Mohon tunggu...
Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Mohon Tunggu... Dosen - Civil Engineering: Discrete Element | Engineering Mechanics | Finite Element Method | Material Engineering | Structural Engineering |

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Akhir Kisah Panjat Pinang sebagai Legenda, Benarkah Dilarang?

19 Agustus 2019   02:40 Diperbarui: 20 Agustus 2019   07:34 3047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HUT RI 74- Pertanyaan ini muncul setelah warga-net dihebohkan dengan pemberitaan tentang dilarangnya lomba Panjat Pinang oleh salah satu kepala daerah di Indonesia.

Bapak Usman Abdullah yang merupakan walikota langsa, Aceh telah menginstrusikan larangan lomba panjat pinang pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-74.

Apa yang mendasarinya?
Pertama, berdasarkan Surat Instruksi dengan nomor 450/2381/2019 tentang HUT RI ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2019, yang ditunjukkan kepada seluruh pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), kepala desa, dan pimpinan BUMN atau BUMD yang berada di wilayah kota Langsa.

Sebenarnya, terdapat empat buah poin yang disampaikan pada surat himbauan tersebut. Point kesatu sampai dengan ketiga, Aparatur Sipil Negara (ASN) dan kepala desa setempat diminta untuk mengikuti upacara 17 Agustus 2019. Uniknya, pada poin keempat inilah yang selanjutnya menjadi perbincangan utama terkait dengan larangan panjat pinang.

Kedua, dilansir dari Kompas pada Jumat (16/8/2019) yang isinya sebagai berikut:

"Panjat pinang itu peninggalan kolonial Belanda dan tidak ada unsur edukasinya kegiatan itu. Sehingga, Pak Wali mengimbau seluruh rakyat tidak menggelar lomba panjat pinang di Kota Langsa," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokoler Pemerintah Kota Langsa M. Husin.

Bukan hanya saat ini, tahun sebelumnya juga telah dilakukan himbauan agar tidak melaksanakan lomba panjat pinang, namun tidak dalam bentuk tertulis seperti tahun ini. Lalu, Benarkah Panjat Pinang berasal dari Belanda?

Menelusur sejarah panjat pinang Dunia
Telah dikenalkan pada 651 tahun yang lalu oleh bangsa China, berikut ini disajikan telusur singkat sejarah panjat pinang di dunia, diantaranya adalah:

Panjat pinang dalam budaya China
Lomba panjat pinang dikenalkan pertama kali pada masa dinasti Ming (1368-1644), atau dalam pinyin lomba ini disebut dengan qiang-gu. Akan tetapi sejak dinasti Qing Chao atau dikenal dengan dinasti Manchu (1644-1911) berkuasa. 

Lomba ini dilarang pemerintah karena sering menimbulkan korban jiwa, salah satunya banyak peserta yang jatuh dari ketinggian. Lomba ini kemudian dipopulerkan lagi pada saat Taiwan dibawah pendudukan pemerintah Jepang.

Perayaan Lomba panjat pinang sendiri populer di kota Fujian, Guangdong dan Taiwan. Belum ditemukan referensi actual hingga sekarang, di daerah tersebut masyarakat melakukannya bersamaan dengan pelaksanaan festival hantu atau Cioko.

Di Indonesia sendiri, Festival hantu tersebut dilakukan oleh masyarakat di sekitar Kelenteng. Selain itu, dalam waktu yang sama masyarakat juga bias menyaksikan pertunjukkan wayang golek dari Fukien.

Nah, di depan kelenteng inilah biasanya dipasang pohon pinang (pada batangnya dilumuri pelicin), yang mana pada bagian ujungnya ditancapkan bendera.

Panjat Pinang oleh Belanda
Disebutkan oleh detik pada Kamis 09 Agustus 2019, bahwa perlombaan panjat pinang berasal dari zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1930. Lomba ini dalam istilah belanda dikenal dengan "de klimmast" yang artinya "memanjat tiang". Lomba ini dirayakan setiap tanggal 31 Agustus dalam rangka memperingati hari ulang tahun Ratu Wilhelmina.

