen melalui darah, dan penularan masa perinatal.
Pandemi COVID-19
Menurut juru bicara pemerintah untuk pandemi COVID-19 Achmad Yurianto dilansir dari laman kompas.com, gejala awal pandemi diindikasikan sebagai berikut:
Pertama: Gejala awal apabila tubuh panas (80%), atau batuk (60%) dan pilek, maka harus segera menghubungi tenaga medis terdekat. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka akan timbul selanjutnya kesulitan bernafas yang diindikasikan dengan pneumonia.
"Kalau kesulitan bernapas maka berikutnya akan jatuh pada kondisi kekurangan oksigen," kata Yurianto seperti dikutip dalam keterangan tertulis yang dirilis Setkab, di laman kompas.com, Kamis (13/3/2020)
Selanjutnya dari kesulitan bernafas karena kekuarangan oksigen akan merambah ke organ tubuh lainnya diantaranya yaitu kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan liver sampai dengan komplikasi kegagalan organ tubuh.
Kedua: Daya tahan tubuh menurun drastis. Ketika daya tahan tubuh kita menurun drasti, maka akan timbul istilah infeksi yang disebut opportunistic.
Infeksi tersebut adalah bakteri, yang selanjutnya menyebabkan sepsis atau komplikasi berbahaya akibat infeksi. Dalam fase ini, sepsis bakteri tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada penderita.
Sebagai penutup, Semoga kita selalu belajar dari sejarah tentang pentingnya perlindungan dari berbagai macam penyakit, serta kita semua dihindarkan dari pandemi COVID-19. Sudah saatnya kewaspadaan dan pencegahan menjadi kata kunci penyebaran virus jenis ini.
Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 2 3 4 5 6 7 8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H