COVID-19 menjadi ancaman serius berbagai negara di dunia. Ada negara yang mempersiapkan dirinya sebaikmungkin agar tidak terdampak seperti Wuhan, ada juga yang menganggap itu hanya lelucon dengan berbagi meme di media sosial.
Selanjutnya, terjadi juga di berbagai negara fenomena "panic buying". Hal ini sangat meresahkan masyarakat karena seolah-olah persediaan makanan akan habis.
Beberapa hal tersebut di atas memang menjadi keprihatinan kita bersama, akan tetapi lebih baik jika kita tidak hanya melakukan tindakan pencegahan, tapi kita harus membangun budaya "solutif" dalam menghadapi virus COVID-19.
Sebagaimana diketahui bersama hingga hari ini 04 Maret 2020, sudah terdapat 79 Negara yang terdampak COVID-19 atau terdapat sembilan negara baru yang terjangkit COVID-19.
Sementara itu, dilaporkan dari Johns Hopkins JSSE sebanyak 3.162 Jiwa dikonfirmasi telah meninggal dunia, dengan pasien sembuh sebesar 48.327 jiwa dari total 93.006 Jiwa yang terkonfirmasi.
Penyebaran COVID-19 yang sangat cepat ini membuat masyarakat dunia kurang siap mengatasinya. Pada saat korban pertama kali berjatuhan di Wuhan, provinsi Hubei, dengan seketika seluruh kota "lock down", sehingga suasana layaknya kota mati.
Lambat laun, semakin berjalannya hari mereka sadar, bahwa mereka yang tidak terdampak harus tetaplah hidup dengan cara membangun kebersamaan satu sama lain. Kala itu mereka meneriakkan yel-yel "Wuhan Jiayou" yang artinya "Tetap kuat Wuhan, terus Bergerak Wuhan".
Izinkan saya menyampaikan beberapa kisah teladan yang diantaranya terdapat salah satu langkah solutif mencegah penyebaran COVID-19 dari beberapa negara terdampak.
Dukungan kepada Tenaga Medis
Banyak dari masyarakat kala itu membeli bahan makanan untuk dikonsumsi oleh keluarga masing-masing, akan tetapi melihat kondisi yang semakin hari makin memburuk, banyak dari mereka tergerak hatinya untuk membantu menyediakan makanan untuk diberikan kepada tenaga medis.
"Saya mau melakukan bagian saya, tidak peduli betapa tidak berartinya itu," tutur Li Bo dilansir dari tempo.co.