Perlombaan ini diadakan apabila ada acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan tentunya yang menjadi peserta lomba ini adalah orang pribumi. Pada masa tersebut, hadiah yang diperebutkan diantaranya adalah bahan pokok (beras, gula, roti, tepung, dan pakaian).

Panjat pinang zaman Belanda. (grid/idntimes)
Panjat pinang zaman Belanda. (grid/idntimes)

Panjat Pinang di Eropa
Dilansir dari laman kompasTV, di sebuah pulau kecil di laut meditterania, ada perlombaan mirip panjat pinang. Peserta yang harus mengambil bendera kecil di sebilah balok kayu licin dengan Panjang 10 meter.

Di Republik Malta atau yang biasa disebut dengan Malta. Negara yang terletak di Kepulauan Eropa bagian selatan, tradisi panjat pinang sudah ada sejak tahun 1800-an.

Warga setempat menggelarnya sebagai bagian dari festival Gostra, yang berlangsung pada 27 Agustus 2017 lalu. Festival Gostra diadakan untuk menghormati tokoh lokal St. Julian.  

Panjat Pinang di Amerika
James Riker dalam Evacuation Day pada tahun 1883 mengungkapkan kisah nyata terkait dengan permainan panjat pinang bagi masyarakat New York.

Panjat pinang bahkan punya sejarah khusus di New York, Amerika Serikat. James Riker dalam Evacuation Day 1783 (1883) mengungkapkan kisah nyata yang mengawali dikenalnya permainan ini bagi masyarakat New York.

Panjat pinang dikatakan oleh Riker memiliki sejarah khusus di New York. Hal ini bermula pada 25 November 1783 ada seorang Prajurit bernama John van Arsadale diceritakan memanjat tiang bendera yang telah diminyaki oleh pasukan Inggris, setelah pasukan Inggris meninggalkan Amerika setelah berakhirnya perang Revolusi Amerika. Tujuan dia menaiki bendera adalah untuk untuk mengganti bendera Inggris menjadi bendera Amerika.

Simpulan
Teringat pesan Presiden Ir. Soekarno dalam pidato terakhir pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia 1966 yang menyatakan sebagai berikut:

"Jangan sekali-kali meninggalkan Sejarah"

Kegerahan yang ditimbulkan dari history panjat pinang adalah kondisi pada waktu itu masyarakat Indonesia berlomba memperebutkan barang kebutuhan pokok.

Di saat masyarakat Indonesia (peserta lomba) bersusah payah untuk memanjat dan mendapatkan hadiah, akan tetapi disisi lain orang Belanda hanya menonton dari bawah.

Dengan mudahnya, orang Belanda menganggap hal tersebut sebagai lelucon dan menertawakan masyarakat Indonesia yang mengikuti lomba tersebut pada saat ada orang yang terjatuh. Hal inilah kemudian yang menjadi pemicu bahwa lomba panjat pinang sebaiknya tidak diadakan di Indonesia.

Namun demikian, ternyata tidak sedikit juga yang menilai bahwa panjat pinang memiliki hal positif seperti spirit perjuangan yang tidak kenal Lelah. Hal positif yang dapat diambil tentunya adalah kerja keras, kerja sama. Semangat gotong royong, konsentrasi tinggi, keuletan, Sportivitas, dan memerlukan strategi jitu untuk dapat mencapai tujuan akhir.

Sebagai kata akhir, yang menarik disini adalah Pemerintah Kota Langsa melalui surat tersebut tidak memberikan sanksi kepada warga atau instansi yang melanggar himbauan tersebut. Tidaklah selayaknyalah kita silang pendapat satu sama lain, tinggal melakukan saja, atau menonton dengan gelak tawa, "toh beres".

Jadi, masih layakkah pohon pinang dijadikan legenda? Karena keberadaannya hadir setiap tahun di Indonesia. Satu hal yang menjadi catatan penting, ternyata "perlombaan ini bukan berasal dari Belanda".

Merdeka!!!
Semoga Bermanfaat.
Copyright @FQM2019
Referensi: 1
2 3 4 5 6 7

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun